CHAPTER 9 ✔

2.8K 297 11
                                    

Ada yang udh nonton AAOOD? [MULMED]:v ih filmnya ucul:3
Sebenernya udh lama sih taunya, cuma gue pelit sama kuota.

Ayo fangirl bareng-bareng :v

___________________________________

Sudah direvisi.

"Tak tahu diri. Selama ini aku yang selalu membelanya. Bahkan Zayn saja tak berani melawan mereka. Apa dia tak bisa sedikit saja berterimakasih padaku dan terima kenyataan?! Sok paling tampan. Lain kali harus kuperingati juga dia jika dia hanya seorang nerd. Seorang nerd and I hate him. Merusak mood saja. Padahal aku sudah senang karena jadi lulusan terbaik walau aku anak baru." Umpat Green dengan kesalnya.

Ia tak menangis.

Lagipula mengapa ia harus menangis? Ia hanya kesal.

"Ingin rasanya kuhancurkan wajahnya yang sialnya tampan itu" gumam Green sambil meremas bantal gulingnya.

Ia melirik kalendar yang menempel di dinding kamarnya. Ia menghela nafas. Besok sekolahnya mengadakan prom. Satu bulan kedepannya dia harus melepas masa lajangnya dengan orang yang bahkan baru dekat dengannya hampir satu tahun ini.

Jika Harry adalah pribadi yang terbuka mungkin tak masalah bagi Green untuk menikahinya. Namun, tidak. Dia sangat tertutup bahkan dengan Zayn yang sahabatnya sejak kecil pun.

Ia merutuki mengapa ia bisa pindah ke London, harus bertemu Harry diperpustakaan, dan mengapa ia harus repot-repot mengantarkannya kerumahnya. Mengapa ia harus berteman dengannya- ralat, Bahkan Green tak merasa berteman dengan harry. Ia hanya merasa berteman dengan Gigi dan Zayn karena kembali lagi ke awal, bahwa Harry bukanlah seseorang yang friendly. Bukan seseorang yang terbuka. Jika seperti itupun dia pasti sudah lebih dekat dengan Harry sekarang. Dan dia mungkin tidak keberatan juga jika Harry menikahinya. Tapi siapa yang bisa melawan takdir? Jika sepasang hati sudah ditakdirkan bersama, apa yang harus dilakukan? Mencegahnya? Tidak.

Bukankah sudah kukatakan jika ia adalah seseorang yang 'tidak percaya dengan cinta' ? Jadi, untuk apa ia harus mencari lagi? Ia hanya tinggal menunggu. Karena orang-orang berkata bahwa 'cinta' datang dengan sendirinya.

Lalu apa yang harus Green lakukan sekarang? Menolak? Tentu saja tidak.

Tapi ia harus menjalaninya.

Karena kita tak pernah tau rencana tuhan yang sesungguhnya.

***

GREEN POV

semua berjalan dengan lancar sampai aku tiba didepan gerbang sekolah. Rasa gugup melandaku. Saat ini aku sedang bersama Gigi. Aku sedikit tak enak dengannya. Pasalnya, dia seharusnya berangkat bersama Zaynie. Tapi, aku mengganggu kegiatan mereka berdua.

Zayn dan Perrie. Sayang sekali hubungan mereka kandas. Padahal walaupun Perrie terhitung 'musuhku', tapi dia tak pernah bertingkah layaknya musuh. Ia hanya diam jika Niall dan kawanannya membullyku dan Harry.

Mungkin hanya sedikit bitchie didepan Zayn.

Sedikit ya. Tolong peragakan dengan sarkastik.

"Halo. Test test. Hai! Aku Joecylin. Untuk semua undangan harap berkumpul di aula segera. Terimakasih partisipasinya," ujar seseorang dari balik speaker. Joecylin lagi rupanya. Aku lumayan dekat dengannya dikelas musik. Jika kau tanya apakah aku bisa menyanyi? Mungkin bisa. Tapi aku tak tertarik.

"Okay. Selamat datang di prom night our school. Terimakasih untuk siswa-siswa yang sudah berpartisipasi untuk mendatangi acara ini. Selamat bagi yang sudah lulus dan mendapat nilai terbaik. Dan selamat menikmati acara ini!." Ujar seorang guru.

Tak lama setelah sang guru meninggalkan panggung, seorang murid naik keatas panggung dan langsung berseru 'let's have fun guys!'. Aku berjalan kepojok ruangan dan mengambil minuman. Aku memperhatikan sekitarku. Apa ia tak datang? Lagipula aku tak yakin jika ia akan datang.

Well- ternyata ia datang dengan menggunakan tuksedo tanpa memakai kacamata.

Wait, what?! Tanpa memakai kacamata? Apa dia gila? Aku tau ia ingin tampak memukau dengan ditiadakannya kacamata- umh maaf, Kacamata sialannya. Tapi dia benar-benar tidak waras. Terakhir kali aku melihat dia melepas kacamatanya setelah insiden kacamata patahnya dan setelah itupun ia nampak seperti orang buta. Tak bisa melihat apapun. Semuanya buram, itu yang dikatakannya.

Namun sekarang? Dengan gaya bak pangeran kuda putih dia bergaya tanpa mengenakan kacamatanya. Aku memutar bolamataku jengah. Dia melihat kearahku dan berjalan menghampiriku.

Kalau dilihat-lihat memang kuakui dia boleh juga. Garis rahangnya tegas, rambut coklat, kulit eksotis, badan atletis. Ah tapi sayang, ia menyia-nyiakan semua pemberian tuhan yang indah itu dengan menutupinya.

"Hey." Ucapnya datar. Flat.

"Hey. Tumben kau tak memakai kacamata. Kau tak takut terpeleset?" Tanyaku dengan nada sarkastik.

Hei! Aku masih marah padanya. Seenaknya bilang bahwa dia terpaksa menikahiku. Kurang apalagi aku ini? Cantik sudah, pintar sudah, baik, tentu. Lalu apalagi? Haha. Aku terlalu pede sepertinya.

"Memangnya apa masalahnya? Aku pakai kontak lens kok." Ujarnya. Aku melihat kearah matanya. Tidak ada tanda-tanda adanya kontak lens. Apa dia membohongiku?

Loving can hurt

Loving can hurt sometimes

But it's only thing that I know

And when it gets hard

You know it can get hard sometimes

It is the only thing that makes us feel alive

Terdengar lagu photograph yang dimainkan. Ah, mengapa harus lagu ini?

"Yang mempunyai pasangan, boleh melangkah mendekati pasangannya karena kita akan mengadakan dansa." Terdengar suara samar-samar.

"Mau dansa?" Tanyanya. Aku mengangguk. Kami mulai berdansa layaknya orang kebanyakan. Asal kau tau, aku terobsesi dengan sesuatu yang menyangkut dansa. Walau aku bisa dikategorikan 'bad girl', entahlah.

So you can keep me

Inside the pocket of your ripped jeans

Aku menatap matanya yang hijau bagai hutan dikedalaman itu. Kami menatap satu sama lain. Kurasakan tatapannya mulai melembut seiring berjalannya melodi. Astaga, mengapa ia begitu tampan? Apa hanya aku yang bisa melihat segala kelebihannya disini?

Holding me closer till our eyes meet

You won't ever be alone

Dia tersenyum. Pertama kalinya. Setelah sekian lamanya aku tak melihat senyumnya. Ia bahkan baru 2 kali tersenyum padaku terhitung hari ini.

And if you hurt me

Well that's okay baby only words bleed

Dia mendekat. Aku gugup. Aku menelan air liurku dengan susah payah.

Inside these pages you just hold me

And I won't ever let you go

Wait for me come home.

Dan kau tahu kan apa yang selanjutnya terjadi jika wajahnya sudah tak ada jarak denganku?

Give Me Love - H.S (Completed)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ