24. Ser-ən-ˈdi-pə-tē 🔓

111K 12.1K 1.2K
                                    

(pt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(pt.3)


BERKAT pertolongan perawat lainnya, pendarahan dari hidungku telah berhenti dan aku telah menelan obat pereda rasa sakit untuk menjinakkan kepalaku yang terus menerus berdenyut ini.

Perawatku menyuruh gadis penyebab kegilaanku itu untuk pulang agar aku dapat beristirahat dengan tenang, namun aku menolak karena masih banyak hal yang perlu kubicarakan dengannya.

Walaupun sebenarnya peraturan di sini melarang keluarga atau kerabat masuk ke dalam kamar pasien, aku berhasil mendapat ijin untuk menitipkan Jiyoon bersama Taehyung dalam kamarnya.

Kini aku bersama ibu single parents itu duduk kembali di Missing Room atau ruang rindu itu. Ruangan yang sama namun dengan suasana yang berbeda.

Kami saling berkontak mata dalam diam cukup lama.

Lihatlah dirimu, Lee Yoonji. Kau pasti sangat lelah. Kantung matamu telah mengatakan semuanya.

Tak bisakah kau memakai sedikit riasan di wajahmu? Wajahmu itu mengingatkanku dengan mayat saja. Aku heran mengapa gadis kita tidak takut melihat rupamu.

Lihatlah caramu berpakaian. Baju putih longgar dengan rok hitam selutut bagaikan seorang ahjuma.

Tak salah jika aku tidak mengenalimu. Kemana Lee Yoonji yang selalu modis dengan riasan tebal yang kukenal?

Melihatmu dengan kondisi seperti ini membuat hatiku sakit.

Kenapa kau datang lagi kedalam kehidupanku?

Setidaknya jika aku menderita di sini, seharusnya kau bahagia di luar sana. Mengapa kau kembali dengan kondisi seperti ini?

"Aku berbohong."

Apa yang kau sembunyikan dariku?

"Karena kau, aku menganggung semuanya."

Lalu mengapa kau tidak berbagi bebanmu padaku?

Kau ini tak bisa menanggung semuanya sendirian.

Jangan bertingkah seolah-olah kau kuat.

Kau ini lemah, gadisku.

"Mianhae...." ucap kami secara bersamaan.

"Kau dulu."
"Kau dulu."

"Aish."
"Aish."

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang