Part 33 - I'll Be Alright

293K 18.9K 1.9K
                                    

I'll Be Allright - Anggun

***

"Papamu kujadwalkan masuk ICU besok siang, Rayhan."

Angela mendengar suara seseorang dari dalam kamar rumah sakit saat ia baru saja akan membuka pintu. Ia nekat kembali ke rumah sakit pada pukul sembilan malam tanpa tante Rahma, ibunda Rayhan karena tidak bisa tidur dengan tenang memikirkan keadaan ayahnya. Setelah dipikir-pikir ia tidak peduli jika harus bertemu lagi dengan kakaknya.

Saat pulang tadi ia memang bercakap-cakap sebentar dengan tante Rahma bahwa ayahnya terkena penyakit yang serius dan sudah berlangsung dalam jangka waktu lama. Namun tante Rahma menolak menjelaskan lebih lanjut mengenai seberapa parah keadaan ayahnya dan mengatakan akan mengajaknya menemui dokter besok untuk mendapat keterangan lengkap.

"Aku tidak bisa menandatanganinya. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Papa jika aku setuju memindahkannya ke ICU."

Angela mendengar suara kakaknya dan membuka pintu pelan-pelan agar tidak mengganggu.

"Meski terlihat baik, tapi kondisi papamu memburuk. Saya tidak bisa membiarkannya begitu saja."

"Apakah dengan membawanya ke ICU, dokter bisa menjamin akan membuatnya selamat?" tanya Rayhan. Angela melihat kakaknya berbicara dengan seorang lelaki paruh baya berjas putih yang kelihatannya adalah seorang dokter. Beberapa perawat berlalu lalang di sekitar mereka. Ada yang mengecek kondisi infus ayahnya, ada pula yang mencatat sesuatu.

"Dengar, Rayhan. Kami semua di sini adalah dokter, bukan Tuhan. Sebenarnya tidak ada yang seorang pun dokter yang bisa memberikan jaminan kehidupan ataupun vonis kematian pada pasiennya. Kami hanya bisa mengupayakan yang terbaik, sekecil apapun harapan yang ada." jelas sang dokter dengan sabar. "ICU memiliki peralatan yang lebih lengkap dan ruangan yang steril. Jelas itu lebih baik untuk Papamu."

Rayhan menggeleng.

"Boleh aku tahu sebenarnya apa yang terjadi pada Papa?" Angela akhirnya mengeluarkan suara.

Rayhan dan dokter tadi menoleh pada Angela. "Angela, sejak kapan kau ada di sini?"

"Mengapa Papa harus masuk ICU? Papa pasti akan baik-baik saja, bukan?! Tolong katakan padaku bahwa Papa tidak apa-apa!!" Angela bertanya dengan panik.

Rayhan dan dokter tadi hanya terdiam seakan kebingungan untuk menjelaskan padanya.

"Angela...kaukah itu?"

Suara ayahnya membuat Angela tidak mengindahkan mereka lagi. Ia bergegas menuju ke samping tempat tidur dan menggenggam tangan ayahnya kembali. "Pa...untunglah kau sadar. Katakan padaku bahwa apa yang kudengar tadi tidak benar. Papa hanya sakit biasa. Papa pasti sembuh, bukan?" Angela berbisik di telinga ayahnya.

Ayahnya mengangkat tangannya yang berada di genggaman Angela dan mengelus pipinya. Ia tak menjawab apapun dan hanya menggelengkan kepala.

"Aku tidak mengerti, Pa. Kenapa kau tidak menjawab saja pertanyaanku tadi? Jangan membuatku semakin kebingungan dengan semua ini. Kumohon, Pa." rengek Angela dengan suara pelan.

"Kau tidak perlu cemas, Angela...Kematian bukanlah akhir...dari segalanya, Nak..." ayahnya membuka suara.

Angela menggeleng. "Tidak..."

"Semua manusia...pasti akan menghadapinya...nanti."

Angela menggeleng semakin keras. "Tidak! Tidak! Tidak, Pa! Aku tahu tentang semua itu, tapi Papa tidak boleh meninggalkanku sekarang! Papa pernah berjanji bahwa Papa tidak akan meninggalkanku! Jika Papa berani meninggalkanku itu berarti Papa tidak sayang padaku! Angela percaya selama ini bahwa hanya Papa satu-satunya orang yang menyayangi Angela. Papa tidak boleh pergi sekarang! Tidak boleh!"

(END) RAYHAN AND ANGELA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang