After Love Part 21

Mulai dari awal
                                    

Merasa terus-terus diremehkan. Shopia akhirnya mencoba meraih mangkuk itu. Baik Jun ataupun asisten koki yang ada di sana, terlalu sibuk untuk memperhatikan hal yang sedang dilakukan Shopia. Hingga akhirnya suara pecahan kaca yang memekan telinga membuat keduanya terlonjak.

Mereka seketika melihat Shopia yang juga bergeming kaget. Sebelum akhirnya kedua pasang mata itu semakin terkejut melihat samping betis Shopia menampilkan sebuah goresan yang cukup membuat sedikit darah mulai mengalir keluar. Tampaknya, saat mangkuk itu terjatuh ke lantai, pecahan kacanya terlempar melayang menggores kaki Shopia.

"YHA!!" Jun akhirnya berseru marah karena kecerobohan perempuan itu hingga kulit kakinya terluka seperti itu. "Billy, tolong ambil alih masakanku."

Sang asisten yang tengah sibuk mengupas kentang tadi akhirnya menggantikan Jun yang segera membawa Shopia ke belakang dapur. Tempat ruang ganti dan tempat kotak kesehatan berada.

Shopia meringis kecil. Walau mencoba untuk tidak merengek, Shopia tak bisa bohong kalau kakinya mulai terasa agak perih. Seharusnya tadi ia membiarkan egonya terluka untuk tidak menuruti perintah Jun karena merasa diremehkan. Karena memang dia sedikit pendek untuk meraih rak gantung itu.

"Maaf," ucap Shopia pelan menahan perih saat Jun mulai mengobati luka Shopia perlahan.

"Untuk apa?" tanya Jun yang masih sibuk mengobati luka Shopia yang ternyata memang sedikit dalam.

"Untuk selalu membuat keributan," balas Shopia jujur. Ia tahu ia memang cukup berisik apalagi jika ia bertemu dengan Jun. Ia juga mulai sadar ia beberapa kali sering menyulitkan pekerjaan Jun. Walaupun Shopia sebenarnya ingin membantu Jun agar tak selalu meremehkan sebagai anak manja. Namun,selalu berujung menyusahkan. Sepertinya dia memang gadis manja yang tidak bisa apa-apa.

Jun terdiam selama dua detik mendengarnya, sebelum tersenyum geli. Ia kemudian memakaikan plester dengan ukuran yang lebih besar dengan gambar yang lucu ke samping betis Shopian. Menekan-nekannya dengan lembut agar plester itu merekat dengan baik sebelum akhirnya membalas tatapan bersalah Shopia. Mungkin Shopia memang sedikit lebih tua darinya, tetapi perempuan itu selalu tampak seperti gadis kecil di mata Jun.

Jun kemudian bangkit, masih menatap sedikit ke bawah ke arah Shopia yang duduk di depannya. Ia kemudian meletakkan satu telapak tangannya di pucuk kepala.

Dengan senyum yang masih terukir di bibirnya, Jun kemudian mendengus gemas setelah menelaah ekspresi Shopia. "Jika kau ingin merengek, mengerek saja. Aku janji kali ini aku tidak tidak akan menyebutmu manja. Terkadangkau terlihat manis saat merengek."

Shopia seketika terdiam saat merasakan sapuan lembut di pucuk kepalannya yang diberikan oleh Jun setelah berucap dan langsung berlalu pergi. Wajahnya terasa panas, entah karena ucapan Jun atau sapuan lembut di pucuk kepalanya, dia sendiri tak yakin.

Shopia hanya menata pintu yang dilalui Jun saat keluar itu dalam diam. Sebelum kemudian wajahnya semakin memerah saat tangannya perlahan menyentuh pleseter yang ada di kakinya.

***

Louis Henrick kembali datang untuk makan siang di kafe tempat ia bekerja keesokannya. Dengan hanya memesan espresso manis seperti biasa dan entah kenapa pria itu meminta buatan tangan Aluna langsung, sehingga mau tak mau Aluna melakukannya demi kesopanannya sebagai karyawan kafe itu.

Bahkan selama membuat kopi espresso itu, Aluna seolah merasakan kembali ke saat ia menjadi istri Louis. Dimana pun dan kapan pun, Louis selalu mendambakan kopi buatan Aluna.

Louis, pria itu duduk sendirian, anehnya tanpa kekasihnya, Sophia hari ini. Sepertinya perempuan itu punya urusan sehingga ia tak bisa menemani Louis makan siang kali ini. Pria itu hanya duduk memainkan gadgetnya yang mungkin berisi tentang bisnis atau apapun itu. Aluna juga tidak pernah mengerti isinya sejak dulu hingga sekarang.

After LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang