#22 Arah (diperbaiki)

491 25 6
                                    


Bulan berwarna merah darah menerangi gelapnya malam neraka. Jiwa-jiwa penuh dosa berteriak menderita di bawah panasnya api yang membara. Iblis-iblis meraung menyambut datangnya malam. Waktu di mana penghalang menuju dunia manusia mulai menipis.

Di antara semua itu, dua orang saling berhadapan satu sama lain. Di satu pihak, ia berdiri di tempat yang tinggi. Dan di pihak lain, ia berdiri di tempat yang lebih rendah.

Tatapan mereka bertemu. Emosi amarah, kebencian, dan dendam mengisi kekosongan di antara mereka berdua.

"TERKUTUK KAU SATAN!!!" Teriak Lucifer. "Mengapa, mengapa kau melakukan semua ini padaku?! Apa yang kau kau inginkan, apa yang kau harapkan dariku?!"

"Yang kuinginkan katamu? Hah, aku hanya menginginkan sedikit hiburan darimu." Jawab Satan sambil menunjuk merendahkan Lucifer.

"Tapi kenapa?! KENAPA?! DARI SELURUH UMAT MANUSIA DI BUMI, MENGAPA HARUS AKU?!!!!"

Satan tertawa cekikik mendengar ucapan Lucifer.

"Mengapa katamu ....? Aku hanya merasa sedikit tertarik padamu, Lucifer. Sejak kau berumur tiga tahun, aku telah melihat potensi kenaifanmu. Aku dapat melihatnya Lucifer .... bahwa kau akan menjadi orang yang sangat baik. Sangat baik, sangat baik, sangat baik, dan membuatku kesal. Kau memendam kebencianmu, meredamnya, berusaha untuk menahan segala bentuk kegelapan. Kau naif! Baik! Dan dewasa di usia mudamu .... tapi, aku juga tahu bahwa kau akan segera merasakan hukuman dunia," ucap Satan. "Itu adalah hukuman untukmu, hukuman karena terlalu menjadi baik. Ya ... kau telah mengingatkanku pada diriku yang lama, ketika aku masih merupakan malaikat tertinggi di surga, ketika aku adalah makhluk paling baik di antara seluruh ciptaan-Nya. Tapi ...! Ia membuangku, membuangku ke tempat ini, ke tempat yang jorok ini! Itu adalah hukum dari dunia ini, ketika kau menjadi terlalu baik, maka kau akan disiksa. Tidak seimbang, tidak sempurna. Kesempurnaan ada karena memiliki dua sisi. Kebaikan dan kekejaman, kedua ini menciptakan keseimbangan dan kesempurnaan. Kau membuatku kesal dan jijik, karena itu aku menggodamu, aku ingin melihat apa yang engkau hasilkan dari perbuatanmu. Aku ingin melihat takdirmu, aku ingin melihat keputusasaanmu yang lebih dalam lagi!!"

"Anjing ... kau benar-benar anjing, kau lebih rendah dari para setan yang selama ini kutemui." gumam Lucifer selagi mendengarkan ucapan Satan.

"Hah, terserah padamu. Semuanya ... habisi mereka." Perintah Satan pada pelayannya.

Mereka pun menyiapkan senjata mereka, dan mengarahkannya pada Lucifer.

"Tuan ... untuk saat ini kita harus mundur." Bisik Moris dengan penuh kewaspadaan.

Namun Lucifer tak mau mengikuti saran dari pelayannya tersebut. Ia murka, kegelapan mengisi setiap celah dalam hatinya. Ia benar-benar merasa tersakiti, dikhianati oleh seseorang yang ia percayai.

Brengsek! Brengsek! Brengsek! Semua anjing! Anjing! Anjing! Akan kubunuh! Akan kubunuh ia!!!

Tatapan matanya begitu tajam, tanduk-tanduk baru mulai tumbuh dari seluruh tubuhnya. Aura berwarna hitam memancar dengan kuat. Gelap dan pekat, membuat siapa pun merasakan teror yang menyesakkan.

Dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah terdapat ratap dan kertak gigi. Suara dari mulutnya bagaikan hewan buas yang mengincar mangsanya. Gigi taringnya memanjang tak terkendali.

Namun Moris belum putus asa untuk mengembalikan majikannya.

"Putra Fajar!" sahut Moris.

Seketika itu amarahnya mulai mereda, dan tangisan mulai keluar dari matanya.

"Kita harus mundur gusti ...."

Dengan perlahan Lucifer mengangguk, ia pun menggunakan sihir berpindah tempat untuk mundur dari Satan.

"Satan! Aku pasti! Akan membuatmu membayarnya!" ucap Moris menggantikan Lucifer sebelum ia menghilang bersamanya.

Satan pun memberikan tatapan sinis, merasa dilecehkan oleh makhluk yang lebih rendah darinya. Ia ingin menghabisinya saat itu, namun ia menahannya.

Setelah ketiganya lenyap dari hadapan Satan, para pelayan Satan pun mulai menurunkan senjata mereka.

"Apakah ini sudah cukup, wahai Satan?" tanya salah satu pelayan Satan, sang malaikat jatuh yang bernama Rosier.

"Ya, untuk saat ini biarkan mereka .... Ia pasti akan datang kembali padaku."

***

—Istana Lucifer

Lucifer didampingi oleh Moris dan Satanackia kembali ke istana. Seketika mereka sampai, Moris menuntun Lucifer ke singgasananya.

Dengan perlahan Lucifer duduk dibantu oleh Moris disampingnya.

"Anjing!!!"

Sahut Lucifer sambil berusaha memukulkan tangan kanannya ke singgasananya, namun Moris menahan tangan tersebut berusaha untuk menenangkan Lucifer.

Di sisi lain Satanackia menundukkan kepalanya pamit, berniat untuk memberitakan apa yang ia saksikan pada seluruh pelayan Lucifer.

Lucifer menyerah pada Moris, ia melemaskan punggungnya ke belakang, lalu menutup kelopak matanya.

"Moris ..." rintih Lucifer dengan nada sedih, ia meletakkan telapak tangan kirnya menutupi kedua bola mata yang tak kuasa menerima pedihnya kebenaran. "Mengapa ... mengapa aku harus mengalami semua ini ...? Mengapa ... Omorfa harus mati ...?"

Moris mempererat pegangan tangannya tanpa mengucapkan apa-apa.

"Aku benar-benar lelah ... aku ingin tidur ... tidur yang begitu dalam dan nyenyak ... melihat mimpi indah bersama Omorfa, berkeluarga, dan mempunyai anak, lalu hidup tanpa penyesalan." gumnya menceritakan harapannya. Ia pun melepaskan tangan kirinya dan meletakkannya kembali di singgasananya.

"Omorfa ... padahal aku telah berjuang mati-matian demi melindungi hidupnya. Hanya demi itu aku hidup, hanya demi dirinya, hanya untuknya. Tapi ... tapi ..., sekali lagi aku gagal. Aku benar-benar tak berdaya, hatiku benar-benar hancur, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan."

Mendengar itu Moris meraih tangan kiri Lucifer, dan menyatukannya dengan tangan yang satunya lagi. Ia tak tahu apa yang bisa ia lakukan untuk mendukung Lucifer. Namun ia rasa, bahwa ia harus mengungkapkan perasaan terdalamnya, melewati batasan antara gusti dan pelayan.

"Putra ..." ucapnya dengan lembut, memanggil dengan nama panggilan yang biasa Omorfa ucapkan. "Apapun yang terjadi, apapun jalan yang kau pilih, kami akan selalu mengikutimu. Baik itu merupakan jalan menuju kematian, maupun itu adalah mengejar sesuatu yang tak mungkin tercapai, kami akan selalu mengikutimu. Kami menghormatimu, kami mencintaimu, engkau adalah esensi tertinggi bagi kami. Seorang gusti, seorang Tuhan, kau adalah sosok yang kami rindukan, kami memujamu, kami akan mewujudkan semua yang kau harapkan. Seegois apapun harapanmu, baik itu menghidupkan kembali nona Omorfa, atau membalas dendam pada Satan, atau keduanya, kami akan mengikuti perintahmu. Maka dari itu, jangan katakan bahwa kau tak berdaya ... kau masih memiliki kami, kau masih dapat untuk terus berdiri."

"Tapi ... apa yang harus kulakukan? Aku tidak tahu, aku benar-benar telah kehilangan arah ..."

Moris pun memasang senyuman yang tulus di wajahnya. Senyuman yang mampu meluluhkan siapapun yang melihatnya.

"Putra, kau tak seharusnya menghawatirkan apapun. Kau hanya perlu memerintahkan kami seperti biasa. Oke ...?"

Kemudian Moris pun mengangkat kedua tangan Lucifer dengan perlahan lalu ia menciumnya dengan mencurahkan seluruh perasaanya, seluruh cinta dan kasih sayang pada seseorang yang berharga baginya Hal itu membuat Lucifer terkejut, membuat hatinya luluh dan meluap-luap dipenuhi oleh perasaan haru yang tak tertahankan.

Sekali lagi Lucifer menitikkan air matanya. Dilsiz pun lalu memeluknya dengan erat, mencoba mengatakan bahwa ia tepat berada di sisinya dan akan selalu menemaninya dalam situasi apapun.

"Terima kasih Moris ..."

Dengan begitu, batasan di antara mereka terhapus dan digantikan oleh hangatnya kasih sayang.

=========================

Venus - Kisah Sang Iblis [Tamat]Where stories live. Discover now