7. Keputusan

13.6K 1.1K 12
                                    

Daiki sedang menonton TV ketika ia mendengar suara deru mobil ayahnya memasuki garasi. Tumben sekali ayahnya pulang.

Tak lama kemudian ayahnya sudah berdiri di sampingnya.

"Daiki. Ottou-san ingin bicara."

Daiki menoleh. Memperbaiki duduknya. Sementara, ayahnya duduk di sampingnya.

"Kau tahu tou-san sudah semakin tua."

"..."

"Tou-san tidak sebugar dulu."

"Apa yang tou-san inginkan sebenarnya?"

"Berhentilah dari pekerjaan mu itu. Mulai saat ini, masuklah ke kantor. Sudah cukup bermain-mainnya. Tou-san memberimu jabatan sebagai kepala staff. Lebih tinggi dari seorang pelayan atau bahkan pegawai."

"Aku tidak ingin tou-san. Aku lebih menyukai pekerjaanku."

"Itu bukan hakmu untuk menentukan."

"Bagaimana bisa? Ini hidupku, akulah yang memilihnya."

"Kau masih anakku. Keputusanku adalah kewajibanmu untuk melaksanakannya."

"Kau tidak bisa seenaknya memutuskan hidupku tou-san!"

"Aku bisa. Aku ayahmu, dan memberikan yang terbaik untukmu. Percayalah."

"Tidak tou-san. Aku tidak perlu harta banyak. Aku hanya perlu merasa nyaman dalam bekerja. Itu cukup."

"Tidak, nak. Kau masih tanggung jawabku selama aku hidup. Dan tugasmu untuk berbakti kepadaku. Bukan begitu?"

"Tapi, bukan berarti mengatur hidupku."

"Dengar, aku tou-san tidak mungkin memberikanmu sesuatu yang buruk. Jadi, ikuti kemauanku."

"Tou-san!"

"Tou-san sudah bilang pada Genji untuk memberhentikanmu, dan ia setuju. Jadi, besok dan seterusnya tidak perlu lagi datang. Tempatmu mulai besok adalah di kantor. Tou-san menunggumu sepulang sekolah."

Ayah Daiki berjalan masuk ke dalam kamarnya. Sementara, Daiki menggeram kesal dengan keputusan sepihak dari ayahnya. Menyebalkan! Daiki bahkan tidak tertarik untuk melanjutkan bisnis ayahnya. Ia ingin melakukan sesuatu yang sesuai kehendaknya. Namun, ayahnya selalu memaksa untuk mengikuti perintahnya. Daiki marah, tetapi ia hanya bisa diam dan menuruti kemauan ayahnya.

###

Besok siangnya Akihiko masih dengan semangat seperti biasanya menunggu Daiki di depan gerbang untuk berangkat bekerja bersama. Yah, mereka selalu berangkat dan pulang bersama. Lebih tepatnya, Akihiko yang selalu menunggu Daiki untuk berangkat dan pulang bersama.

Hampir setengah jam Akihiko menunggu, Daiki belum juga menampakkan hidungnya. Mungkin saja Daiki sudah lebih dulu pergi, begitu pikir Akihiko. Jadi, ia memutuskan untuk pergi, daripada ia terlambat.

Sampai di restoran Akihiko bergegas masuk dan mengganti pakaiannya. Setelah itu ia ke depan, untuk bekerja, err... mencari Daiki sebenarnya. Namun, ia tidak melihat Daiki. Bahkan Rin dan pegawai lain tidak ada yang tahu ke mana Daiki. Saat ingin bertanya pada Genji, sayangnya Genji sedang keluar kota mengurus restorannya yang lain. Seharian itu, Daiki benar-benar tidak muncul.

Sampai hari berikutnya, berikutnya, dan berikutnya Daiki tidak muncul. Akihiko bahkan tidak mendapat keberuntungan untuk sekedar berpapasan atau tidak sengaja melihatnya meski di kampus. Nihil. Sedetikpun tidak pernah.

Selama hari-harinya itu, Akihiko sama sekali tak bergairah. Ia bekerja tetapi tidak dengan semangat seperti biasanya. Saat itu, kebetulan, Genji kembali dari luar kota, dan Akihiko bertemu langsung dengannya saat sedang melamun di samping gudang.

Dumb! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang