Part 9 : Did I Care?

1.5K 72 5
                                    

Bagaimana pula aku menaruh buku ini ke tempatnya semula lagi? Tempatnya kan tinggi sekali. Waktu itu ada Cody yang membantuku mengambilnya, sekarang tidak ada siapa-siapa kecuali seorang pustakawan yang sedang mengantuk itu. Ya, aku sedang berada di perpustakaan yang lagi-lagi ini perintah Mr.Groof. Ia menyuruhku mengembalikan buku Sejarah ini ke perpustakaan. Lelaki tua itu selalu saja merepotkan aku. Mengapa tidak mengembalikannya sediri saja, sih? Tadi memang kelihatannya dia sedang terburu-buru, tapi tetap saja aku merasa direpotkan. Namun sifatku yang susah menolak permintaan tolong ini malah membuatku kesusahan sendiri. Sekarang sudah jam setengah 10 malam. Setengah jam lagi perpustakaan ini akan dikunci. Aku belum sempat bilang pada penjaga perpustakaan ini karena tadi kulihat dia sedang mengantuk berat. Dan karena kupikir aku takkan lama di sini, jadi aku tidak khawatir akan terkunci di sini. Maka dari itu aku harus cepat-cepat mencari akal untuk manuruh buku ini ke tempatnya semula sebelum jam 10 tepat.

Jika masih ada sela-sela kosong di barisan rak buku yang lumayan rendah, aku bisa meletakkannya di sana. Tapi ini penuh semua, sela yang kosong memang hanya di tempat awal buku ini aku ambil. Di sini tidak tersedia bangku kecil, yang ada adalah bangku-bangku panjang yang masing-masing bermuatan 10 orang untuk siswa-siswa duduk membaca buku. Tak mungkin kan aku menggeretnya kemari untuk aku naiki? Berat! Sedangkan tangga di simpan di dalam gudang. Malas sekali aku mengambilnya. Akhirnya aku paksakan kakiku untuk menjinjit setinggi mungkin dan tanganku mengulur sepanjang mungkin. Hampir sampai.. hampir sampai.. dan Yeah, sampai! Akhirnya!

BUGH BUGH BUGH!!! “AAAW!!!” What the?! Aduh, sakit! Sial! Aku tertimpa buku-buku yang terjatuh dari rak ini! Bagaimana bisa buku-buku ini sampai berjatuhan? Kepalaku… sakit sekali.

“Autumn?!”

Aku menoleh ke arah suara yang memanggilku. Kulihat samar-samar Justin dan Zayn. Benarkah itu mereka? Pandanganku buyar. Mungkin akibat kepalaku yang seketika menjadi pening seperti ini. Masih dengan memegangi kepalaku, aku melihat kedua orang itu berjalan mendekatiku.

“Kau kenapa, Autumn?”

Ternyata benar mereka. Dan yang barusan bertanya tadi adalah Justin yang kini sedang memegangi lenganku.

“Kau tidak lihat buku-buku ini berjatuhan? Pasti dia tertimpa olehnya, kau ini bagaimana.” sela Zayn. Justin tidak menanggapinya. Mereka membimbingku untuk bersender di dinding dan terduduk di lantai. Mereka ada di sisi kiri dan kananku.

“Masih sakit?” tanya Justin.

“Lumayan.” jawabku seadanya. Zayn dan Justin bangkit berdiri dan merapikan buku-buku yang berjatuhan tadi ke dalam rak. Setelah selesai mereka kembali duduk di sampingku dengan aku diantara mereka. “Kalian mengapa bisa ada di sini?” tanyaku, baru menyadari ternyata masih ada orang lain di perpustakaan ini selain aku dan pustakawan pengantuk itu.

“Aku memang sedang membaca buku di sini sejak makan malam usai.” jawab Justin.

“Aku tadi hanya kebetulan lewat hendak kembali ke Asrama, lalu kemudian aku mendengar suara gaduh dari luar dan kulihat dirimu yang sedang kesakitan.” jelas Zayn.

“Oh.” sahutku.

“Bagaimana kepalamu?”

“Membaik.” jawabku pada Zayn.

“Oh ya, bagaimana kau bisa tertimpa buku-buku itu?” tanya Justin.

“Tidak tahu. Mungkin aku tidak sengaja menyenggolnya ketika sedang berusaha meletakkan buku.” jawabku.

BLAM! Tiba-tiba saja semua lampu mati. Gelap! Gelap gulita! Tidak ada cahaya sama sekali. Ini pasti sudah jam 10 atau lebih. Pasti pustakawan itu yang mematikan lampunya dan pasti dia juga sudah mengunci perpustakaan ini. Bagus. Sudah kepalaku sakit, gelap, terkunci pula. Ditambah bersama kedua pria menyebalkan ini. Sangat bagus.

Unexpected (Completed)Where stories live. Discover now