Part 4 : What's Wrong With Them?!

1.9K 109 4
                                    

Pukul 7.30 PM waktu New York. Jam makan malam sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu. Aku, Demi, dan Perrie masih berdiam diri di kamar kami, melakukan aktivitas masing-masing. Aku sibuk dengan iPhone-ku, Demi sedang membaca novel kesayangannya, sedangkan Perrie, masih mencoba membujukku dan Demi untuk turun ke cafetaria Asrama, untuk menghadiri acara makan malam yang rutin dilaksanakan dari pukul 7 sampai 9 PM itu.

“Ayolah, aku lapar. Apa kalian tidak lapar?” rengek Perrie.

Aku dan Demi masih bergeming.

“Autumn, Demi, nanti kalau aku mati kelaparan bagaimana? Kalian harus bertanggung jawab! Ayolaah..” ucapnya lagi, kali ini menarik tangan kananku.

“Kau pergi saja ke kamar Selena sana, dan pergi makan malam bersama dia, Miley, dan Ele saja. Aku yakin mereka juga belum turun.” jawabku malas tanpa mengalihkan pandanganku pada iPhone-ku.

“Tapi kamar mereka kan lumayan jauh dari sini. Temani aku, ya?” rengeknya lagi.

Aku dan Demi masih tidak menjawab ajakannya itu. Sungguh, hari ini benar-benar terasa sangat berat bagiku. Yang aku inginkan hanya mengistirahatkan tubuh dan pikiranku. Jujur saja, aku tidak mau ke cafetaria Asrama, karena pasti di sana ada pria-pria penyebab kericuhan itu. Aku malas mendengarkan hal-hal yang membuat telingaku sakit. Sudah cukup pagi dan siangku direnggut ketenangannya. Dan malam hari, saatnya menikmati suasana yang damai.

“Demiiii…” Perrie beralih pada Demi karena aku sama sekali tidak menanggapi dia.

“Apa?” kulihat Demi sedikit mengalihkan pandangannya dari novel itu dan melirik Perrie. Sepertinya Demi juga tidak dalam mood yang bagus. Mungkin kejadian di kelas Drama itu masih terbayang di otaknya.

Knock, knock! Tiba-tiba pintu kamar kami ada yang mengetuk. “Hey, bukakan pintunya.” aku kenal sekali suara itu. Miley.

Dengan riang, Perrie bangkit dari duduknya dan langsung membukakan pintu. “Miley! Eh, Selena dan Eleanor juga!” ucapnya bahagia.

Ketiga gadis sahabat kami itu memasuki kamar kami. “Kalian tidak makan malam?” Tanya Eleanor.

“Tidak, aku malas.” jawabku.

“Kau Demi?” Tanya Selena. Demi menggeleng pelan.

“Lalu, kalian akan menahan lapar semalaman sampai pagi nanti, begitu? Itu juga kalau kalian tidak kesiangan. Kalau kalian kesiangan dan tak sempat sarapan seperti pagi tadi? Kalian mau mati kurus?” celoteh Selena. Ya, Selena memang banyak bicara. Tapi dia yang sangat peduli pada kami. Kalau cerewetnya sudah kambuh, aku tidak bisa membedakan celotehan Ibuku dengannya.

“Tidak, aku tidak akan merasa lapar.” pas sekali ketika setelah aku mengatakan kalimat itu, bunyi mengerikan terdengar. Uhm, bunyi perutku. Ugh! Memalukan sekali perut ini. Aku mengeluarkan cengiranku. Aku memang agak lapar, tapi.. Ah, biarlah aku makan saja. Jangan pedulikan orang-orang menyebalkan itu.

“Masih ingin mengelak?” ujar Selena.

“Ya, ya, aku makan malam bersama kalian.” jawabku akhirnya.

“Kalau begitu aku juga ikut. Aku tidak mau sendirian.” ucap Demi.

Kemudian kami ber-enam keluar kamar dan berlalu menuju cafetaria Asrama. Tidak lupa kukunci dulu pintu kamar ini. Tak sampai lima menit, kami sudah sampai di cafetaria. Tempat ini masih ramai sekali. Maklum sih, jam makan malam baru lewat sekitar satu jam yang lalu. Aku dan teman-teman mengambil nampan kami masing-masing dan mengantri mengambil menu makanan yang masih tersisa. Antriannya sepi, mungkin karena anak-anak itu sudah mengambil makanan duluan. Setelah nampan kami sudah terisi menu yang kami ambil, kami mencari tempat duduk kosong. Mataku terarah pada meja panjang di tengah-tengah cafetaria ini. Meja itu belum ada yang mengisi satu pun. Lalu, aku ajak mereka untuk duduk di sana. Kami duduk berhadapan-Bertiga-tiga-- dengan meja yang jadi pemisahnya.

Unexpected (Completed)Where stories live. Discover now