17× No Time

15 4 0
                                    

“Bentuk cinta yang paling benar adalah bagaimana kamu berperilaku terhadap seseorang, bukan bagaimana perasaanmu tentang mereka.” – Steve Hall

~~~~


     Semenjak Ozy bekerja sambilan di dua tempat berbeda, jatah tidur malamnya harus berkurang. Bahkan lelaki itu pernah hanya memiliki waktu tiga jam untuk tidur malam, karena sisa waktu yang ia miliki harus ia bagi lagi untuk mengerjakan rentetan tugas dari guru-gurunya. Dan hal itu terulang lagi. Ozy berusaha menahan kedua matanya untuk tetap terjaga demi menyelesaikan pr ekonomi dan sejarah yang akan dikumpulkan hari ini. Lusa lalu Ozy sudah mewanti-wanti pikirannya untuk tidak lupa mengerjakan pr ekonomi dan sejarah. Namun rasa lelah dan letih di tubuhnya selepas bekerja tak bisa ia lawan dan berakhir tepar di atas kasurnya dengan posisi tengkurap. Jadilah sekarang, ia harus berperang dengan rasa kantuknya agar nanti tak dihukum berdiri di depan kelas.

     Ya, hari telah berganti. Hari Rabu, pukul 3 pagi dan Ozy belum mengistirahatkan tubuhnya walau hanya beberapa menit untuk memulihkan tenaga, karena itu semua akan terbuang percuma. Ozy adalah orang dengan tipe heavy sleep. Lelaki itu sulit untuk dibangunkan, jadi percuma saja memasang alarm untuk ia bisa kembali ke dunia nyata.

     Ozy menutup buku tulis sejarahnya, kemudian menoleh ke belakang, melihat jam dinding di kamarnya. Jarum jam menunjuk angka 4. Hampir subur. Ozy menghela napas lelah, kedua matanya ia arahkan ke ranjang tidurnya, mengharapkan bahwa ia bisa tidur sejenak, namun jam sudah mendekati waktu bangun tidurnya, dulu, ketika anggota keluarganya masih utuh. Setahun terakhir berubah dalam sekejap. Ia harus selalu bisa bangun lebih pagi dari yang lain dan melakukan pekerjaan rumah, terutama menyiapkan sarapan untuk Ayah dan adiknya. Entah bangun pagi dengan cara apa, Ozy tak pernah meninggalkan tudung di meja makan dalam keadaan kosong.

     Ozy melangkah ke luar kamar untuk memulai lagi aktivitas rutinnya. Ozy pergi ke kamar mandi, mengambil air wudhu untuk menunaikan salat subuh. Setelah salat, Ozy pergi ke dapur. Tangan lelaki itu membuka lemari es, kemudian mengeluarkan bahan-bahan makanan mentah seperti; sayur, lauk, bawang-bawang, bumbu penyedap dan sebagainya. Dan seperti biasanya, aktivitas paginya itu selalu ditemani si meong Nero yang selalu terbangun karena suara khas peralatan masak.

     "Hai, Ne...." sapa Ozy ketika kucing bercorak sapi itu tengah mengelus-eluskan kepalanya di kaki Ozy. "Lapar, em? Sebentar ya," ujarnya pada Nero. Seakan mengerti apa yang dibicarakan Ozy, kucing itu berjalan menjauh dan berhenti tepat di samping kursi makan, memerhatikan Ozy yang mulai memasak.

     Ozy mulai mengolah bahan-bahan mentah tersebut, mulai dari mencuci sayur-sayur hingga bersih, lalu memotongnya dengan ukuran sedang. Tak lupa mengupas dan memotong macam bawang yang sebagiannya ia cincang halus sebagai bumbu dasar penyedap. Sembari menunggu air di panci mendidih, Ozy mencuci tiga umplung beras hingga bersih, setelah itu ia masukkan ke rice cooker. Menu sarapan pagi ini yakni sayur sop dengan tambahan telur mata sapi, tak lupa lauk yang selalu ada di setiap sarapan mereka; tahu dan tempe dengan bermacam jenis olahan. Kali ini cukup digoreng saja.

     Setelah menu sarapan siap, Ozy berjalan ke depan pintu kamar ayahnya lalu mengetuk pintu tersebut sebanyak tiga kali. "Ayah bangun... udah pagi, yah. Jangan lupa sholat," panggilnya, tak lupa mengingatkan ayahnya untuk menunaikan ibadah meskipun hal itu selalu diabaikan.

     Ozy beralih ke depan kamar adiknya, dan melakukan hal yang sama, seperti yang ia lakukan pada pintu kamar Banu. "Dek... bangun .... mandi, terus sarapan. Hari ini kakak buatin makanan kesukaan kamu loh...." kata Ozy sedikit keras agar adiknya itu bangun dan beranjak dari kasur.

My Bestie [On Going]Where stories live. Discover now