Prolog: Pertemuan (diperbaiki)

5.9K 174 36
                                    


Baiklah! Aku akan sekolah hari ini!, pikir Omorfa. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, ia sangat menanti-nanti momen ini, ia ingin segera masuk dan segera belajar lagi. Beberapa hari yang lalu sebuah musibah menimpanya, ia mengalami peradangan di matanya membuat ia tak masuk sekolah selama delapan hari.

Anehnya ketika ia sembuh, tiba-tiba matanya dapat melihat aura orang lain. Karena khawatir, Omorfa dan kedua orang tuanya datang ke dukun untuk meminta pertolongan. Tapi hasilnya nihil, dukun itu tak dapat menolongnya. Ia mengatakan bahwa mata batin Omorfa telah terbuka dengan sempurna, dan ia tak mampu untuk menutupnya kembali. Entah apa yang dikatakan oleh dukun itu benar atau hanya omong kosong, Omorfa tidak mau ambil pusing.

Orang tua Omorfa memang masih khawatir akan apa yang dialami oleh putrinya, tapi mereka tak dapat menghalangi keinginan Omorfa untuk menimba ilmu. Bagi Omorfa, ilmu adalah segalanya, ia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang ilmuan fisika yang hebat. Ia mulai tertarik pada IPA sejak ia menonton tayangan National Geographic yang membahas tentang mekanika kuantum. Selain itu, ia juga ingin mengungkap kejadian-kejadian aneh supernatural yang sering dibicarakan dari telinga ke telinga.

Karena niatnya yang kuat, mungkin dewa menjawab harapan Omorfa dengan cara membukakan mata batinnya tersebut. Tak ada rasa takut sedikit pun ketika ia menyadari bahwa matanya dapat melihat aura orang lain. Sebaliknya, perasaan dalam hati Omorfa semakin berkobar untuk mengungkap secara ilmiah apa yang ia alami sekarang.

Omorfa pun sampai di sekolah, ia diantar oleh orang tuanya ke kelasnya. Walaupun Omorfa menolak, tapi orang tuanya bersikukuh memaksa untuk mengantarkannya. Ketika berjalan di koridor sekolah, Omorfa melihat berbagai warna dari masing-masing orang yang ia lewati. Mulai dari hijau, biru, merah, ungu, dan hitam. Omorfa tak mengerti arti dari warna-warna tersebut, tapi instingnya mengatakan untuk menjauhi orang-orang yang memiliki aura hitam. Mungkin aku harus datang ke dukun itu lagi, pikirnya karena ingin memahami makna dari warna-warna yang ia lihat, namun Omorfa sendiri masih ragu dengan kredibilitas dukun tersebut.

Ia di sapa oleh teman-temannya, mereka adalah mantan teman sekelas Omorfa ketika ia berada di kelas satu. Mereka menanyakan kondisi Omorfa sekarang karena khawatir. Namun Omorfa hanya menjawab dengan canggung "Ah ..., jangan khawatir, aku baik-baik saja kok".

Kemudian ia masuk ke ruangan kelasnya, di sana terpampang label yang bertuliskan 'XI - IPA1'. Sebuah kelas sains, sekaligus kelas unggulan di sekolah ini. Sekolah ini, SMA Unggulan Internasional, memang terbilang besar, di kelas satu terdapat setidaknya 40 kelas dengan jumlah murid dua puluh lima orang per kelas, di kelas dua terdapat setidaknya 30 kelas, dan di kelas tiga, ada 25 kelas. Selain besar, sekolah ini juga terkenal dengan seleksinya yang ketat, banyak saingan dari seluruh dunia.

Namun di antara semua orang-orang terpilih yang masuk ke sekolah ini, sosok yang bernama Omorfa Paramoidis adalah siswa unggulan yang meraih prestasi luar biasa. Semua orang mengenalnya, setidaknya namanya. Selain karena kecantikannya, ia juga dikenal sebagai murid yang cerdas karena Omorfa menjadi juara umum ketika ia berada di kelas satu. Ia mendapatkan nilai rata-rata 9,8 dalam rapornya saat itu. Tapi, meskipun begitu, ia bukanlah orang yang sombong. Ia menaati aturan dan noma dengan baik, hal itu dibuktikan dengan apa yang ia akan lakukan sekarang. Ia akan memperkenalkan dirinya lagi di hadapan teman sekelasnya, karena tak ada seorang pun yang ia kenal di kelas itu kecuali Expni yang pernah ditolaknya.

Kemudian kelas pun di mulai, jam dinding menunjukkan angka tujuh dan pada hari ini, tepatnya hari kamis, kelas diawali oleh guru wali kelas yang kemudiab memanggil Omorfa ke depan, dan ia pun memperkenalkan dirinya di hadapan teman-teman baru.

Di sudut kelas paling belakang, Expni hanya cemberut mengingat kenangan pahit saat ia berada di kelas satu.

Tiba-tiba, di tengah perkenalannya datang seorang siswa yang terlambat.

Venus - Kisah Sang Iblis [Tamat]Where stories live. Discover now