CHAPTER 18 ✔

2.7K 279 15
                                    

Sudah direvisi.

----------

Author POV

Harry sekarang sedang berada di sebuah pub di pusat kota London. Ia memang gila. karena, untuk apa dia ke pusat London jika rumahnya berada di pinggiran kota London?

Maksudku, untuk apa ia pergi ke pub?

"Shit. Wanita itu! Mengapa ia sangat keras kepala?! Sudah kukatakan bahwa Niall sangat berbahaya untuknya! Dasar tidak tau diri!" Gumam Harry pada dirinya sendiri sambil sibuk meminum vodkanya yang sudah habis hampir 3/4 botol.

Biar kuberi tau.

Dia, seorang harry Styles, menyimpan masa kelam bagi dirinya sendiri. Dia bukan seperti anak-anak baik yang mungkin banyak orang katakan.

Ia rapuh. Sejak lahir, ia tak tau siapa ayahnya. Maka dari itu, ia sering disebut anak haram.

Memang benar-benar menyakitkan untuknya. Tapi, ia mencoba untuk tetap bertahan.

Setiap kali ia emosi, ia selalu melarikan diri ke Club. Tapi anehnya, ia tak pernah terlibat pergaulan bebas lainnya selain meminum minuman beralkohol.

Sebut saja dia gila, bodoh, idiot, karena mencoba mencari tempat untuk melarikan diri di sebuah Club yang mayoritas manusia pun sudah tau berbagai macam orang apa yang terdapat didalamnya.

"Oh tuhan! Aku ini kenapa sih? Bodoh. Seharusnya aku tak usah memperdulikannya. Terserah ia mau melakukan apa. Bercinta dengan Niall didepanku juga tak apa. Aku kan tak mencintainya." Harry yang benar-benar mabuk, mencoba untuk berdiri sambil terus mengoceh tak jelas.

Dan yang lebih parahnya adalah, ada satu wanita di ujung lorong yang memperhatikan jalan Harry yang sempoyongan dengan seringaian yang mulai terlukis diwajahnya.

"Mengganggu milik orang lain tidak diharamkan, kan?"

**

"Jadi.. kemana dia?" Tanya gigi dengan hati-hati pada Green.

"Aku tak tau," jawab Green singkat.

"Ayolah.. aku tak suka kalian tak akur seperti ini. C'mon Green.."

"Yang kau tau adalah, aku dan dia berbaikan. Kami tak akan bisa akur G! Dia selalu ingin aku menurutinya, sedangkan dia?"

Gigi menghela nafasnya, "kita harus mencarinya."

Green menoleh kearah Gigi dengan alis terangkat, "Dan aku tak mau. G, dia lelaki dan sudah dewasa, biarkan saja dia pergi sendiri. Nanti dia pasti juga akan pulang."

"Aku akan menelepon Zayn." Kemudian Gigi bangkit dari duduknya dan mendial nomor Zayn sambil berjalan kearah dapur.

"Hello, babe?"

"Zayn! Kau harus kesini secepatnya!" Gigir berteriak membuat zayn terkekeh dari ujung sana.

"Sayang, apa yang mau kau bicarakan, hm? Kau mau aku menjemputmu di salon tadi?"

"Tidak Z. Aku berada dirumah Green sekarang"

"Apa? Untuk apa?! Astaga G. Jarak salonmu dengan rumah Green lumayan jauh. Begitupula dengan kantorku. Untuk apa kau kesana dan dengan apa?"

"Aku kesini menggunakan Taxi dan kau harus kesini. Apa kau tak mau menjemputku karena malas?"

"Bukan begitu, Darling. Baiklah aku akan kesana segera" gigi mendengar zayn menghela nafasnya.

Gigi tersenyum. "Baguslah! See you babe!" Setelah itu Gigi langsung berlari keruang tamu hendak bertemu dengan Green, namun yang ia lihat adalah kosong.

"Kemana Green?" Gumamnya.

"Green!" Gigi meneriaki nama Green dan berlari menuju kamar Green.

"Green, kau dimana?"

Gigi mendengar suara yang aneh dan ia segera menuju ke sumber suara itu.

"Astaga Green!!"

***

"Jadi.. sebenarnya apa yang terjadi padamu?" Tanya Gigi.

"Akupun tak tau. Aku mual," jawab Green dengan nada frustasi.

"Apa aku terserang penyakit mematikan?" Green yang mulai takut dengan hal-hal yang menyergap fikirannya mulai gugup.

Gigi yang melihat itu langsung menenangkannya. "Hei.. tenanglah Green. Siapa tau itu bukan penyakit kan? Sebentar.. biar aku telefon Zayn untul membawakan sesuatu untukmu."

"Zayn.."

"Bawakan aku sesuatu untuk Green.."

"Ya, bawakan dua alat itu"

"Okey. Kutunggu disini. Cepat"

"See you babe.."

Gigi mematikan telefonnya dan menghampiri Green yang sedang melihatnya dari ranjang.

"Well, Zayn akan membawakannya. Ia sedang dalam perjalanan sekarang. Kau tunggu okay?"

Green mengangguk.

"Kau mungkin bisa tidur dulu untuk beberapa menit. Karena, kau tau sendiri jarak dari kantornya kerumahmu sangatlah jauh. Dan, dia juga harus membelikanmu sesuatu bukan? Mungkin, dia memerlukan waktu yang cukup lama.." ujar Gigi.

"Perasaanku tak enak G. Apakah ini wajar?" tanya Green dengan tatapan kosong.

"Hey! Ayolah, jika kau mulai mengkhawatirkan Harry, bukankah tadi kau yang mengatakan kalau Harry tak apa? Lebih baik kau tidur daripada kau melamun seperti itu.."

"Baiklah.."

Gigi yang melihat Green mulai terlelap langsung menelefon seseorang.

"Halo. Ya, awasi dia dari kejauhan dan jangan sampai lengah!"

"Kita harus buktikan bahwa dia benar-benar baik untuk sahabatku."

--------

Double update everyone :v

Bacotan lama telah dihapus karena dianggap menjijikan. Wkwk

Give Me Love - H.S (Completed)Where stories live. Discover now