Tiga - Kembali untuk Pergi

3.6K 227 28
                                    

Kania Kusuma Adhirajasa. Laras menyelipkan 'kusuma' di dalam nama anak sulungnya dengan harapan gadis itu tumbuh seperti bunga, cantik, wangi, menyenangkan hati dan mampu melindungi diri. Yah, Kania memang tumbuh demikian, setidaknya dia cantik seperti bunga mekar yang mengundang kumbang-kumbang untuk mendekati. Meski kulitnya putih pucat, dia memiliki bibir tipis berwarna cerah, rambut sebahu yang ikal dicat sewarna almond dan iris hazel yang diturunkan oleh Laras padanya.

Kania memiliki semua material yang diperlukan pria untuk mencari istri. Salah satunya, Kania suka memasak. Karenanya dulu Kania memaksa Yudha untuk mengizinkan dirinya sekolah keluar negeri untuk bisa belajar memasak. Yudha sebenarnya lebih suka Kania meneruskan usaha konstruksi bersama suaminya kelak. Namun, Kania memenangkan kompetisi ini. Menghabiskan waktu tiga tahun di Itali, Kania kembali dan bekerja sebagai chef di hotel milik keluarga Adhirajasa. Itu sebabnya, di rumah Kania lah yang lebih sering memasak meski pun mereka punya Bi Surti.

Seperti saat ini misalnya. Kania sedang menyiapkan makan malam untuk keluarganya – karena dia anak dari pemilik hotel, Kania sedikit memiliki waktu yang leluasa untuk bekerja. Semua tergantung padanya. Untunglah, kepala chef tak masalah akan hal itu. Tangan itu dengan lincah mengiris daun bawang di atas talenan. Terkadang tangan yang lain sibuk membuka panci memastikan apa yang direbus di dalam sana sudah matang atau belum.

"Kak..."

Suara memanggil itu membuat Kania menoleh. "Loh, Kaia?"

Adiknya itu tersenyum, sangat jelas bahwa dipaksakan.

"Aku boleh bantu Kak Kania masak?" tanya Kaia ragu.

"Tentu!" Mata Kania membulat senang. Jelas saja, setelah berminggu-minggu mengurung diri di kamar akhirnya Kaia bersedia menemani dirinya memasak lagi. Seperti yang dulu sering mereka lakukan. "Ah! Kamu bisa bantu Kakak potong bayamnya." tukas Kania hampir menumpahkan sesuatu karena terlalu girang.

Kaia mengangguk lalu meraih sekantong bayam yang tadi dibeli Kania di supermarket. Kania memperhatikan Kaia yang memetik daun-daun bayam dengan pandangan kosong. Gadis ini adalah adik kesayangannya. Satu-satunya yang dia punya. Dan, kini sedang ditimpa masalah yang begitu berat, membuat Kania meraba dada yang sesak. Dia yakin pasti semua wanita tidak ingin mengalami hal seperti itu. Hal pertama yang ingin dilakukan saat mendengar musibah itu adalah menampar wajah Tristan. Lelaki yang telah melukai Kaia.

Dia ingat satu minggu yang lalu Kaia mengadu padanya bahwa dia tidak ingin menikah dengan Tristan. Yah, menikah dengan Tristan sama saja mendorong Kaia ke dalam lubang derita. Tapi, Kania tahu bahwa hal itu juga mampu menyelamatkan Kaia. Dia memberitahu seluruh alasan yang ia bisa pada Kaia agar mau menikah dengan Tristan. Kania tahu bahwa Kaia merasa tak enak padanya karena sebenarnya Tristan adalah mantan calon suami kakaknya. Meski dia juga yakin Kaia memiliki alasan yang lebih besar untuk membenci Tristan. Kita tidak perlu menyebut secara lugas.

Semenjak mengatakan semua itu pada Kaia, adiknya itu kembali mengurung diri. Seharian, tak mau memakan dan minum, Kania curiga dia juga tak mau tidur. Namun esoknya, Kaia keluar kamar untuk sarapan pagi di meja bersama keluarga. Sikapnya berangsur berubah, meski dingin dan tanpa banyak bicara, dia rutin makan bersama. Kemudian esoknya lagi, dia mulai memiliki kegiatan lain selain berdiam di kamar. Kaia membersihkan kamar tidur, mengganti tata letak barang dan menyusun kembali lemari pakaian. Di hari berikutnya lagi, dia membantu Laras berkebun. Dan hari ini, memasak...

***

Kaia hampir menyembur jus jeruk yang baru saja diminum saat melihat Kaia menuruni tangga dengan pakaian rapi, kemeja violet lembut dan celana kulot biru gelap. Wajah itu di dandani dengan make up ringan, terlihat cantik namun tak mampu menyimpan kelabu hatinya. Heelsnya berbunyi merdu ketika beradu dengan permukaan tangga yang terbuat dari kayu.

If Loving You is WrongWhere stories live. Discover now