#23 Sayap (diperbaiki)

382 20 7
                                    


Jika aku mengingat-ngingat, hidupku ini hanyalah sebuah rentetan tragedi.

Perpisahan, pertemuan, konflik, kematian.

Mengapa semua berpusat pada diriku?

Kurasa ini adalah sebuah kutukan, tidak, maksudku takdir yang diciptakan oleh Tuhan.

Padahal aku tak pernah berharap untuk dilahirkan, namun saat ini aku tepat menyadari posisiku di dunia ini.

Andaikan saja aku tidak dilahirkan, mungkin aku takkan bertemu dengan Omorfa dan merasakan penderitaan seperti ini.

Semua ini benar-benar berat bagiku, sangat berat sehingga membuatku ingin membunuh diriku sendiri.

Aku sempat berpikir bahwa kematian adalah satu-satunya jalan agar aku dapat terbebas dari rantai yang dinamakan takdir ini.

Dahulu, aku seperti itu.

Namun kemudian Satan menyelamatkanku, dan memberiku kekuatan.

Kukira dengan cara itu aku dapat terbebas dari rantai takdir yang diciptakan tuhan, namun setelah itu aku dipermainkan oleh Satan.

Kurasa, Satan dan tuhan adalah hal yang sama saja. Keduanya merupakan manipulator terbesar dalam hidup ini.

Sebenarnya, untuk apa engkau menciptakanku wahai tuhan?

Apakah aku diciptakan untuk membangkang kepadamu?

Ataukah aku diciptakan sebagai hiburan atas kebosananmu?

Karena aku yakin, walaupun aku telah keluar dari jalanmu, engkau masih dapat melihatku.

Melihatku, memperhatikanku, menatapku, dan menertawakanku.

Aku takut padamu, namun aku juga membencimu.

Karena engkau telah menciptakanku, karena engkau yang berkuasa atas takdirku.

Jika aku boleh protes, aku ingin bertemu denganmu lalu memotong lehermu, namun itu tidak mungkin kan? Hahahahahaha.

Apa yang aku pikirkan ini, kurasa aku sudah yakin akan melakukan ini.

Walaupun pada akhirnya aku akan mati, atau mungkin benar-benar kehilangan diriku, kurasa aku telah siap menerima risikonya.

Tapi ketika aku berpikir bahwa aku mungkin akan melupakan Omorfa, dadaku terasa sakit.

Jika aku melupakan tujuanku, atau diriku yang saat ini, aku merasa takut.

Setidaknya, aku harus membalas dendam pada Satan, setidaknya aku harus mengingat dendam ini.

Ya, aku sudah siap.

Aku berdiri tepat di tengah-tengah kamarku yang telah di kosongkan. Tak ada kasur, tak ada lemari, tak ada karpet, tak ada hiasan-hiasan yang bergantung di dinding.

Hanya sebuah ruangan luas berwarna putih, yang di dalamnya hanya berisikan tiga orang.

Aku berada di tengah, sedangkan Moris dan Lunar berada di lawang pintu.

Kemudian aku duduk dengan melipat kedua kakiku, lalu membuat simbol El-Diablo dengan jari-jariku di atas kepala dengan tangan kanan, dan di depan dada dengan tangan kiri.

Aku menoleh ke belakang memberi aba-aba dengan tatapanku.

Keduanya pun mengangguk tanda bahwa mereka mengerti.

Lunar pun mengangkat tangannya lurus ke depan, kemudian ia membuka telapak tangannya lebar-lebar, dan dari sana muncullah sebuah balok berwarna hitam.

Venus - Kisah Sang Iblis [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang