CHAPTER 13 ✔

2.7K 311 14
                                    

Sudah direvisi.

HARRY POV

Green saat ini sedang duduk disampingku dan memainkan handphonenya. Sesekali dia tersenyum sendiri. Aku mendelik kesal kearahnya.

Aku membenarkan letak kacamataku. Tebak apa? Aku menjadi nerd lagi selama 1 bulan di kampusku dan Green. Aku ingin tau bagaimana reaksi mereka saat melihat aku dan Green.

Sebenarnya mom tak mengizinkan kami untuk meneruskan ke jenjang perguruan tinggi, tapi Green dan aku sama sama memaksanya. Jadi, mom mengalah.

"Green.."

"Hm?" gumamnya. Dia masih sibuk main handphone.

"Green, kau sedang liat apa sih?" Aku berusaha merebut handphone nya dan gotcha! Dapat.

"Harry, kembalikan!" Aku tak mengindahkannya.

Aku melihat layar ponselnya dan menemukan sebuah pesan dari Niall.

Wait, what Niall?!

"Allison. Sedang apa kau dengan si blonde ini?" tanyaku dengan nada tegas sambil menunjukkan apa yang ada di layar ponselnya tanpa memandangnya.

Sialan. Apalagi yang blonde itu mau?!

"Dia hanya mengucapkan selamat Harry. Tak ada salahnya kan?" Jelasnya. Aku mendengus. Tetap saja. Aku tau si blonde itu ingin mencari perhatian Green.

"Hei, kembalikan ponselku!" Green merebut ponselnya sedangkan aku diam saja.

"Harry.. say something.. kau marah hanya gara-gara dia mengucapkan selamat padaku? Hey ayolah. Dia sudah berbaik hati untuk kita," bujuknya. Aku membuang mukaku dan berlalu meninggalkannya sendirian.

*

Kami berdua berjalan beriringan di koridor kampus. Benar saja kan? Mereka semua memperhatikan aku dan Green dengan tatapan aneh. Aku bisa saja menerka apa yang ada di otak mereka;

-beauty and the best

-the nerd and the most popular girl

-tak tau malu

-tak punya muka

Dan lain-lain.

Aku tau. Well, bukannya aku sombong. Tapi kan mereka belum melihat aku yang asli? Harry yang berambut keriting, ber tattoo, seksi- oke aku terlalu percaya diri. Tapi, Green sendiri sampai kaget bukan melihat tampang asliku? Apalagi mereka yang tak punya kaca dirumahnya.

Ugh, mengapa aku jadi seperti Louis yang sassy?

"Harry, mengapa mereka menatap kita dengan pandangan seperti itu?" tanya gadis disampingku. Tentu saja gadis, dia belum kusentuh sama sekali.

"Mungkin mereka iri," jawabku.

"Sudah kukatakan, kau buka saja kacamatamu dan berantaki rambutmu agar mereka tak melihat kita dengan pandangan seperti itu," bisik Green. Aku memutar bolamataku.

"Kau mau aku jadi lebih populer daripada kau?"

"Biar saja. Yang penting mereka tak menginjak-injak harga dirimu." Ah, gadis ini..

Aku menarik lengan Green menuju kelas kosong.

"Dengar Green. Aku ini sedang melanjutkan misi penyamaranku. Dan satu lagi, telingaku sudah terlalu kebal untuk mendengar omongan pedas orang-orang, jadi kau tak usah khawatir, right? Hanya satu bulan. Aku ingin melihat bagaimana cara mereka membullyku."

Green menghela nafasnya. "Tapi- harry lihat!" Green berseru menunjuk kearah belakang kepalaku. Aku menoleh dan- oh shit. Mengapa geng-geng sialan itu ada disini lagi? Oh dan tentu saja kecuali Kendall. Aku menyukainya. Tentu tak mungkin kan kupanggil dia sialan juga? Walau dia sering membullyku.

"Ayo kita keluar," ajak Green. Sejak kapan dia bersemangat menghadapi mereka? Atau jangan-jangan- ayolah singkirkan fikiran negative itu jauh-jauh darimu Styles.

"Well, bertemu lagi, Green Styles. Dan suamimu yang masih nerd ini, Harry styles," ujar Liam. Aku mengulas senyum tipis, bukan. Bahkan sangat tipis. Membenarkan letak kacamataku dan melihat kearah Green yang mencoba menahan emosinya. Aku mengusap-usapkan tanganku ketangannya agar ia lebih tenang menghadapi mereka.

Aku salut dengan Green. Waktu itu ia tak mengenalku tapi ia membelaku didepan Niall. Padahal jelas-jelas dulu aku benar-benar tak suka dengannya.

Louis tertawa mengejek. "Whoa.. Green? Mengapa kau diam saja? Takut ketahuan bahwa Harry itu suamimu? Aku masih tak percaya jika kalian menikah muda- well Green, seleramu sangat payah. Aku tak pernah menyang-"

Plak.

"Jaga bicaramu, bajingan," desis Green. Semua mahasiswa sudah mulai memandang kearah kami dengan pandangan penasaran dan ada yang berbisik ria sampai membuatku risih.

"Green, sudahlah sayang. Ayo kita pergi," bisikku pelan dan menarik tangannya pergi.

Green mendecih tepat mengenai baju liam dan membuang mukanya. Aku menghela nafas.

Benar kan? Dia rela membelaku dengan kelakuannya yang, berani?

***

"Harry, lain kali kusarankan kau harus melawan mereka. Aku tak rela kau masih saja dijadikan bahan bullyan!" teriak Green tertahan saat kami baru memasuki rumah.

Sedari tadi setelah kejadian Liam membullyku, Green diam saja. Ternyata dia masih emosi dengan kejadian tadi.

"Green, dengarkan aku dulu. Percuma saja jika aku melawan mereka. Mereka tak akan berhenti. Biarlah mereka sadar nantinya. Aku tak mau kau membuang-buang tenagamu demi meladeni mereka, oke?" Ujarku lembut dan memegang tangannya. Dia tampak lebih tenang dan mengangguk. Aku tersenyum dan mencium keningnya singkat.

Tak apa kan, jika sekedar membuat dia nyaman?

===============

Si heri php banget najizun:'v
Gue kan juga mau dicium keningnya, hiks

7+ voted to the next chapter

Give Me Love - H.S (Completed)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt