Part 5 : Hmm, I Think I Like Him/Her

1.9K 97 0
                                    

Aku berjalan santai sambil memakan cemilan di tanganku. Aku sedang menuju kantin menghampiri sahabat-sahabatku yang sudah duluan ke sana. Sejauh ini hariku berjalan lancar. Aku tidak bangun kesiangan dan masih sempat menghadiri acara sarapan bersama di cafetaria Asrama. Untunglah, ternyata hanya kemarin saja hariku yang buruk sekali. Aku terus melangkah dan melangkah. Sampai akhirnya, BUGH! “Aaagh-aaw!” erangku. Aku tersungkur di lantai! Aku terpeleset! Sial, pinggulku sakit sekali! Kuusap-usap pinggulku yang terasa amat nyeri. Mengapa aku bisa terpeleset, sih? Aku mencari-cari sebab keterpelesetanku ini. Yang benar saja, aku menemukan kulit pisang! Dasar! Manusia tak tahu diri habis membuang sampah sembarangan dan aku yang jadi korban. Menyebalkan. Sangat me-nye-bal-kan!

Aku mencoba bangkit, sebelum kulihat ada dua uluran tangan di depan wajahku. Aku mendongakkan kepalaku melihat siapa pemilik uluran tangan ini. Kau tahu siapa? Zayn dan Justin! Mereka lagi, mereka lagi. Hidupku selalu tak lepas dari mereka. Kenapa mereka selalu saja muncul?! Aku menatap sinis kedua lelaki itu. “Aku tak butuh bantuan.” tukasku lalu berdiri sendiri. Aku berlalu melewati mereka, berjalan gontai di tengah-tengah mereka yang masih berdiri diam. Sengaja kusenggolkan kedua bahuku pada mereka yang ada di sisi kiri dan kananku. Terus saja aku melangkah tanpa menoleh lagi pada kedua orang itu. Duh, sakit juga pinggulku ini.

“Kenapa kau ulurkan tanganmu tadi?” tukas Zayn pada Justin yang masih terdiam melihat kepergian Autumn dari hadapan mereka.

“Aku berniat membantunya, kau sendiri kenapa?” Justin melemparkan pertanyaan kembali.

“Aku juga ingin membantunya.” jawab Zayn.

“Ya sudah, lalu apa masalahnya?” Justin terdengar sedikit sebal.

“Tidak ada masalah. Kenapa kau tanya apa masalahnya?” sahut Zayn dengan nada yang sama dengan Justin.

“Karena tadi kau bertanya kenapa aku ulurkan tanganku. Memangnya masalah bagimu jika aku mengulurkan tanganku untuk Autumn?” ujar Justin.

Zayn terdiam sejenak. Benar juga, kenapa dia bertanya seperti itu tadi? Entahlah, tapi jika boleh jujur, Zayn sedikit merasa sebal ketika tahu Justin berniat membantu Autumn berdiri tadi. Dan tanpa Zayn sadari, Justin pun juga begitu.

“Ya sudah, lupakan.” ucap Zayn dan berlalu meninggalkan Justin. Kenapa aku ini? Cemburu? Tidak masuk akal. Batin Zayn.

********

Aku sudah sampai di kantin. Mataku langsung tertuju pada lima gadis cantik yang sedang duduk bersama di meja paling pojok kantin ini, ya, siapa lagi kalau bukan sahabat-sahabatku? Aku mendekati mereka. “Hei, gals!” sapaku. “Maaf, aku lama. Tadi aku habis tertimpa sial.”

“Kenapa lagi kau, Autumn?” tanya Perrie.

“Terpeleset!” jawabku sebal, mengingat kulit pisang tadi. Oh ya, omong-omong kulit pisang, Harry kan suka sekali makan pisang. Jangan-jangan tadi itu ulahnya. Ergh, anak itu memang tidak bisa diampuni!

Ele, Miley, Selena, Demi, dan Perrie serempak menertawakan aku. Ya, ya, lucu sekali kawan-kawan! Aku mengambil tempat kosong di samping Selena.

“Makanya, lain kali hati-hati.” ucap Demi masih tertawa. Aku menanggapinya dengan menunjukkan deretan gigiku.

Kami mengobrol tanpa henti. Mendengar celotehannya Selena, menertawakan joke-nya Demi, melihat tingkah konyolnya Perrie, bahkan mendengarkan ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan yang kadang Ele katakan jika itu berhubungan dengan topik yang sedang kami bicarakan, walaupun tanggapan kami hanya “Ya, ya, ya, El, whatever you say.” Haha, dan lain-lain. Kalau sudah bersama mereka, dunia ini jadi beribu-ribu kali lebih menyenangkan dari kenyataannya. Persahabatan ini sangat berharga bagiku.

Unexpected (Completed)Where stories live. Discover now