Chapter 25

29.3K 4.1K 254
                                    

Charlie akhirnya memperkenalkan diri setelah selesai memberi pesan singkat, untuk bertemu di sebuah kafe bernama Tibetan Shi. Tempat yang cukup dekat dengan kantor polisi dimana Charlie bekerja, walaupun agak jauh dari lokasiku saat ini. Dia memilih tempat itu karena tidak bisa lama-lama meninggalkan pekerjaannya, dan aku mengerti betapa sibuknya dia.

Aku tidak begitu mengenal Charlie di sepanjang ingatanku yang tersisa, dan hingga saat ini pun Charlie hanya sebatas sahabat Jamie dan tunangan dari Cay yang tidak begitu ku kenal. Jadi aku masih tidak punya gambaran tentang alasan kenapa dia sampai meminta untuk bertemu berdua bahkan disela-sela kesibukannya saat ini.

Jika alasannya untuk memberi teguran padaku karena sudah meminta Cay memeriksa berkas pekerjaan miliknya untuk, kurasa aku memang pantas mendapatkan ini. Walapun jika dipikir-pikir alasan tersebut agak sedikit tidak begitu penting.

Aku langsung berlari-lari kecil menuju ke dalam kafe begitu taksi berhenti, hujan deras masih mengguyur seluruh kota hingga tidak ada bagian dari tubuhku yang tidak kuyup terkena air hujan.

Di dalam kafe yang terasa jauh lebih hangat dibandingkan dengan diluar, aku mengedarkan pandangan untuk mencari sahabat Jamie tersebut.

Charlie langsung berdiri dari kursi. Sambil terlihat begitu khawatir memandangiku yang berjalan mendekat dan memaksakan senyum.

"Ya ampun..." buru-buru dia melepas jaket yang digunakannya lalu ia sampirkan ke pundakku, "Aku sungguh menyesal sudah membuatmu datang sejauh ini di cuaca yang buruk."

Aku tertawa sumbang, "Tidak apa-apa Charlie, aku justru berterima kasih padamu sudah mau menyisihkan waktu untuk bicara padaku. Pasti hal yang sangat penting."

Charlie tidak langsung menjawab dan hanya mengangguk singkat. "Tapi sebelumnya, pesanlah minuman hangat terlebih dahulu. Apa yang kau mau? Cinnamon Latte disini sangat enak. Mau ku pesankan? Aku yang teraktir." Tawarnya cepat. Gelagatnya menawarkan mengingatkanku pada Cay

"Baiklah, terima kasih."

"Sebentar ya." Charlie kemudian bangkit dan berjalan ke meja bar untuk bicara dengan barista di sana.

Akupun duduk dan menunggu sambil memperhatikan kaca jendela besar yang menampakkan orang-orang berlalu lalang dengan terburu-buru.

"Ini Cinnamon Lattenya." Tak lama kemudian Charlie meletakkan minuman dengan harum kayu manis di hadapanku, sambil menyodorkan sebuah handuk kecil "Aku juga minta handuk bersih ini untukmu. Kau bisa keringkan rambutmu dengan ini." Katanya, lalu kembali duduk di kursi di depanku.

Kami diam beberapa saat. Ketika aku sibuk mengeringkan wajah dengan handuk yang diberikan Charlie, sementara laki-laki itu juga terus memperhatikanku dengan raut muka seolah sedang memikirkan sesuatu yang rumit.

"Jadi, apa yang membuatmu ingin bertemu denganku?" ku letakkan handuk di tanganku ke atas meja dan mulai menatapnya secara langsung.

Charlie tertegun seperti tidak menyangka akan mendengar kalimat itu langsung dariku hingga menjadi terlihat salah tingkah, dan sibuk menyeruput kopi hitam di depannya.

"Sebelum kau menelponku, Cay juga sempat menghubungi. Dia bilang kau tahu soal dirinya yang memeriksa berkas kerjamu. Aku cuma ingin kau tahu kalau Cay tidak bersalah, itu aku..."

"Aku tahu Nora."selanya, melipat kedua tangan di atas meja dan mencondongkan tubuhnya ke arahku "Aku mengerti kenapa kau melakukan itu. Setidaknya sekarang aku mengerti..."

Aku hanya bisa memperhatikannya karena masih tidak mengerti.

"Waktu rumah kalian di bongkar pencuri, Jamie menelpon ku benar. Tapi dia tiba-tiba menolak melapor ke polisi secara resmi dan lebih memilih untuk memasang CCTV." Jelasnya langsung. "Dia juga menolak kecurigaanmu tentang telepon pada dini hari sebagai hal yang berkaitan dengan kejadian malam itu."

Chasing MemoriesWo Geschichten leben. Entdecke jetzt