01× Sesuatu yang Baru

65 5 5
                                    

    “Bahagia itu sederhana.

~~~~


   Bel sekolah berbunyi. Seperti biasa, semua murid mulai berhamburan keluar kelas termasuk dua sahabat yang bagaikan amplop dan perangko ini. Mereka lahir dengan nama Tiara Ana Diwata dan Fauzi Adlan Dhamala. Setelah mereka melewati batas area sekolah, Ozy- ya, lelaki satu ini mulai menagih janji Tiara.

     “Ta,” panggil Ozy yang sedang merangkul Tiara.

     “Ada apa Zy?” panggilan akrab dari Ozy berhasil membuat Tiara bertanya.

     “Traktirannya mana nih?”

     Tiara menoleh ada Ozy dengan dahi yang mengkerut dalam. “Traktiran apaan coba? Ultah aku kan masih lama Zy.”

     “Kalau itu aku juga tau kali Ta, masa baru tadi siang udah lupa.”

     “Wait,” katanya berhenti berjalan. “Biarin aku mikir dulu.” Tiara berpikir sambil menepuk-nepuk dahi dengan jari telunjuknya, sedangkan Ozy menunggu sambil mengetuk-etukkan sepatunya.

     Sepersekian detik kemudian Tiara menjentikkan jarinya. “Oh yang itu..”

     “Lama amat mikirnya, Ta.”

     “Masih untung aku inget. Ya udah lupa lagi.” Tiara lanjut berjalan seolah tak ada Ozy di sampingnya.

     “Yah Ta, jangan gitu lah..” rengek Ozy sambil mengejar Tiara yang jauh di depan.

     Setelah menyamakan laju langkah dengan Tiara, ternyata sahabatnya itu malah terkikik menahan tawa.

     “Punya sahabat modelan Tata begini harus sabar Zy, orang sabar disayang Tuhan.”

     Tiara berhenti tertawa. “Maafin ya, Zy?”

     “Iya aku maafin.”

     Itu bukan suara Ozy melainkan Tiara yang meniru suara Ozy walaupun sebenarnya tidak mirip sama sekali.

     Ozy mengelus dadanya.

     “Mau sekarang, Zy?”

     Ozy menarik napas dalam. “Minggu depan Ta. Ya sekarang lah..” tuturnya berwajah masam. Lelaki itu diuji kesabarannya mengahadapi sahabat yang tak menentu sifatnya itu.

     “Oke-oke, senyum dong, Zy, nanti gantengnya hilang gimana?” tegur Tiara meledek Ozy yang berdiri di sampingnya.

     “Ck! Nggak lucu ya, Ta.” Ozy mendengus.

     Tiara terkekeh. “Iya, iya. Btw rasanya enak loh, jangan minta nambah ya nanti.”

     “Kita lihat aja nanti.” Ozy menantang.

     Dengan cepat Ozy menggaet tangan Tiara dan membawanya pergi.

     “Eh tunggu Zy.” Tiara berhenti tiba-tiba begitupun Ozy. Ozy menoleh. “Kenapa?”

     “Bukannya aku yang tau tempatnya ya, kenapa kamu yang narik tangan aku,” ujar Tiara kemudian melihat tautan tangan mereka.

     Ozy ikut melihat ke bawah, terpampang bahwa tangannya memang berada di depan tangan Tiara, Ozy pun kembali ke posisi di samping sahabatnya lalu terkekeh, “Iya ya, ya udah cepetan kita pergi Ta.”

     “Nggak sabaran banget jadi manusia Zy.”

     “Bodoh amat.”

     Merekapun jalan beriringan, sesekali tangan mereka yang berhimpit diayunkan sambil tersenyum ria. Tak disangka Tiara mengeluarkan uneg-unegnya.

     Untung sahabat dari kecil. Kalau bukan, pingin tak hihh- batin Tiara gemas.

•~•

     Setelah menikmati minuman cokelat rekomendasi Tiara, mereka memutuskan untuk pulang meskipun masih bersisa, mereka akan menghabiskannya sembari pulang berjalan kaki menuju halte. Ozy yang terlampau senang, mengungkapkan pendapatnya. “Tata emang jagonya kuliner,” aku Ozy sambil menepuk-nepuk bahu Tiara.

     “Halah, bilang aja minta ditraktir, pakai muji-muji segala.”

     Ozy langsung tertawa mendengar penuturan Tiara. “Tau aja sih.”

     “Gimana nggak tau, orang kamu itu dari kecil nempel mulu sama aku, kecuali SMP sih, kita misah,” ujar Tiara lalu meminum lagi cokelat dinginnya.

     Ozy memegang kedua pundak Tiara dan mengarahkan lurus padanya, “Ya kan aku nggak bisa lepas dari kamu Ta. Kayak telinga sama congek, nempel terus.”

     “Perumpamaannya nggak ada yang lebih bagus lagi apa ya? Tapi, thanks ya udah jadi sahabat sekaligus guardian angel. Nggak tau harus bales kebaikan kamu ini dengan apa.”

     “Traktir boljug tuh Ta.”

     “Dasar! Makanan mulu yang dipikirin,” desis Tiara. Ozy cuma cengar-cengir.

     “Ya udah kita lanjut jalannya entar kemaleman kita nggak dapat bis nanti.” Tiara mengangguk sambil tersenyum. Senyum yang selalu membuat Ozy semangat setiap harinya. Senyum yang menandakan kalau dia berhasil menjalankan amanah bunda Tiara sejauh ini.

     Ozy yang ditarik oleh Tiara tiba-tiba berhenti, Tiara menoleh, “Ada apa lagi, Zy? Masih kurang kulineran hari ini?”

     “Bukan gitu.”

     “Terus apa? Nggak ada uang buat naik bis? Gampang aku bayarin nanti. Ayo pulang.”

     “Iya makasih Ta, tapi bukan itu juga.” Ozy masih belum mengutarakan maksudnya. Mendapat jawaban itu membuat Tiara mengurungkan ucapannya tadi. “Ya udah berarti aku nggak jadi bayarin ongkos bis-nya.”

     “Ya udah terserah. Aku cuma mau bilang, kapan-kapan rekomendasiin kuliner yang mantab lagi ya?” Ozy terkekeh.

     Rasanya Tiara ingin menendang Ozy ke segitiga bermuda saat ini juga.

     “Sama aja ganteng.”

     “Makasih, aku emang ganteng.”

     “Terserah.” Tiara langsung meninggalkan Ozy yang sekarang sedang tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.

     “Mampus!” seru Ozy tiba-tiba. Tiara menoleh. “Ada apaan lagi?”

     “Aku lupa izin nggak kerja hari ini.”

°

°

°


|To be continued|

Hai.. Author kembali lagi di sini
Tapi maaf cerita ini aku revisi keseluruhan, tokoh-tokohnya juga. Aku ubah cerita ini jadi teen fiction.

Untuk part awal sedikit dulu. Part selanjutnya aku tambah lebih banyak lagi oke.

Sampai ketemu di part berikutnya..😘

New reader like and comment please..

Butuh pencerahan nih😂

See you later

My Bestie [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang