Set

1K 153 2
                                    

"Kookie-ah, kau disini?"

♪♪♪♪

Jungkook menoleh ke arah sumber suara, melihat seorang pria berdiri di dekat meja yang di dudukinya.

"Oh, hyung. Aku sedang bosan di rumah."

Jungkook melihat hyung nya menolehkan pandangannya kepada Yerim.

Yerim membungkukkan badannya kepada bos yang berdiri di depannya.

"Ah, hyung. Bisakah aku meminta sekotak obat?"

Jungkook menghilangkan kecanggungan di antara Yerim dan hyung nya.

"Tentu, akan ku ambilkan."

Pria yang di panggil hyung oleh Jungkook pergi untuk mengambil sekotak obat.

"Apa kau bekerja disini?"

Yerim menundukkan kepalanya, tanpa menjawab pertanyaan Jungkook.

"Apa kau mengenal hyung ku, Jeon Wonwoo?"

"Tentu saja, dia adalah bosku."

Yerim mendongakkan kepalanya, tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

"Ini yang kau minta."

Wonwoo memberikan sekotak obat kepada Jungkook.

"Obati lututmu, aku akan pergi."

Jungkook memberikan sekotak obat kepada Yerim. Jungkook merasa Yerim tidak nyaman dengan keberadaannya.

Wonwoo mengerutkan alisnya melihat apa yang terjadi antara karyawan dan adiknya itu, dan memilih untuk mengangkat bahunya acuh.

"Jeongmal kamsahamnida."

Yerim membungkukkan badannya, meski dia tau Jungkook tidak melihatnya karena posisi Jungkook yang membelakanginya.

"Aku ikhlas."

Jungkook pergi begitu saja menuju ruangan hyung nya, yang diikuti oleh Wonwoo di belakangnya.

♪♪♪♪

"Kau mengenalnya?"

Daera melihat Yerim yang masih fokus membersihkan meja.

"Aku tidak mengenalnya, bahkan aku tidak tau namanya. Yang ku tau dia adalah adik bos kita."

Yerim menyelesaikan tugasnya, berjalan menuju ruangan khusus karyawan dan mengambil barangnya.

"Aku pulang duluan Daera."

"Ne, hati-hati di jalan."

Yerim keluar dari cafe tempatnya bekerja, menggunakan coat miliknya.

Berjalan menyusuri kencangnya hembusan angin malam, di tambah salju yang sepertinya akan turun.

"Kau ke dinginan?"

Yerim melihat ke arah pria yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya.

"Umm.. Tidak terlalu."

Yerim mengulum bibirnya menahan rasa dingin yang menusuk dirinya.

"Gunakan saja jaketku."

Pria itu menyampirkan jaketnya di pundak Yerim.

"Ah, Aniya. Kau sudah cukup membantuku tadi."

"Tidak apa, aku masih menggunakan sweaterku."

Yerim tersenyum merasakan tubuhnya yang sedikit menghangat akibat jaket yang si berikan pria itu.

"Namaku Jeon Jungkook, panggil saja Jungkook. Dan kau?"

"Aku Park Yerim, kau bisa memanggilku Yerim."

Jungkook melempar senyumnya kepada wanita yang berjalan bersamanya sekarang.

"Waa.. Apa kau merasakan sesuatu mencair di kepalamu?"

Yerim menatap salju yang mencair di telapak tangannya.

"Salju pertama turun."

Yerim membuka mulutnya, memperlihatkan kebahagiaannya karena salju pertama telah turun.

Jungkook hanya terdiam melihat tingkah laku Yerim, yang membuatnya teringat akan Jaein.

Jaein-ah, lagi-lagi dia mengingatkanku padamu.

Jungkook menundukkan kepalanya menatap salju yang mencari di atas jalan yang di tempuhnya.

"Jungkook-ssi, apa kau tidak senang?"

Yerim menatap Jungkook yang berada di hadapannya, karena sedari tadi dia berjalan mundur.

"Uh? Aniya, aku senang."

Jungkook memasang senyumnya yang terkesan terpaksa, hanya saja tetap terlihat manis bagi yang melihatnya.

"Aku akan memutar sebuah lagu yang selalu ku dengarkan ketika salju turun."

Yerim mengambil ponselnya dari saku coat miliknya.

Paper heart. Lagu ini lagi. Aku semakin rindu padamu Jaein.

"Aku merindukanmu, Jaein." ucap Jungkook lirih.

Yerim yang sedari tadi bernyanyi menghentikan aktivitasnya.

"Um? Apa yang kau katakan?"

Jungkook mendongakkan kepalanya melihat Yerim yang sedang menatapnya.

"Ah, Aniya. Dimana rumahmu?"

"Sudah dekat, kau pulang saja."

Yerim tersenyum, dan memperbaiki cara jalannya.

"Baiklah. Aku pulang dulu."

Jungkook memisahkan diri dari Yerim di tengah jalan.

Aku akan mengunjungimu nanti, Jaein.

♪♪♪♪

Don't forget to vote and comment, readers.🚀

Lvs,
Roundcloud.

Paper heart ▲ Jeon JungkookWhere stories live. Discover now