[Empat]

4.5K 392 9
                                    

Kejadian kemarin membuat (Namakamu) tidak ingin untuk melupakannya. Bagaimana tidak, untuk pertama kali (Namakamu) dapat berhadapan langsung dengan idolanya.

Berteman, bercerita, bermain, bercanda, dan ber lainnya yang ia lakukan bersama idolanya. Aldi.

Aldi yang merupakan teman (Namakamu) saat kecil. Teman ia bermain lumpur. Ah, andai (Namakamu) ingat itu semua. Sayangnya, ingatan (Namakamu) tidak sampai ke sana.

Pagi ini, (Namakamu) sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Rambutnya yang panjang dan lurus sengaja ia biarkan tergerai. Kebiasaan ini sering (Namakamu) lakukan bila bepergian. Menurutnya, membiarkan rambutnya tergerai membuat (Namakamu) terlihat lebih segar dan natural.

(Namakamu) keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk menemui kedua orangtuanya yang sedang menyantap sarapan mereka.

"Pagi, Yah, Bun," sapa (Namakamu) ketika sampai di ruang makan dan menarik salah satu kursi kosong.

"Pagi, sayang...," balas Bunda dan Ayah bebarengan.

(Namakamu) mengambil sepotong roti lapis dan melahapnya dengan tenang.

Ketika roti lapis yang dipegangnyavsudah habis termakan olehnya, (Namakamu) melirik ke arah jam dinding yang bergantung tepat di depannya. Jarum panjangnya sudah menunjuk angka enam, yang artinya (Namakamu) harus segera berangkat ke sekolah sebelum terlambat.

"Bun, Yah, aku berangkat, ya. Assalamu'alaikum," pamit (Namakamu) dengan tangan yang menyalimi kedua orangtuanya.

"Hati-hati," ucap Bunda mewakili.

(Namakamu) mengangguk lalu tersenyum, dan membuka pintu rumah yang membawanya langsung ke garasi untuk mengambil motornya yang bermalam di sana.

Memang (Namakamu) masih kelas sebelas dan usianya yang baru menginjak angka enam belas, tetapi ia diperbolehkan untuk mengendarai motor. Alasannya hanya satu, yaitu: orangtua yang tidak bisa mengantar jemputnya, karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

Bukan, (Namakamu) bukanlah seorang gadis yang kekurangan kasih sayang. Justru (Namakamu) bangga kepada orangtuanya, meskipun dalam keadaan sibuk beliau masih sempat untuk merawat dirinya.

(Namakamu) selalu bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan kepadanya. Keluarga yang harmonis, orangtua yang sempurna, teman yang baik hati, tetapi ia belum mengetahui takdir apa yang akan mengikutinya hingga ia meninggalkan dunia ini.

Mengendarai motor dengan kecepatan sedang membuatnya sampai dalam keadaan sehat ketika (Namakamu) berada di area sekolah. (Namakamu) hanya perlu menempuh waktu tidak lebih dari lima belas menit.

(Namakamu) melangkahkan kakinya dengan santai di koridor sekolah. Dengan sedikit senandungan yang keluar dari bibirnya yang mungil.

Ketika sampai di dalam kelas, (Namakamu) dikejutkan dengan teriakan Annisa yang menggema ke seluruh ruangan.

"(Namakamu)...!!! Oh, my God!" teriak Annisa sambil berlari menarik (Namakamu) untuk segera duduk di tempat duduknya.

Setelah (Namakamu) duduk dan menaruh tasnyabdi atas meja, (Namakamu) mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Ada apa, sih? Pagi-pagi udah teriak aja."

Karina yang melihat kelakuan Annisa juga hanya bisa menatapnya bingung. Nyesel gue bilang ini ke dia, batin Karina.

"Liat ini, (Namakamu)! Kok, bisa, sih?" pekik Annisa sambil memberikan ponselnya yang menampakkan foto (Namakamu) dengan seorang lelaki.

(Namakamu) membuka mulutnya. "Hm ... itu, ya bisalah."

Annisa merampas kembali ponselnya yang tadi dipegang (Namakamu) dan membuat (Namakamu) yang melihatnya langsung merubah raut mukanya. Terkejut.

"Apanya yang bisa? Jelas-jelas di sini lo foto bareng sama Aldi," kata Annisa sambil menunjuk ponselnya. Ya, lelaki yang dimaksud adalah Aldi.

"Lagian, apaan, sih. Biasa aja kali, Nis." Kali ini yang berbicara adalah Karina. Sedari tadi dia hanya diam menonton aksi Annisa yang menurutnya lebay.

(Namakamu) menghembuskan napas beratnya. "Oke. Gue kemarin emang ketemu sama Aldi. Di situ gue juga nggak tau kalo gue bakal ke rumah dia. Dan, kalian harus tau, gue sama Aldi itu ternyata teman dari kecil."

"APA?!" pekik Karina dan Annisa bebarengan.

(Namakamu) mengangguk. "Gue juga nggak tau, gue baru tau kemarin. Ya ... gue seneng, sih. Hehehe. Tinggal satu langkah lagi gue bisa deket sama Iqbaal. My future husband."

Ketika mendengar ucapan (Namakamu) yang terlalu berharap itu, Karina dan Annisa menoyor kepalanya bebarengan. "Huuu...."

* * *

Latihan vokal hari ini membuat Aldi lelah. Bagaimana tidak? Setelah pulang sekolah ia ditelepon dari pihak managemen untuk segara ke basecamp, karena hari ini akan ada latihan vokal dadakan.

Aldi menjatuhkan bokongnya asal ke atas sofa, dan mengambil stoples berisi camilan. Kemudian memakan camilan tersebut. Tiba-tiba dari arah samping Aldi merasakan ada seseorang yang duduk tepat di samping kirinya.

"Hai, Ald," sapa seseorang tadi sambil menyunggingkan senyumnya yang terkenal manis itu.

"Eh, Baal. Hai," balas Aldi dengan senyum yang tak kalah manis juga. "Oh iya, Baal. Semalem gue ketemu lagi sama cewek yang sering gue ceritain itu."

Iqbaal tampak mengernyitkan dahinya. "Cewek? Cewek yang mana?"

Aldi mendengus, lalu menyimpan stoples yang tadi di pegangnya ke meja. "Itu, lho, (Namakamu)."

Iqbaal membulatkan mulutnya membentuk huruf O. "Ajak, dong, sekali-kali. Gue juga pengin liat kali secantik apa, sih, cewek itu."

Mendengar ucapan Iqbaal yang terkesan meledek membuat Aldi mengangkat tangannya, dan menoyor kepala Iqbaal.

"Shh... sakit!"

"Bodo." Aldi menjulurkan lidahnya tepat ke hadapan Iqbaal. "Lagian, gue nggak mau kalo dia jadi bahan bully-an cuma gara-gara deket sama lo."

"Gue nggak sejahat itu kali. Intinya, besok, kan, kita ada jadwal latihan lagi. Sekalian lo ajak dia ke sini." Setelah mengucapkan itu, Iqbaal bangun dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Aldi.

Gue ajak dia ke sini kali, ya? Tanya Aldi pada dirinya sendiri.

Tidak mau berpikir lebih lama lagi, Aldi dengan segera mengambil ponselnya yang tersimpan di dalam saku celana, dan mengetikkan beberapa kalimat di atas layar ponsel.

Kebetulan kemarin dia sempat bertukar ID Line.

Alvaro Maldini : Hai, (Nam..). Besok ada acara?

1 menit

2 menit

3 menit

Ah, mungkin dia lagi sibuk. Batinnya. Tapi, tiba-tiba—

Tring!

(Namakamu)AAzzahra : Nggak tau. Emang ada apa?

Alvaro Maldini : Gue mau ajak lo jalan.

(Namakamu)AAzzahra : Serius?! Bisa kok ald bisa 😅

Aldi geleng-geleng kepala membaca balasan pesan dari (Namakamu). Perempuan ini memang tidak berubah.

Alvaro Maldini : Oke, gue jemput jam 4 di rumah lo, ya. See you. (Read)

Andai ia bisa menjadi miliknya.

• • • • •

Ya Allah, udah lama banget aku nggak next. Hehehe.

Ohiya, follow👉 Dheaaatyaa 👈 ya.... Akun baru, kasian. Hehehe.

Stay With Me [IDR] /SLOW UPDATE\Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang