“Cemburu? Lo semua gila?” Jasmine memutar bola mata dengan malas. “Kalian percaya gak kalo gue bilang tuh brengsek ada niat jahat sama Lily?”

“Enggak,” kor Lia dan Anggi bersamaan membuat Jasmine berdecak sebal.

“Kok lo bisa mikir begitu?” tanya Anggi penasaran. “Kak Hujan rasanya gak ada bakat jadi antagonis deh. Waktu MOS aja dia baik banget sama junior.”

“Oh iya, lo gak ikut MOS kemaren. Jadi, lo gak tau gimana Kak Hujan waktu ngeMOS anak-anak kelas 10. Btw, lo mau denger gak?” tawar Lia menatap Lily yang terlihat tertarik tidak tertarik mendengarkannya. “Sebelum turun jabatan, Kak Hujan masih sempat jadi ketos pas MOS. Sumpah deh ya, Kak Hujan itu baaaiiikkkk bangeeeettttt!!!” Lia melebih-lebihkan dua kata di akhir kalimatnya.

“Iya, iya! Masa waktu ada panitia yang keterlaluan sama junior, Kak Hujan langsung turun tangan dan negur panitia itu. Belum lagi senyumnya Kak Hujan itu bikin adem banget kayak hujan di tengah kemarau! Gak salah deh itu orang tuanya ngasih nama anaknya Hujan.”

“Yah, Kak Hujan memang baik …,” gumam Lily sedikit malu.

Jasmine tersentak mendengar penuturan dari Lily. “Woi, jangan ketipu sama tuh orang! Dia itu manipulatif!” Jasmine menggebrak mejanya dengan kesal. “Please, kalian dengerin gue kali ini.”

“Bisakah kamu diam sedikit? Daritadi sangat mengganggu!” bentak Lily entah kenapa sangat marah kali ini. “Kamu gak punya kerjaan lain daripada mengusik hidup orang lain? Sana, cari kegiatan yang lebih bermanfaat!” usir Lily dengan keras, cukup membuat kelas hening untuk beberapa saat.

“Intinya, gue sudah ngasih peringatan buat lo, ya.” Jasmine mengeluarkan kotak rokok dari saku roknya dan memainkannya. Jasmine bangkit dari kursinya lalu berjalan meninggalkan kelas dengan santai.

***

“Hari ini lo harus pulang sama gue!” perintah Sauzan membuat Lily tidak jadi memasukkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

“Pergi dan jangan membuat nafsu makan Lily hilang,” balas Lily sengit.

Sauzan menarik kursi kosong dihadapan Lily sebelum mendaratkan bokongnya disana. “Gue gak terima penolakan. Kalo lo berani nolak, gue jamin bakal tabrak lo dari belakang!” ancam Sauzan. Setelah itu, dengan seenaknya ia pergi meninggalkan Lily.

Lily membanting sendoknya hingga berbenturan cukup nyaring dengan piring berisi nasi goreng itu. Nafsu makan Lily sirna begitu saja setelah mendengar ancaman tersebut.

***

Anak-anak cewek menahan pekikan saat melihat Hujan memasuki kelas mereka. Untunglah kelas untuk pelajaran terakhir sedang kosong karena guru yang mengajar ada urusan penting. Tak sampai disitu, mereka semakin gatal untuk menjerit saat melihat objek yang Hujan tuju adalah seorang siswi yang tertidur dengan pulasnya.

“Mau apa lo?” tanya Jasmine penuh aura permusuhan.

“Bisa minggir dulu gak? Gue mau bangunin teman sebangku lo itu,” ucap Hujan sambil menunjuk Lily yang tertidur dengan kedua telinga disumpal earphone.

Sebelum Jasmine melancarkan penolakan, tanpa diduga Lia dan Anggi sudah menariknya untuk menjauh agar Hujan mendapatkan akses mendekati Lily.

“KALIAN APA-APAAN, HAH?!” amuk Jasmine semakin menjadi begitu melihat Hujan menepuk-nepuk pipi Lily dengan lembut.

“Udah lo diem aja! Orang lagi pedekate juga,” ucap Anggi semakin mengeratkan cengkaramannya di tangan Jasmine. Anggi memiliki tenaga yang sangat kuat karena pernah menjadi juara Taekwondo se-Provinsi sewaktu SMP.

PainHealerWhere stories live. Discover now