Flashback 8 part 2

37.6K 4.9K 504
                                    


Sudah lima hari aku dan Jenny tinggal sementara di rumah Bibi Ellie. Di rumah dua lantai bergaya victoria yang juga selalu sepi tapi tidak pernah membuatku kesepian.

Disini, aku dan Jenny juga lebih sering berdua di rumah seharian. Bayi kecil ini pun lebih suka tidur daripada menemaniku terjaga. Dan kalau sudah seperti itu, aku akan menghabiskan waktu dengan membenahi rumah, atau membuka buku pelajaran Jamie di kamarnya sambil mengisi lembar jawaban yang mayoritas kosong.

Memang kedengarannya membosankan, tapi untuk orang sepertiku, hal itu sudah sangat menghibur.

Waktu favoritku justru terjadi setelah itu.

Malam harinya ketika Jamie pulang kerja, dia akan mengobrol denganku. Menceritakan tentang harinya di tempat kerja yang penuh dengan "hati" para senior untuk dijaga dan gila disegani.
Biasanya setelah mendengar cerita itu, aku akan memberinya nasihat dan berlagak sebagai orang dewasa. Mengatakan apa yang harus dia lakukan secara bijaksana, seolah-olah aku ini Ghandi.

Rentetannya berlanjut ke Jamie yang akan mencibirku, mengataiku sok dan membuatku kesal, tapi pada akhirnya kami justru tertawa dan membuatnya sebagai rutinitas hampir setiap hari.

Sulit dipercaya kan?

Jamie yang dulu sangat kubenci justru menjadi satu-satunya orang yang melihatku sebagai Nora yang sama. Memperlakukanku sebagai manusia, dan bukannya makhluk tak berhati yang tidak butuh bersosialisasi. Dia membuatku nyaman tetap menjadi diriku, karena tidak ada sorot penghakiman tiap kali matanya menatap. Atau kata-kata tajam yang menyakitkan.

Hal lain yang kusuka dari tempat ini adalah Bibi Ellie.

Wanita paruh baya serta keluarga Jamie satu-satunya itu, tidak hanya mengizinkanku tinggal dirumahnya, namun juga sangat lembut pada Jenny.

Intinya, aku senang disini.

Karena tidak ada lagi perasaan ditinggalkan, atau sedih tiap kali melihat Ibu pergi tanpa mengatakan sepatah katapun padaku.

Pagi itu, saat aku tengah serius menggantikan pakaian Jenny yang habis dibersihkan, Bibi Ellie mengetuk pintu kamarku sebelum membukanya perlahan.

"Nora?"

"Oh hi Bibi Ellie. Baru pulang?" Aku menoleh kearahnya dan tersenyum kecil.

Bibi Ellie mengusap tangannya ke baju seragam perawat yang masih dia pakai, sebelum membalas senyumku, "Ya, baru beberapa menit yang lalu." Jelasnya. "Dia sudah bangun?"

"Iya, baru saja kubersihkan dengan handuk hangat." Jawabku. Mulai memasukkan tangan Jenny yang sangat kecil ke bagian tangan bajunya, lalu mengangkat tubuhnya perlahan dan melakukan hal yang sama ke tangan yang satunya lagi.

Aku sudah lumayan mahir melakukannya, walaupun masih takut-takut sedikit karena Jenny tetaplah sangat kecil.

Bibi Ellie masuk ke dalam dan berdiri di belakangku untuk melihat Jenny yang menguap lebar walaupun sudah tidur berjam-jam, dan membuat wanita paruh baya yang berdiri di belakangku tertawa.

"Oh... dia sudah mengantuk lagi?" Tanyanya geli. "Apa yang dia lakukan tadi malam sampai sengantuk itu? Main Mahjong?"

Aku ikut terkekeh melihatnya, "Iya. Dia memang tukang tidur. Sukurlah dia masih ingat menangis kalau lapar." Kataku menoleh kearah Bibi Ellie sekilas, membuatnya tertawa sekali lagi.

"Oh iya, kau sudah sarapan? Aku bawa sesuatu dari perjalanan pulang tadi. Tapi hanya sarapan sederhana saja, makanlah selagi hangat ya? Nora."

"Eh... i-iya sebentar lagi saja, terima kasih banyak. Maaf sudah merepotkan." Kataku sungkan.

Chasing MemoriesWhere stories live. Discover now