PART 19-Desire

Mulai dari awal
                                    

"Aku akan menunggumu di sini, Angela!!" teriaknya.

Teriakannya membuat beberapa penghuni apartment yang ada di sebelah kanan kirinya keluar melihat apa yang terjadi.

Rayhan tidak mempedulikannya. Ia juga tidak akan heran jika sebentar lagi polisi muncul dan menahannya.

____________________

"Angela, tetangga apartment kita menelepon menanyakan apakah perlu memanggilkan polisi atau bantuan lain untuk datang kemari?" Chloe bertanya sambil mengacungkan telepon.

Angela yang tadinya sedang menatap kaca jendela sambil bersidekap menggigit jarinya menoleh pada Chloe.

Menelepon polisi? Ide tersebut terdengar brillian, tapi Angela masih memiliki rasa iba. Bukan pada kakaknya, tapi pada ayahnya. Bagaimana jika ia mendengar kabar putranya ditahan polisi di negara lain karena mengganggu ketentraman? Pasti membuatnya syok.

Angela benar-benar tidak habis pikir apa yang dilakukan oleh kakaknya. Kakaknya itu memang benar-benar aneh. Tidak cukupkah ia menyakiti hati Angela seperti yang dilakukannya bertahun-tahun yang lalu? Angela sudah mengalah padanya. Ia sudah menghilang dari kehidupan kakaknya dan bertekad tidak akan mengganggunya lagi. Lalu untuk apa lagi Kak Rayhan kemari?

"Tolong katakan tidak apa-apa, Chloe dan tidak usah menelepon polisi."

Taylor dan Reed menatap mereka berdua bergantian.

"Aku minta maaf acara kalian jadi berantakan gara-gara diriku." ringis Angela.

"Santai saja, My Dear. Aku dan Reed selalu bisa melakukannya kapan saja." hibur Taylor.

"Apa aku perlu membantumu mengusirnya, Angela?" Reed menawarkan diri. Ia bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer.

Angela tergoda untuk mengatakan iya, tapi ia ingat bahwa dirinya sudah dewasa sekarang dan menyelesaikan masalah dengan bersembunyi di balik orang lain bukanlah jalan keluar yang tepat. "Tidak usah, Reed. Aku akan mengurusnya. Bagaimanapun ia kakakku." Angela menghela napas. Meskipun ia tidak pernah dianggap sebagai adik...yah...begitulah...

"Jadi, apa yang akan kaulakukan, Angela?" Chloe yang baru saja menutup telepon menatapnya cemas.

"Aku akan berbicara padanya." Angela melangkah menuju pintu dan memasang rantai kunci sebelum membukanya perlahan.

Ia mengintip keluar melalui celah pintu. Kakaknya mendongak menyadari pintu terbuka. Tadinya ia sedang duduk sambil bersandar di dinding.

"Baiklah. Apa yang kauinginkan, Kak?" tanyanya.

Rayhan berdiri.

"Lupakanlah jika sekarang kau ingin menyuruhku pulang. Meski aku tidak mengerti alasanmu. Dan setelahnya cepatlah pergi dari sini." tambahnya.

Angela sudah melarangnya lebih dulu sebelum mengucapkannya. Rayhan memikirkan alasan apa yang dapat dipakainya untuk menyuruh Angela pulang. Ia juga memikirkan alasannya tadi. Angela sudah jelas-jelas tidak bisa menerima alasan bahwa ia ingin menyuruh Angela pulang hanya karena ia tidak suka pada kehidupan Angela.

Ia menyadari Angela memang sudah berubah sekarang. Gadis itu menatapnya dingin dari balik celah pintu.

"Papa sakit, Angela. Apa kau tidak ingin mendampinginya di saat ia sedang membutuhkanmu?" sahut Rayhan. Ia teringat bahwa ayah mereka memang sakit dan baru tersadar untuk memakainya sebagai alasan.

Angela terkejut mendengarnya. Wajahnya mulai terlihat cemas.

"I...Itu tidak mungkin. Papa tidak pernah menceritakan padaku...." Angela terlihat kebingungan. "Aku akan meneleponnya sekarang." Ia mengangkat ponsel yang sejak tadi digenggamnya.

(END) RAYHAN AND ANGELA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang