Chapter 16 : Kate (pt 2)

758 60 2
                                    

"Kalian bisa tinggal di rumahku," Jawab Kate. "Rumahku di sana. Tinggal lurus saja." Ucapnya lagi.

"Bagaimana kita melawan Joey?" tanya Caramel.

"Aku tau," Jawab Kate. "Joey adalah orang yang tak pernah mengingkari janjinya. Kita buat perjanjian saja yang kira-kira ia setujui." Usul Kate. Miller menggaruk rambut tebalnya lalu memutarkan kedua bola matanya dan menopang dagu dengan tangan kirinya.

"Bagaimana jika kita memerangi mereka tapi mereka hanya mengirim kelompok the hunters saja?" Usul Miller. Mereka semua kecuali Miller memikir ulang usulannya. Memikirkan apa resikonya dan berapa persen kemungkinan menang. "Mereka berjumlah tiga puluh orang," ucap Caramel. "Lebih baik kita membuat perjanjian perang tujuh orang melawan anggota the hunters yang terbaik," Usul Carla. "Kita pasti akan kalah," Ucap Kate. "Mereka sangat terlatih." Tambahnya. "Tapi yang terbaik pasti hanya akan ada belasan orang," tambah Pete. Mereka melemparkan usul mereka satu per satu. Berdiskusi hingga menemukan cara yang memungkinkan mereka menang walau kemungkinannya hanya dua puluh persen. Detik menjadi menit. Menit menjadi jam. Belum juga mereka sepakati. Satu-satunya hal yang mereka semua sepakat adalah beristirahat di rumah Kate sembari mengobati Anne yang masih kesakitan. Mereka hampir lupa bahwa Anne masih kesakitan. Terdapat beberapa luka bakar dan luka setrum di tangannya.

"Terima kasih, Kate," Ucap Anne yang sedang mengoleskan obat ke tangannya. "Kau memang mahir meracik obat," tambah Anne. Kate adalah seorang herbalis jadi jelas saja ia pandai membuat obat dari tumbuh-tumbuhan. Rumah Kate lumayan besar. Besar namun sederhana. Terdapat banyak sekali tumbuh-tumbuhan di halaman belakangnya. "Musim dingin akan tiba," ucap Caramel yang sedari tadi duduk di atas sofa empuk sambil menikmati secangkir teh panas. "Ya, begitu," kata Carla yang sedang membersihkan sepatunya. Salju mulai turun. Suhu mulai menurun. Sebentar lagi jalanan akan diselimuti salju putih yang tebal.

"Kau punya pakaian hangat untuk kami?" tanya Pete pada Kate yang sedang meracik obat-obatan. "Aku hanya punya satu untukku," ucapnya. "Kau punya mesin jahit kan?" tanya Miller. Kate berhenti meracik lalu memutarkan badannya ke arah Miller. "Ya, itu di sana." Ucapnya sambil menunjuk letak mesin jahit. "Hanya saja aku tak punya bahan," tambah Kate. "Tapi aku punya selimut tebal banyak. Apa itu dapat membantu?" tanya Kate. Miller tersenyum lebar lalu mengangguk sambil berkata "Tentu." Ia lalu berjalan menuju mesin jahit. Terdapat banyak selimut di sampingnya. Miller lalu mulai menjahit baju hangat untuknya dan teman-temannya.

"Jadi.. rencananya?" tanya Pete penasaran. "Aku masih memikirkannya," jawab Miller. Caramel beranjak dari tempat duduknya. Ia berdiri di depan pintu rumah, memandangi langit. Rambut-rambut halus di tangannya mulai berdiri karena kedinginan. Bibirnya mulai kering. Ia memejamkan matanya sesaat sambil memikirkan bagaimana cara agar rencana Joey terungkap dan mendamaikan kaum manusia dengan mythies kembali. Ia lalu membuka matanya perlahan, membalikan tubuhnya melihat ke arah teman-temannya yang terlihat gelisah. "Aku setuju," Ucap Caramel memecah keheningan.

o

MythiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang