Namira menautkan alisnya, kemudian melirik Ojan dari ekor matanya. Lelaki itu nampak bingung juga, bukankah ... "Bukannya lo sama Zidny?"

Iqbaal memutar bola matanya jengah, "Kalo gue punya (Namakamu), ngapain gue harus bawa orang lain?"

"Tapi, Baal, Zidny kasian. Dia gak ada temennya." ucap Ojan akhirnya setelah ia lebih memilih diam.

"Zidny kan ada Radit. Zidny sama Radit aja, biar gue sama (Namakamu). Boleh ya?" keukeuh Iqbaal.

"Terserah lo." ucap Ojan dan Namira bersamaan lalu memilih pergi dari hadapan Iqbaal.

***

Keesokan harinya, (Namakamu) sedang bersiap-siap untuk memenuhi janjinya bersama Iqbaal untuk mengajaknya pergi ke pesta ulang tahun Namira.

(Namakamu) telah rapi dengan menggunakan kemeja kotak-kota lengan panjang berwarna biru langit dan memakai celana berbahan levis berwarna biru gelap. Tak lupa , (Namakamu) menggunakan phasmina berbahan lembut dengan warna senada bajunya.

Jam sudah menunjukkan pukul 15.50 belum ada tanda-tanda Iqbaal datang menjemputnya. (Namakamu) memilih untuk keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga. (Namakamu) akan menunggunya di ruang tamu.

Beberapa kali (Namakamu) melirik ke layar ponselnya untuk melihat jam. (Namakamu) semakin mengeratkan tali tasnya yang tersampir di bahu kiri dengan gelisah.

Tin tin tin

(Namakamu) menghembuskan napas lega. Ia buru-buru berdiri dari duduknya san berjalan ke arah pintu utama.

(Namakamu) melihat Iqbaal sedang tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi sambil melambaikan tangannya.

"Hai, lama ya?" tanya Iqbaal begitu (Namakamu) berada di hadapannya.

"Banget," balas (Namakamu) ketus.

"Jangan ngambek, dong. Cantik tau," goda Iqbaal tangannya mencubit pipi (Namakamu) gemas.

Pipi (Namakamu) merona, "Iqbaal, ih. Kamu lama banget, sih."

Iqbaal membuka pintu penumpang bagian kiri samping kemudi, menyuruh (Namakamu) untuk masuk terlebih dahulu. Lalu Iqbaal berlari kecil menuju pintu kemudi. Setelah masuk dan menyalakan stater mobil. Iqbaal menginjak pedal gas dengan pelan. Mobil pun berjalan menyusuri jalanan kota dengan tenang. "Ya, maaf. Tadi di jalan macet total."

(Namakamu) mendengus sebal, lalu sedetik kemudian matanya membelalak mengingat sesuatu, "Iqbaal, sejak kapan kamu bisa bawa mobil?"

Iqbaal melirik sekilas sebelum akhirnya ia terkekeh mendengar pertanyaan (Namakamu) yang terdengar meremehkannya, "Eh, jangan salah. Aku udah jago bawa mobil dari dulu tau. Kamu aja yang gak tau."

(Namakamu) memicingkan matanya menatap dalam Iqbaal yang tidak menoleh sedikit pun kepadanya, "Dapat dipercaya."

Iqbaal menoleh sekilas ke arah (Namakamu), lalu kembali fokus menyetir, "Apa, sih, (Nam..)."

Bersambung...

Gimana? Gak begitu ngaretkan? Wkwkwk.

P.s yang bagian Namira ulang tahun itu ngasal total wkwk

Ohiya, mulai hari ini "Stay With Me" bakal aku next selama seminggu sekali. Hari apa ya enaknya? Senin aja, ya.

Oke, fix, cerita ini aku next setiap hari senin itu pun kalo sempet hahaha.
Akhir-akhir ini aku disibukan sama PKL. Jadi, maafkan kalo aku ngaret tanpa pemberitahuan. Bukan berarti aku melupakan tugas buat ngelanjutin ini cerita.

Cerita ini bakal aku next sampe tamat insya allah.

Ohya, kenapa aku ngambil hari senin? Kenapa gak hari sabtu-minggu aja pas hari libur?
Karena ... Hari sabtu-minggu aku gunain buat nulis cerita, sedangkan hari senin buat nge-publish cerita. Soalnya, aku pake wifi kantor tempat aku PKL hahaha.

Lumayan gratisan wkwkwk.

Sampai jumpa di minggu depan!

Saya, kembaran Ariana Grande pamit undur diri. Terimakasih.

Stay With Me [IDR] /SLOW UPDATE\Where stories live. Discover now