Part 10 : Big Trouble

1.6K 86 10
                                    

“Autumn..”

Apa itu? Seperti ada yang memanggil namaku.

“Autumn..”

Benar, ada yang memanggilku. Itu suara Demi! Akhirnya dia datang juga.

“Hey, kalian beruda, Demi sudah datang.” ujarku pada kedua lelaki yang sedari tadi tidak bersuara ini. Entahlah kenapa, mungkin rasa takut masih menggelayuti mereka. Aku melihat ada cahaya! Itu pasti Demi yang sedang menyalakan lampu senternya. “Demi! Sebelah sini!”

Pancaran lampu itu sontak mengarah kepadaku.

“Autumn! Kau di sini rupanya.” ujar Demi melangkah menghampiriku. Aku bangkit berdiri.

“Ya. Untunglah kau cepat datang!” seruku senang. “Bersama Niall?” Demi dengan Niall? Ada apa ini?

“Dia membuntutiku.” jawabnya singkat. Zayn dan Justin juga bangkit dari duduknya. “Jadi kau di sini bersama mereka berdua?” kini Demi yang keheranan.

“Zayn? Justin? Apa yang kalian lakukan di sini bersama Autumn?” tukas Niall.

“Enak saja kau bicara! Kita tidak melakukan apa-apa.” sangkalku. Enteng sekali orang ini bicara.

“Kau tidak apa, Zayn? Kau kan phobia gelap.” Niall kembali mengucap.

“Sudah tidak apa-apa. Tadinya aku sangat shock.” jawab Zayn.

“Hey, Autumn. Kau bilang pintunya terkunci. Tidak tuh.”

“Apa? Jadi pintunya tidak terkunci?” sahutku pada Demi. Demi mengangguk. Jadi selama ini kita berdiam diri di perpustakaan ini tanpa pintu yang terkunci?! Pintunya tidak terkunci! Ini semua gara-gara lelaki-lelaki penakut itu! Coba saja tadi mereka tidak menghadangku saat aku bilang ingin cari bantuan. Pasti aku sudah mengetahui bahwa sebenarnya pintunya tidak terkunci. Jadi aku tidak perlu menghabiskan waktu berhargaku untuk berdiam diri serta tak perlu repot-repot untuk merasa khawatir pada mereka berdua seperti tadi. Penantianku menunggu sampai Demi datang jadi sia-sia kan? Seharusnya juga aku tidak perlu merepotkan Demi seperti ini. Aku jadi merasa tidak enak padanya. “Ehm, maaf ya jadi merepotkanmu. Aku tidak tahu kalau pintunya tidak dikunci. Biasanya kan memang selalu terkunci.”

“Kenapa kau tidak coba membukanya dulu?” tanya Demi.

“Sudah ingin kucoba. Tapi…” aku menatap Zayn dan Justin dengan pandangan geramku secara bergantian. “Gara-gara kedua pria penakut ini aku jadi tidak jadi melakukannya!”

“Hey hey, kalau kau tidak ceroboh menjatuhkan buku-buku itu sampai menimpa kepalamu, kita tidak perlu susah-susah menolongmu hingga akhirnya seluruh lampu dipadamkan!” sela Justin. Huh, masih saja bisa menyalahkanku.

“Sudah, sudah. Sebaikanya kita cepat kembali ke Asrama sebelum ada yang melihat kita.” tutur Niall. Benar juga yang ia katakan.

Setelah itu kami semua berjalan menuju pintu untuk keluar dari sini. Demi berjalan di depan karena dia yang memegang lampu senter. Tak lama, kita semua sudah berada di luar perpustakaan dan hendak berbelok ke kiri menuju Asrama.

“Berkeliaran saat jam tidur, huh? Kalian dalam masalah besar anak-anak.”

Oopsie! Skak mat! Kami semua menoleh ke belakang. Penjaga perpustakaan-alias pustakawan pengantuk- itu melipat kedua tangannya di dada.

“Petualangan malam hari? Atau ada maksud lain?” tuduhnya dengan nada menyudutkan.

“Tidak, tidak, Mr. Kita bisa jelaskan-“

“Stop! Jelaskan pada Dosen Pengawas, okay?” ujarnya memotong perkataanku yang hendak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ia terlihat sedang memutar kunci di pintu perpustakaan yang baru saja Justin tutup itu. Oh, ternyata dia kembali ke perpustakaan karena tadi dia lupa menguncinya. Sial! Mati! Mati! Nasib kami sekarang sedang tidak dalam titik aman. Mungkin lebih buruk dari tidak aman, yaitu masalah besar.

Unexpected (Completed)Where stories live. Discover now