SATU

386 30 7
                                    

Sudah satu setengah jam Kayra menduduki kursi empuk di showroom mobil itu. Untung saja di sana ada free wifi. Setidaknya Kayra bisa bolak balik stalking orang-orang random di Instagram untuk menghilangkan bosan.

Gavin, dan Papa sudah memutari showroom berkali-kali, dan si perfeksionis Gavin masih belum memutuskan untuk menambatkan hatinya ke salah satu mesin roda empat di sana.

"Ay, gue bingung pilih yang mana." Gavin menghempaskan pantatnya ke sisi kosong kursi yang diduduki Kayra.

"Hm, pilih yang mana aja. Toh sama-sama bisa ngangkut orang."

"Lo suka warna apa?"

"Pastel."

Tiba-tiba Gavin mengambil handphone Kayra paksa. "Serius Ay. Lo mah!"

"Apa-apaan sih Bang?!" Kayra menjulurkan tangannya hendak mengambil kembali handphone miliknya.

"Ini gue sita karena lo acuhin gue." Gavin memeletkan lidahnya lalu berdiri untuk kembali memutari showroom.

"Bang Gavin hape gue!"

Kayra ikut berdiri dan berusaha mengejar Abangnya itu. Orang satu itu memang sangat jahil. Pernah sekali, dia membuka ikatan tali sepatu Kayra diam-diam ketika di Mal, dan sukses membuat si ceroboh Kayra terjerembab di tengah-tengah Mal. Sementara Gavin cekikikan sendiri melihat adiknya.

Kayra menengok sana-sini berusaha menemukan tubuh jangkung Gavin. Terlalu sibuk mencari hingga tidak sadar dirinya menubruk punggung tegap seseorang di depannya.

"Aduh."

"Aw."

Gadis itu medongakkan kepalanya sambil mengelus dahinya. "Eh maaf mas, saya gak sengaja," ujarnya kepada cowok yang tadi di tabraknya.

"Eh iya, gak apa-apa," balas si cowok sambil tersenyum.

Kayra mengerutkan dahinya. Ia mengenali cowok ini. Astaga, dia kan Kean! Kapten bola yang gantengnya sudah dikenal seantero sekolah!

"Mbak, kok melamun? Ada yang sakit?"

Lamunannya terhenti, Kayra kemudian tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Ah, enggak, yaudah saya permisi ya." Katanya kemudian pergi dari hadapan kapten bola itu.

***

"Ay, Mami beli Nasi Padang, ayo makan."

Kayra menengok ke arah pintu kamarnya dan mendapati Gavin menyender di kusen pintunya. Melepas headsetnya, Kayra kemudian menatap Gavin bingung.

"Apa bang? Ayra gak denger tadi pake headset."

Gavin mendengus. "Makanya kalau punya telinga itu jangan disumbat headset mulu." Gavin mendesah lalu melanjutkan, "Udah ah ayo turun. Ada Nasi Padang."

"Nasi Padang?!" Kayra memekik senang. "Uyea! Ayo buru turun bang."
Gadis itu kemudian berlari kecil melewati Gavin yang geleng-geleng melihat tingkah lalu adiknya itu.

Empat kursi di meja makan itu kini sudah terisi penuh. Ketika Kayra dan Gavin turun tadi, Mami sudah selesai menata piring-piring berisi berbagai lauk khas Rumah Makan Padang.

"Memang deh ya Mami terbaik!" Kayra tersenyum puas.

Mami tersenyum lalu mencubit pinggang Kayra pelan, "Kamu tuh ya, kalau soal makanan aja paling semangat."

Kayra tidak menanggapi lagi. Mulutnya sudah terisi penuh oleh nasi dan rendang.

"Abang tadi gimana? Dapet yang sreg?"  Mami bertanya sebelum menyuapkan makanannya ke mulut.

Papa meminum seteguk air dari mugnya, sebelum membuka suara, "Si Abang itu Mi. Tadi pas di jalan ngomongnya udah tinggi banget mau langsung pilih mobil tipe ini lah, blablabla." Ayah melirik Gavin sekilas. "Taunya sampe sana, dia bingung sendiri mau pilih yang mana. Papa hampir encok disuruh keliling showroom berkali-kali."

Kayra menelan makanannya cepat-cepat. "Iya Mih! Ayra sampe bosen nungguinnya."

Gavin memasang senyum tanpa dosa di wajahnya. "Si Ayra ngomongnya aja bosen. Padahal tadi dia nyeruduk cogan di sana Mih. Pasti kesenengan lah dia."

Kayra membulatkan matanya. Menelan cepat, kemudian meminum seteguk air untuk membersihkan tenggorokannya.

"Jadi Abang liat aku nubruk orang tadi?!"

Gavin nyengir sebagai jawaban. Sementara Mami menatap Kayra antusias.

"Cogan? Wih, terus-terus?"

"Apaan sih Mih. Aku gak sengaja nabrak dia pas si Abang maling hapeku!"

Papa menahan tawa sambil mengunyah makanannya, saat melihat wajah kesal Kayra.

"Maling hape gimana Bang?" kini Mami menatap Gavin dengan kening berkerut.

Gavin mengendikkan bahunya, "Tadi aku suruh dia bantuin pilih, kasi saran gitu. Eh, malah dikacangin. Sibuk main hape. Yaudah aku ambil aja hapenya."

"Usil dia Mih!" Protes Kayra sambil mengunyah makanannya.

"Ye tapikan karena Abang usil kamu kecipratan berkah. Nabrak cogan."
Kayra memutar matanya, tidak tertarik membalas perkataan Gavin.

"Udah-udah," Mami menengahi. "Ayra kamu gak nanya siapa namanya? Orang yang kamu tabrak?"

"Oh, namanya Kean." Kayra kemudian terdiam. Sialan, pasti ini akan jadi bahan olokan baru.

Dan benar saja, Gavin langsung menyahuti dengan semangat empat-lima. "Tuhkan Mih! Sampe kenalan dia. Jangan-jangan udah tukeran nomer!"

Kayra mengambil selembar tisu, meremasnya lalu melemparnya ke arah Gavin. "Sembarangan! Ya, jelas aku tau lah. Dia tuh kapten bola di sekolah aku!"

Mami menatap Kayra dengan mata berbinar. "Kapten tim bola? Wah, Papa juga anak bola dulu. Gebet lah Ay!"

Tiba-tiba saja Kayra merasakan nafsu makannya menguap. Ia meletakkan sendoknya di piring lebih keras dari apa yang dia maksudkan. Membuat suara melengking.

"Apasih, cinta-cintaan mulu."

Kayra mengambil gelasnya kemudian meminum semua air yang tersisa di sana. "Ayra udah selesai makan." Katanya, kemudian naik ke atas menuju kamarnya.


Hello everyone! This is my first published story yeay😊 Aku exited banget buat nulis cerita ini. So, kalau kalian gak sengaja nemu cerita ini dan membaca cerita ini sampai ke sini, terima kasih banyak ya💕 Well, it will be great kalau kalian mau nyempetin buat ngasihin bintang dan komen buat cerita ini. Saran dan kritiknya ditunggu ya!

With love,
Hy

Finding FondnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang