Part 30 - The Painful Truth

302K 18.3K 2.3K
                                    

"Ya, ampun. Kau dan Angela sekarang seperti kembar siam yang tidak terpisahkan." komentar Daniel.

"Aku tidak bisa berlama-lama disini, Niel. Kau tahu bukan, kalau Angela menungguku. Aku akan pulang sekarang." sahut Rayhan.

Hari ini seperti biasa memang jadwal Daniel untuk pergi ke klub dan Rayhan mengingatnya. Ia pergi kemari hanya karena Daniel dan bukan untuk bersenang-senang.

"Kalau tahu kau akan mencampakkanku seperti ini, aku merasa menyesal membantumu, Re." Daniel menampakkan wajah sendu yang dibuat-buat. "Kalian bersenang-senang sementara aku di sini menjadi tua dan kesepian."

"Kau tidak mungkin kesepian, Niel." gerutu Rayhan. "Kau selalu ditemani gadis yang berbeda setiap malam yang sebentar lagi akan datang dan dengan senang hati menawarkan diri meski kau tidak meminta. Dan omong-omong kemana Budi?" Rayhan melirik sekeliling ruangan yang sepi.

"Aku agak pemilih jika menyangkut wanita, Re. Kau tahu itu." ralat Daniel. "Budi akan datang sebentar lagi. Pergilah, Re. Lain kali ajaklah Angela kemari bersamamu supaya kau tidak mencemaskannya."

"Sepertinya itu tidak mungkin, Niel." Rayhan berdiri dan menghabiskan minumannya. "Kecuali jika kau memilih berganti klub."

Daniel memikirkan maksud perkataan Rayhan dan mengerti. "Tidak ingin Angela bertemu dengannya, heh?"

"Begitulah." Rayhan merujuk pada ucapannya soal Justin yang merupakan anak dari pemilik klub langganan mereka itu. Terus terang ia masih cemburu pada kedekatan mereka dan Rayhan tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan kedua anak itu sekarang meski Angela telah bersamanya.

"Tenang saja, Re. Kau membuatku memiliki ide untuk membuka usaha klub malam yang sesuai dengan keinginan kita." gurau Daniel.

"Usul yang bagus, Niel. Jadi kau tidak perlu membayar ganti rugi kapanpun Sean ingin membuat kekacauan." Rayhan tertawa mengingatnya. Dulu Daniel memang sempat harus membayar ganti rugi dua kali saat Sean menyerangnya dan mengakibatkan kerusakan di klub tersebut.

"Benar juga." Daniel ikut tertawa. "Oiya, Re. Angela sudah tahu mengenai statusmu?"

Pertanyaan Daniel membuat tangan Rayhan berhenti di kenop pintu. Ia baru saja akan keluar ruangan. "Belum, Niel." Rayhan berbalik dan menatap Daniel sambil tertawa miris. "Aku takut ia akan meninggalkanku."

Daniel mengangguk-angguk. "Cepat atau lambat ia pasti tahu, Re. Dan sebaiknya ia mengetahui itu langsung darimu." Ia berdiri dan menyusul Rayhan yang masih bergeming di tempatnya. "Katakan saja padanya. Apapun yang terjadi aku tetap ada untuk mendukungmu." Daniel menepuk-nepuk bahunya.

Rayhan hanya mengangguk-angguk.

Ia melangkah keluar dari ruang VVIP itu dengan gontai. Daniel memang benar. Angela harus mendengar kebenaran dari dirinya sendiri sebelum mendengarnya dari orang lain. Dan hari ini ia bertekad mengatakannya.

"Hei, orang brengsek."

Rayhan sesungguhnya merasa tidak mungkin kata-kata itu ditujukan untuknya tapi suara itu terdengar agak familiar sehingga ia iseng menoleh ke belakang.

Ternyata itu Justin. Pemuda itu bersidekap sambil menyandarkan bahunya ke dinding lorong. Musik dari arah lantai dansa hanya terdengar remang-remang sehingga mereka masih bisa mendengar dengan jelas ucapan satu sama lain.

"Apa maumu?" Rayhan menegakkan tubuh dengan waspada.

"Hanya ingin memberi selamat padamu." Justin melangkah mendekatinya. "Kau pasti senang bukan memiliki Angela untuk sementara ini?" bibirnya melengkung membentuk senyuman sinis.

(END) RAYHAN AND ANGELA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang