21. This is Worse

9.1K 811 12
                                    

Akihiko menunggu Daiki di depan gerbang seperti biasa. Namun, hatinya begitu cemas. Daiki tentu masih marah padanya. Semalam ia mencoba menghubungi Daiki kembali, tetapi ponselnya tidak aktif. Sekarang, bagaimana bisa Akihiko dengan percaya dirinya menunggu Daiki menjemputnya seperti biasa? Namun, Akihiko bisa apa lagi?

Perasaan menyesalnya kian dalam sekarang. Selama ini Daiki tahu kapan ia harus datang dan selesai kuliah. Bahkan, Daiki juga tahu kelasnya, meskipun sangat jarang Daiki menghampirinya ke kelas. Parahnya Akihiko tak tahu menahu tentang Daiki. Alih-alih kelasnya, bahkan jadwal kuliah Daiki saja Akihiko tak tahu. Sehingga, di saat seperti ini, Akihiko tak bisa dengan mudah menemui Daiki.

Saat Akihiko mulai putus asa dengan pikirannya, tiba-tiba sebuah mobil yang ia kenali berhenti di depannya. Ia mendongak untuk memastikan bahwa yang mengendarai mobil tadi adalah Daiki. Kaca jendela mobil terbuka dan Akihiko bisa melihat dengan jelas, bahwa pengemudinya memang Daiki. Seketika senyum Akihiko terbit.

Ia melangkah mendekati mobil Daiki, sebelum akhirnya ada orang yang menarik tangannya hingga ia berhenti berjalan dan mencium pipinya.

"Ayo, kuantar kau pulang, baby."

Akihiko menoleh dan menatap horror pada Hachiro. Orang yang menarik tangannya dan mencium pipinya. Ia menoleh ke arah Daiki. Daiki yang menyaksikan kejadian tadi, menatap tajam pada mereka berdua kemudian langsung menancap gasnya meninggalkan Akihiko.

Akihiko mencoba memberontak, melepaskan genggaman tangan Hachiro.

"Lepas! Sialan, DAI TUNGGU!"

Akihiko menghentakkan tangannya keras sehingga genggaman Hachiro terlepas. Ia langsung berlari mengejar mobil Daiki yang sudah berjalan jauh. Sayangnya, bagaimanapun kecepatan lari manusia belum bisa mengalahkan mesin mobil, apalagi jalan sedang sepi dan Daiki membawa mobilnya dengan ngebut.

Akihiko berhenti, ia terengah-engah di pinggir jalan. Peluhnya menetes deras, wajahnya memerah. Ia berjongkok di pinggir jalan dan mengusap wajahnya. Ia marah. Kesal. Air matanya menetes tanpa diminta. Akihiko menyedekapkan tangannya di kedua lututnya dan membenamkan wajahnya di atasnya. Ia menangis dengan keras, bahkan bahunya terlihat bergoncang. Ia tak peduli dengan pandangan aneh orang terhadapnya. Ia hanya ingin menumpahkan kesedihan nya.

Beberapa menit kemudian tangisnya reda. Akihiko berdiri. Ia bertekad untuk menemui Daiki dan membicarakan masalah mereka. Kesalahpahaman ini harus segera di selesaikan. Akihiko tidak ingin Daiki berpikir bahwa ia telah selingkuh. Sungguh, Akihiko mencintai Daiki. Jadi, Akihiko berjalan ke halte terdekat, menunggu bus yang akan membawanya ke rumah Daiki.

###

Akihiko berdiri di depan rumah Daiki. Sepertinya, pemilik rumah itu tidak ada di tempat. Semua pintu tertutup rapat, dan ia tidak menemukan mobil yang barusan Daiki pakai. Kemungkinan Daiki memang belum pulang ke rumah. Akihiko menghela napas gusar. Ia tak mungkin menunggu Daiki yang tak tahu akan kembali kapan.

Akihiko berpikir keras, bagaimana menyampaikan pesan bahwa ia ingin bertemu dengan Daiki?
Menggunakan pesan singkat? Akihiko tak yakin, sebab sejak kesalahpahaman kemarin, Daiki sama sekali tak bisa dihubungi. Akihiko menduga, bahwa Daiki tak akan membaca pesan darinya.

Akihiko berjalan mondar-mandir, ia mengaduk-aduk isi tasnya, sambil berpikir apa yang bisa ia lakukan.
Sampai kemudian ia menemukan post it di dalam tasnya. Satu ide muncul dalam pikiran Akihiko. Akihiko mengeluarkan bolpoinnya dan mulai menulis.

Daiki, kumohon temui aku setelah selesai kuliah besok. Kita harus meluruskan salah paham ini. Aku menunggumu di taman perbatasan antar fakultas kita. Aku benar-benar menunggumu sampai kau datang. Benar-benar menunggu mu.

Akihiko

Akihiko menulis pesan tersebut berulang-ulang menggunakan kertas post it nya. Setelah cukup banyak, ia menempelkan kertas-kertas tersebut di pintu rumah Daiki. Sebagiannya ia selipkan di celah bawah pintu, sehingga kertas-kertas tersebut masuk ke dalam. Semoga saja bukan ayah Daiki yang menemukan kertas-kertas itu, dan mencopotnya atau membuangnya. Atau, semoga Daiki maupun ayahnya tidak marah karena ia mengotori rumahnya dengan puluhan kertas post it dengan pesan yang sama. Selain itu, Akihiko sangat berharap, Daiki membaca pesannya, dan mau menemuinya besok.

Akihiko kemudian berjalan keluar, ia ingin pulang. Ia tidak bisa bekerja dengan benar jika pikirannya penuh dengan Daiki dan kesalahpahaman ini. Lagipula, ia pasti sudah terlambat bekerja jika ia memaksa, dan Genji membencinya yang terlambat. Ia akan meminta ijin pada Genji dengan alasan sakit. Bukan sepenuhnya berbohong, sebab Akihiko memang sakit, sakit hati sih.

Tepat setelah Akihiko berjalan beberapa meter dari rumah Akihiko, Daiki dan mobilnya baru saja sampai dan memarkir mobilnya di teras. Saat Daiki hendak membuka pintu, ia terkejut dengan banyaknya tempelan kertas di pintunya.

Apa-apaan? Siapa orang gila yang mengotori pintu rumahnya? Begitu pikirnya.

Daiki dengan tergesa dan rasa kesal melepas kertas-kertas yang menempel di pintunya tanpa repot-repot membaca tulisannya. Namun, gerakan tangannya terhenti ketika ia membaca nama Akihiko di bagian bawah kertas. Daiki yang penasaran akhirnya membaca tulisan tersebut, kemudian membaca kertas lainnya. Kening Daiki mengerut, ketika semua pesan isinya sama.  Jadi, Daiki hanya mengendikkan bahunya dan melanjutkan melepas kertas yang menempel di pintu rumahnya, kemudian membuangnya di tempat sampah.

Saat Daiki membuka pintu, ia harus menghela napas melihat masih ada kertas-kertas yang berserakan di lantai. Kertas yang sama dengan pesan yang sama. Daiki memungut kertas-kertas tersebut kemudian membawanya ke kamarnya.

Sampai di kamar, ia meletakkan kertas-kertas tadi di atas nakas. Kemudian membuka tasnya, mengambil sebuah kotak yang berisi Smartphone yang baru saja dibelinya. Tanpa repot membaca buku petunjuk, -Daiki memang membeli ponsel yang sama persis dengan miliknya yang kemarin ia banting- Daiki membuka casing nya dan memasang nomornya.

Saat ia menghidupkan ponselnya, ratusan notifikasi muncul, dan puluhan pesan ia terima. Sebagian besar adalah dari Akihiko yang meminta maaf dan mencoba menjelaskan masalah di antara mereka. Bahkan puluhan pesan Akihiko berisi kata-kata cinta dari Akihiko. Daiki tersenyum tipis.

Entahlah. Ia tahu bahwa Akihiko tidak mungkin selingkuh. Namun, ia benar-benar cemburu. Bagaimana bisa miliknya dijamah orang lain? Rasanya dadanya terbakar waktu itu, ia hanya terlalu marah dan cemburu. Sampai-sampai meninggalkan Akihiko dan mengabaikannya.

Daiki menyadari kesalahannya, dan seharusnya siang ini ia sudah mengajak Akihiko pergi berdua dan berbicara. Daiki memang tak menjemput Akihiko ke kelasnya. Ia memilih menjemput Akihiko di depan gerbang seperti yang biasa mereka lakukan. Awalnya Daiki tak yakin bahwa Akihiko akan menunggunya di depan gerbang seperti biasa. Siapa sangka, ternyata Akihiko memang benar-benar menunggunya. Sayangnya, kekesalannya belum reda ketika Hachiro malah datang dan mencium pipi Akihiko. Rasa kesal dan cemburunya semakin menjadi dan membuatnya meninggalkan Akihiko lagi.

Daiki merebahkan dirinya ke kasur. Ia merindukan Akihiko. Ia berjanji pada dirinya untuk menemui Akihiko besok, dan menjadikan Akihiko sepenuhnya menjadi miliknya -lagi-. Tanpa boleh ada saingan kali ini. Ia akan menyingkirkan Hachiro. Dan siapapun yang mencoba merebut Akihiko dari nya.

###

Pendek?
Maaf ya...
Aku benar-benar stuck
Otakku udah macet
Nggak ngerti ini cerita mau dilanjutin kek gimana lagi
Semoga aja besok-besok dapat ide yang bagusan dikit
Maaf banget ....

😫😫😫😫😫😫😫😫😫😫😫😫😫
Makasih buat yang masih mau baca cerita sampah ini...
Huhuhu

17Berry
😍😘

Dumb! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang