Lima - Cinta yang Berubah Rupa

ابدأ من البداية
                                    

Ya, Tristan tahu ucapan ini adalah hal yang wajib untuk diucapkan.

Rumit. Kaia memejamkan matanya erat. Perih. Baik di telinga maupun di hatinya. Dia sangat membenci kata-kata itu, juga nada dan rasa ragu-ragu Tristan. Kaia ingin mendengarkan kalimat itu, namun, dengan waktu yang bersamaan ia sangat membencinya. Salah satunya karena, semua itu mengingatkan Kaia pada kejadian bejat waktu itu. Seketika bulu kuduknya merinding, teringat Tristan yang berada disebelahnya ini adalah Tristan yang sama dengan yang ada di motel itu. Dan mereka hanya berdua.

"Aku bener-bener kehilangan kendali saat itu. Soal video kamu tidak usah kuatir lagi, Kay. Dan..."

"Kak Tris, aku mohon... aku nggak mau bahas hal ini," serbu Kaia langsung dan menghentikan apapun yang ingin diucapkan Tristan selanjutnya.

Lagi-lagi mereka diselimuti oleh keheningan yang canggung. Kaia sendiriberusaha keras untuk menyembunyikan tangisnya dari Tristan. Wanita itu berusaha menghentikan air matanya, ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Tristan. Demi tuhan.

Tristan meremas kemudi hingga buku-bukunya memutih. Dijilat bibirnya yang basah, setiap kata yang diucapkannya terasa penuh keraguan. Tidak seperti rancangan-rancangan yang selama ini selalu ia paparkan dengan percaya diri. Untuk setiap kata yang akan ia ucapkan pada Kaia, tak ada keyakinan mengenai hal itu. Tristan berdengung beberapa saat sebelum berkata :

"Kalau kita menikah. Semua itu pasti nggak akan berguna lagi buat mereka."

Kaia menarik nafasnya dalam. "Asal kamu tahu, jika ada orang terakhir yang pengen aku nikahin itu adalah kamu!" akhirnya ia memperlihatkan wajahnya pada Tristan. Tidak, bukan wajah lemah yang penuh dengan tangisan. Tapi, wajah yang tegas dan penuh amarah. Nafasnya memburu, matanya membeliak, dan Tristan menatap balik padanya.

Mereka berdiam dengan saling bertatapan cukup lama. Tak ada yang mau mengalah untuk menoleh atau menunduk sampai akhirnya suara klakson di belakang mobil mereka membuat Tristan terpaksa melihat ke depan untuk mengemudi.

"Kamu mau ketemu orangtuaku?" Tristan bersuara lagi. "Aku harus ngenalin kamu ke mereka."

"Mereka tahu?"

Kaia sudah kembali menatap ke jendela di sebelahnya, bersandar dengan tubuh agak meringkuk.

"Nggak tentu saja, semakin sedikit yang tahu maka semakin aman rahasia ini. Meski mereka orang tuaku sendiri. Terlalu riskan kalau banyak yang berdrama," jelas Tristan. Kali ini nada suaranya sudah sedikit lebih santai. Mungkin karena pengaruh dari suara Kaia yang lembut ketika menjawab pertanyaannya barusan. Karena Kaia mau bertanya balik padanya. "Kalau kamu bersedia, akan ku carikan waktu yang tepat."

"Aku mau," balas Kaia singkat. Ia memejamkan mata, berharap bisa tertidur atau setidaknya agar Tristan menyangka ia mengantuk dan tak suka diganggu.

"Oke, aku akan menghubungi kamu secepatnya," tukas Tristan. "Dan satu lagi, kamu mungkin akan denger rumor mengenai hubungan kita."

"Rumor?" Kaia membuka matanya. Rumor apa?

"Publik sudah tahu aku ini tunangan Kania. Jadi, itu diperlukan, kata Om Yudha."

"Ah, Papa..."

***

"...Tristan Lemuel Rasendriya, arsitek sukses ini mengaku jatuh cinta pada Kaia Kamitha Adhirajasa, adik dari tunanganya. Diakuinya selama ini hubungan dia dengan Kania hanya sebatas hubungan pertunangan bisnis saja. Kisah cinta Tristan dan Kaia sempat diwarnai pertentangan oleh Yudha, tapi akhirnya waktu yang telah meluluhkan hati Yudha. Mengikuti restu yang telah diberikan, Tristan dan Kaia akan melangsungkan pernikahan secepatnya. Belum ada konfirmasi dari pihak keluarga Adhirajasa mengenai berita ini..."

If Loving You is Wrongحيث تعيش القصص. اكتشف الآن