Part 33 - I'll Be Alright

Start from the beginning
                                    

Tenggorokan Angela terasa tercekat karena menahan untuk tidak berbicara keras-keras. Ia tidak ingin orang lain tahu tentang kelemahan hatinya. "Jika kau pergi, tidak ada yang menyayangiku lagi...tidak ada, Pa..." bisik Angela.

"Papa...tidak akan...meninggalkanmu." Ayahnya menggeleng pelan.

Angela yang melihatnya perlahan-lahan tersenyum sambil mengangguk-angguk. Ia merasa lega.

"Mamamu juga tidak pernah...meninggalkanmu...Lihatlah...ia sekarang ada di sini juga...dan tersenyum pada kita...aku bisa melihatnya..." ayahnya tersenyum dan memejamkan mata. Sepertinya obatnya mulai bekerja dan ia tertidur kembali.

Angela berhenti tersenyum.

Banyak yang mengatakan bahwa saat seseorang mendekati ajal maka mereka akan sering meracau. Dan ayahnya sekarang melakukan hal itu. Entah kebetulan atau tidak.

"Tidak..." Angela menegakkan tubuh sambil menggeleng kembali. "Tidak, Pa. Kau tidak boleh mengatakan hal tadi lalu seenaknya tidur begitu saja!!" tanpa sadar ia mengguncang pelan tubuh ayahnya. "Dengarkan Angela, Pa. Angela belum selesai berbicara..."

"Angela! Hentikan!!" Rayhan menarik tubuh Angela menjauh.

"Lepaskan aku!! Aku belum selesai berbicara dengan Papa!! Lepaskan!!" Angela meronta-ronta mencoba melepaskan diri. Rayhan akhirnya melepaskannya di sudut ruangan yang terjauh.

"Berhentilah bersikap seperti anak kecil, Angela!!" bentak Rayhan. "Apa yang kaulakukan tadi tidak akan membantu apapun! Malah kau bisa mencelakakan Papa karena ulahmu!"

"Aku?! Aku tidak membantu?! Bagaimana denganmu, Kak?! Apa saja yang sudah kaulakukan?!" Angela mendorong Rayhan dengan penuh kemarahan.

Rayhan hanya terpaku menatapnya tanpa membalas.

"Jika kau sudah melakukan sesuatu yang berguna, mengapa Papa masih ada di sana?! Jawab aku!!" Angela menunjuk tempat tidur.

Rayhan berbalik dan menyisiri rambutnya dengan frustrasi lalu sejenak kemudian kembali menghadap Angela. "Dengar, Angela. Aku tahu kau sedih. Tapi bisakah kau tenang dan tidak bertingkah dramatis seolah-olah kau adalah yang paling menderita di sini? Semua orang bersedih, Angela! Bukan hanya dirimu." sahut Rayhan.

Angela ternganga tak percaya mendengarnya. "Aku tidak bersikap dramatis, sialan! Kakak tidak akan mengerti apa yang kurasakan karena kakak tidak pernah kehilangan! Orang sepertimu yang memiliki segalanya dalam hidup tidak akan pernah mengerti!"

Angela berbalik dan berlari keluar ruangan. Ia mendengar suara Rayhan yang memanggilnya tapi Angela tidak peduli. Angela hanya ingin mencari tempat untuk bersembunyi dan menangis sepuasnya seperti yang biasa ia lakukan. Ia memang sering bertingkah kekanak-kanakan akhir-akhir ini. Angela mengakuinya dalam hati. Tapi itu terjadi karena ia tidak pernah mendapatkan apa yang diinginkannya padahal ia selalu bersabar.

Ia sudah menjadi anak yang baik sejak umur lima tahun agar mamanya tidak selalu bersedih, tapi mamanya pergi meninggalkannya lebih dulu sebelum Angela sempat melihatnya bahagia. Ia sudah menunggu selama empat tahun untuk menjadi cantik dan mandiri agar diakui oleh kakaknya, tapi kakaknya sudah menjadi milik orang lain saat ia berhasil. Mengapa kehidupan seakan tidak pernah mengasihaninya? Dan sekarang ia harus berhadapan dengan risiko akan kehilangan orang yang ia cintai lagi?

Ini semua hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir. Angela mempercayai itu. Sebentar lagi ia akan terbangun dan mendapati dirinya ada di tempat tidurnya yang nyaman di Sydney lalu menerima telepon ucapan selamat pagi dari ayahnya seperti biasa. Ini semua adalah mimpi...

Tapi seberapa besarpun Angela mencoba meyakinkan dirinya, ia tetap menyadari dengan pedih bahwa ini adalah kenyataan. Dinding yang disentuhnya, lantai yang dipijaknya, langit-langit...semua yang ada di sekitarnya terasa nyata. Dan ayahnya memang benar terbaring di sana tadi.

(END) RAYHAN AND ANGELA Where stories live. Discover now