16. Stop of Your Life (2)

Start from the beginning
                                    

Kemampuannya tidak bisa melihat Nathan kembali mungkin akan terjadi. Vanessa pun meraih Lengan Nathan hingga membuat Lelaki itu harus menghentikan langkahnya.

"Jangan pergi! Saya mohon jangan pergi. Tolong hormati saya dan kontrak kerja kamu. Perusahaan ini butuh Web Developer sebaik kamu. Kinerja kamu untuk Perusahaan tidak perlu dipertanyakan lagi." kalimat yang keluar dari Bibir Vanessa membuat Hati Nathan yang dingin menjadi hangat kembali.

Dilepaskannya Lengan Nathan oleh Vanessa hingga membuat Lelaki itu bisa memutarkan Tubuhnya kembali.

"Baiklah Bu Vanessa. Saya akan menghormati kontrak kerja saya di Perusahaan ini. Tapi saya minta maaf, saya tidak bisa meneruskan bila Perusahaan menyodorkan Kontrak Kerja yang baru kepada saya." jawab Nathan dengan kemantapan Hatinya.

Sedikitpun Lelaki itu tidak ingin menyakiti Hati Wanita yang sering hadir di mimpi-mimpinya setiap malam.

Dia ingin sang Bos bisa merasakan kebahagiaan yang dimimpikannya sejak dulu.

Nathan kembali menatap Vanessa dengan tatapan yang sayu.

Hanya kepedihan dan kekecewaan yang bisa Vanessa lihat dari Sepasang Mata seorang Nathan.

"Kamu berubah." hanya dua kata itu yang bisa diucapkan oleh Vanessa kepada Nathan.

Meski perih, Vanessa ingin memberitahukan kepedihan Hatinya kepada Nathan.

"Kamu yang membuatku berubah." Nathan melangkah pergi menjauhi Vanessa.

Jawaban Nathan nyaris membuat Vanessa kesulitan bernapas.

Kini Wanita itu hanya mampu memandang sedih ke arah Nathan.

Punggung tegap Lelaki itu selalu menjadi tempat terbaik untuk Vanessa melepas penatnya setelah seharian bekerja.

Namun, sekarang Vanessa pikir dia tidak akan bisa bersandar lagi di Punggung itu.

Bagi Vanessa, Nathan telah berubah. Tapi keterkaitannya yang membuat Nathan berubah tidak sedikitpun diketahui oleh Vanessa.

"Apa salahku, Athan?"

Pintu Ruangan itu ditutup rapat-rapat oleh Vanessa.

Dengan Air Mata yang sudah menetes mengalir di Pipinya, dia berjalan menuju ke Mejanya dan mengambil duduk di Kursi Kebesarannya.

Wanita itu menangis di atas Meja dengan Tubuh yang tersungkur meratapi nasibnya.

"Aku butuh kamu hiks."

"Dia juga butuh kamu, Athan."

***

"Kenapa sih lo gak ngomong aja sama dia. Kalo lo ngomong sama dia kan beres!!" dengan berapi-api, Tera tidak terima jika Nathan memperlakukan Sahabatnya dengan buruk.

Tera ingin Nathan tidak meninggalkan Vanessa dengan keadaan yang seperti ini.

"Gue gak bisa. Gue gak bisa, Teraaa...." tolak Vanessa karena dia memang tidak mampu untuk melakukannya.

"Kenapa, kenapa lo gak bisa?" Tera mempertanyakan ketidakmampuan Vanessa untuk mengatakan satu rahasia penting yang mungkin bisa membuat Nathan tidak lagi mengacuhkannya.

"Karena gue gak tahu apa salah gue. Lo tahu kan kalau Nathan gak mungkin marah segitunya sama gue kalo gue gak bikin salah. Gue pasti bikin salah tapi gue gak tahu." Vanessa nampak frustrasi. Dia mengambil Secangkir Latte Favoritnya kemudian menyesapnya sedikit.

"Coba lo pikirin lagi, kali lo ngelakuin kesalahan yang gak lo inget." Tera mencoba untuk mengingatkan Sahabatnya dengan apa yang telah diperbuatnya sehingga membuat Nathan begitu marah dan melakukan Resign.

"Gue gak tahu. Gue merasa gak pernah bikin salah ke dia. Bahkan sampai kemarin malem pun gue merasa baik-baik aja. Cuman, tiba-tiba dia bilang mau Resign dari Kantor sekaligus berhenti jadi Simpenan gue. Ini aneh Tera, aneh banget."

"Kalo lo ngerasa ada yang aneh sama dia, mending lo selidiki dia sekarang. Apa perlu gue bantu lo?"

"Enggak. Jangan lah Ter. Ntar Nathan malah marah sama gue. Udah biar dia gitu aja dulu. Gue mau tunggu waktu untuk mengatakan semuanya sama Nathan. Gue harap dia gak akan ninggalin gue kalo gue bilang gue punya sesuatu yang penting untuk gue bagi sama dia."

"Gak mungkin Ness dia ninggalin lo Ness. Elo tahu kan Nathan tuh Cowok baik-baik. Dia pasti mau Tanggung Jawab lah. Apalagi dia yang ngelakuin!"

"Mudah-mudah'an saja." Vanessa sangat berharap dengan apa yang terjadi pada dirinya sehingga mampu membuat Nathan kembali kepadanya.

"Tapi lo harus cari tahu dulu kenapa Nathan semarah itu sama lo?"

"Tapi gimana caranya, Ter?"

"Coba tanya ke Temen dekat dia. Kali aja ada yang tahu kan?"

"Iya ntar gue coba tanya. Thanks ya Ter, lo mau dengerin curhatan gue "

Vanessa langsung memeluk Tubuh Tera dengan cepat.

Wanita itu benar-benar butuh sebuah pelukan tapi bukan pelukan yang bisa dilakukan oleh sembarang orang melainkan pelukan dari seorang Nathan Ardhani Ivander.

***

To be continue

***

Surabaya, 25 September 2016 ; 19.30 WIB

Salam,

Denz91 ^_~

Survive (Complete)Where stories live. Discover now