Part 39 - True Love is a Waiting

301K 18.1K 2.1K
                                    

                  

Lost stars ~Adam Levine

Semoga klimaks cerita ini berkenan di hati.

2 parts to the end...

***

Meski Daniel sudah begitu berhati-hati menjaga tubuh Rayhan, perjalanan menuju rumah sakit sepertinya memperparah lukanya. Darah terus merembes membasahi pakaian Rayhan serta pakaiannya sendiri. Rayhan terluka di dada kiri dan Daniel hanya bisa berdoa semoga peluru itu tidak mengenai organ vital dalam tubuh sahabatnya itu.

Sesampai di UGD, para perawat dengan sigap mengambil alih tubuh Rayhan dan segera memasang infus pada lengannya. Dokter yang sedang bertugas jaga memeriksanya sebentar lalu menyuruh para perawat untuk memasangkan selang oksigen.

"Dokter, bagaimana dia?" Daniel langsung bertanya setelah dokter jaga tersebut selesai melakukan pemeriksaan.

"Kita coba menstabilkan kondisi pasien terlebih dulu. Ia kehilangan banyak darah."

"Apakah perlu transfusi?"

"Proses persiapan penyediaan darah tidak bisa langsung dilakukan. Mungkin nanti saat operasi berlangsung akan kita lihat perkembangannya. Untuk sementara infus bisa menggantikan darah yang terbuang. Semoga saja peluru itu tidak mengenai jantungnya. Itu akan sangat berbahaya."

Wajah Daniel pucat seketika. "Tentu saja dia masih bisa selamat bukan, dokter?"

"Kami sedang menyiapkan ruangan beserta tim operasi secepat mungkin. Bersabarlah, Pak."

Dokter itu meninggalkan Daniel yang hanya bisa berdiri diam di tengah ruang UGD yang begitu sibuk. Daniel segera menghampiri tempat Rayhan terbaring. Rayhan masih kehilangan kesadarannya. Daniel hanya bisa berharap semoga Rayhan tidak merasakan sakit dengan ketidaksadaran tersebut.

"Niel...."

Mata Rayhan yang tadinya terpejam tiba-tiba terbuka pelan dan menatapnya. Daniel langsung menghampirinya saat itu juga.

"Oh, God. Syukurlah. Apa kau sudah merasa baikan?" 

"Di...ngin." sahut Rayhan sambil menghirup napas panjang. "Niel..." ia menoleh kembali.

"Ya, Re. Aku ada di sini. Aku selalu ada di sampingmu."

"Mungkin...jika aku mati...dia tidak akan mengganggu Angela lagi." ucapnya sambil menatap Daniel sungguh-sungguh.

Ucapan Rayhan padanya memang masuk akal. Jika Rayhan meninggal maka tidak ada gunanya lagi bagi Tania atau siapapun untuk melenyapkan Angela.

Kecuali jika motif pembunuhan itu bukanlah sesuai dugaan mereka.

"Tidak! Tidak! Tidak! Re!! Jangan menyerah begitu saja! Aku tidak akan membiarkanmu seenaknya pergi! Kaudengar itu..."

Daniel tidak mendapatkan jawaban karena Rayhan sudah kembali tak sadarkan diri.

_____________________

Pada malam itu, Angela nekat pergi ke rumah sakit tanpa pengawalan seperti yang biasa ia dapat. Baru saja ia berhasil menenangkan diri setelah peristiwa sore tadi, lalu tiba-tiba Daniel malah meneleponnya dan memberinya kabar yang tak kalah mengejutkan.

Kakaknya terkena tembakan dan kini ada di rumah sakit?

Tubuhnya seketika gemetar dan Angela terpaksa menutup mata sambil menghirup napas dalam-dalam berupaya agar tidak pingsan di tempat saat itu juga. Ia berusaha tenang kembali meski airmatanya tidak bisa berhenti mengalir karena ia tidak kuat membendungnya. Belum lama ayahnya meninggalkan Angela dan kini Angela terancam menghadapi hal yang sama kembali? Angela masih trauma...Ia tidak akan sanggup kehilangan orang-orang yang dicintainya lagi.

(END) RAYHAN AND ANGELA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang