"Ja-jangan pergi." Yura berucap dengan sesekali terisak.

"Baiklah aku akan selalu di sini, sekarang Yura tidur ya."

Yura mengangguk dengan pelan lalu mulai memejamkan matanya. Akira mengelus kepala Yura dengan lembut.

Setelah Yura sudah tidur dengan nyaman, Akira baru melangkahkan kakinya keluar menuju kamarnya sendiri yang sudah disiapkan.

"Sepertinya anak itu memiliki masalah yang rumit, semoga saja masalahnya bisa cepat berlalu." Batin Akira.

Sudah 2 minggu berlalu, interaksi antara Akira dan Yura semakin dekat. Yura yang semakin terbuka dengan Akira. Hal ini juga balasan yang sepadan bagaimana kerja keras Akira selama 2 minggu ini mencoba untuk melakukan yang terbaik untuk Yura.

"Akira-niisan bolehkah aku makan es krim?" Tanya Yura mememiringkan kepalanya.

Akira ingin mengomeli Yura, tapi diurungkannya saat melihat tatapan memelas yang dikeluarkan oleh Yura.

"Ya ya kau menang. Kau boleh makan tapi hanya boleh 1 mangkuk saja. Kau mengerti?" Ucap Akira sambil berkacak pinggang.

Yura menganggukan kepalanya, lalu mengambil mangkuk berisi es krim yang sudah disiapkan oleh Akira untuknya.

"Yura-chan kau pergilah terlebih dahulu menuju balkon atas, nanti nii akan menyusul. Dan hati-hati saat menaiki tangga." Ucap Akira sibuk dengan makanan yang sebentar lagi akan matang.

Yura menganggukan kepalanya lalu melangkahkan kakinya duluan untuk pergi ke balkon yang terletak di lantai 2.

Akira merasakan perasaan yang tidak enak mengganjal dihatinya, dengan cepat ia memindahkan makanan yang sudah jadi itu wadahnya.

Di tempat tak jauh dari dapur Ryou berdiri sambil melipat kedua tangannya didada. "Sebentar lagi nasib baik mu akan berubah lagi pembunuh." Ucap Ryou lalu tersenyum dengan keji.

Yura melangkahkan kakinya menuju tangga yang akan membawanya menuju lantai 2, ia melangkahkan kakinya dengan pelan menaiki tangga dihadapannya.

Saat hampir menuju tangga terakhir, Ryou yang sedari tadi mengikuti Yura dengan sengaja berlari dan menabrak Yura dengan cukup keras sehingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh terguling di tangga.

Saat hampir jatuh ada sebuah tangan yang menariknya dan menolongnya. Mata Yura sudah terbelalak dengan lebar, dirinya benar-benar terkejut.

Orang yang menyelamatkan nya ternyata Akio yang kebetulan ingin menuruni tangga.

Badan Yura sudah bergetar ketakutan, bagaimana bila tadi Akio-sama tidak menolongnya? Bagaimana nasib kandungannya bila tadi ia jatuh?

Dibelakang Akio dan Yura, Ryou menyeringai. Genggaman Akio dan Yura sudah terlepas sedari tadi, Yura sekarang ini sedang meringkuk-berjongkok dengan badan bergetar ketakutan. Hal ini tidak disia-siakan oleh Ryou.

Akio yang sedang menatap Yura ketakutan tidak bisa berbuat apa-apa, tiba-tiba ia merasakan pundaknya didorong oleh seseorang dan menyebabkannya ia jatuh terguling di tangga.

Yura yang melihat kejadian itu sontak membelalakan matanya lebar. "A-akio-sa-sama." Gumamnya penuh ketakutan.

Ryou dengan cepat menuruni tangga menghampiri Akio yang sudah terkapar dengan kepala berdarah. Sebelumnya ia berkata. "Jalani hari-harimu seperti sebelumnya pembunuh."

Ryou yang sedang berakting berteriak dengan kencang memanggil nama Akio dengan keras. Sontak hal yang dilakukan itu membuat para pelayan datang menghampiri sumber suara."

"Yaampun tega sekali siapa yang melakukan ini?"

"Ayato-sama pasti akan marah besar dan bersedih."

"Orang yang melakukan hal ini pantas untuk mendapatkan ganjarannya."

Itulah bisik-bisik para pelayan yang melihat keadaan Akio yang sudah terkapar.

"Dia! Dia adalah pelakunya! Aku melihatnya sendiri, saat Akio-sama ingin menuruni tangga anak itu dengan sengaja mendorong nya!" Jerit Ryou sambil menunjuk Yura yang sedang berjongkok dengan badan yang semakin bergetar ketakutan.

"Ti-tidak a-aku bukan pelakunya!" Jerit Yura dengan bergetar.

"Aku melihatnya sendiri tadi! Sudah cepat panggilan ambulans."

Akira yang berada dikerumunan para pelayan itu menatap Yura dan Akio bergantian.

"Yura pasti bukan pelakunya, tidak mungkin anak sepolos Yura tega melakukannya." Batin Akira

Akira menaiki tangga dan menghampiri Yura yang sedang berjongkok memeluk badannya dengan erat. Akira mencoba untuk menarik tangan Yura tapi hal itu langsung ditepis oleh empunya.

"Ti-tidak ja-jangan mendekat." Jerit Yura penuh ketakutan sambil menggelengkan kepalanya.

"Yura ini aku nii." Akira mencoba menarik lengan Yura dengan kuat lalu memeluk tubuh Yura yang bergetar penuh ketakutan.

Awalnya Yura memberontak menolak untuk Akira mendekatinya, sekarang Yura sedang bergumam dengan nada bergetar. "A-aku bu-bukan pelakunya."

Akira yang mendengarkan penuturan Yura pun merasa sedih, sebegitu banyakkah masalah yang dihadapi oleh Yura?

"Shtt nii tau kalau Yura bukan pelakunya." Akira mengelus punggung Yura yang sudah tidak bergetar setakut tadi.

"Nii." Panggil Yura dengan lemah.

"Ya."

"Aku ngantuk."

"Yura kita kembali ke kamar saja ya. Jangan disini udaranya dingin." Akira mencoba membujuk Yura.

Yura menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak aku mau disini saja."

"Baiklah, siapa tahu tidur dapat membuat masalahmu berkurang."

Yura mencari posisi yang nyaman lalu ia memejamkan matanya saat Akira menyenandungkan sebuah lagu.

Semua batin dan fisik Yura sudah cukup lelah hari ini, ia hanya ingin istirahat sejenak untuk menghadapi masalah yang akan datang.

Didalam sebuah mobil Ayato menggeram marah, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata menuju rumah sakit.

Ryou tadi menelepon nya dan menjelaskan semuanya dengan terisak.

"Anak itu benar-benar tidak tau diuntung, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Lihat saja anak itu tidak akan selamat." Batin Ayato sambil memukul setirnya.

-Tbc-

A/n : Hai hai cepet updet kan, kayaknya konflik nya udah mulai panas nih. Hehehe.
Maafkan aku yang konfliknya bener-bener alay (?)
Please vote and comment yaa.

Sankyuu~

Jakarta, 30 Juni 2016.

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang