Part 36

11.7K 1.1K 32
                                    

From : 0822********

Bisa ketemu? Di kafe deket sekolah, sekarang. Ada yang mau omongin.

Iqbaal terdiam membaca pesan itu. Kemudian dia menggerakan jarinya untuk mengetikkan balasan. Setelah itu, dia bangkit.

"Bro, gue duluan ya." Pamit Iqbaal sambil memakai jaket abu-abunya.

Kiki menaikan alisnya. "Mau kemana?"

"Ada urusan. Bye." Tanpa menunggu jawaban Aldi dan Kiki, Iqbaal langsung pergi begitu saja.

***

Iqbaal memarkirkan mobilnya di sebuah kafe. Dia berjalan memasuki kafe tersebut. Saat di pintu masuk, dia mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang, setelah menemukan orang yang dimaksud dia pun berjalan ke arah orang tersebut.

"Gue telat ya?" tanya Iqbaal duduk dibangku yang telah disediakan.

Lelaki yang sedang memegang secangkir kopi ditangannya menoleh, lalu berkata. "Nggak kok. Gue juga baru aja nyampe."

Iqbaal mengangguk. "Jadi, soal apa yang mau lo omongin, Ri?" tanyanya langsung to the point. Ri? Ya, Iqbaal memang bertemu dengan Ari. Karena Ari bilang ada sesuatu yang ingin dia katakan.

"Ini soal, (Namakamu). Gue denger lo belum nembak dia, kenapa?"

Iqbaal menghembuskan nafasnya. Dia tahu, semua orang pasti akan menanyakan tentang ini. Tentang mengapa dia belum menembak (Namakamu). Huh.

"Ada suatu hal yang bikin gue belum berani nembak dia." Ujar Iqbaal.

Ari menaikkan kedua alisnya. "Apa suatu hal yang lo maksud itu tentang beasiswa yang lo dapetin?"

Iqbaal mengangguk. "Ya, lo tahu kan gue dapet beasiswa dimana? USA. Maka dari itu, gue nggak berani buat nembak (Namakamu). Gue takut dia nggak mau ngejalanin hubungan jarak jauh."

Ari tertawa. "Anjir gue nggak nyangka pikiran lo sesempit itu." ledeknya. "Lo emang udah pernah ngomongin hal ini ke (Namakamu)?"

Iqbaal menggelengkan kepalanya membuat Ari mendengus dan berkata. "Lo belum nyoba, tapi udah takut duluan? Ckck. Kalo gitu, mending gue aja deh yang nembak (Namakamu)."

"Gila. Mau gue hajar ya lo." Ujar Iqbaal dengan tajam.

Ari terkekeh. "Santai, Baal. Gue bercanda kali. Makanya kalo lo nggak mau (Namakamu) diambil orang, buruan tembak."

"Okeh. Gue bakal nembak dia secepatnya."

"Gitu dong. Percaya deh sama gue, (Namakamu) pasti mau kok jalanin hubungan jarak jauh." Ucap Ari.

Iqbaal tersenyum tipis. "Gue harap sih gitu."

"Saran gue, lo mending cepetan bilang ke dia deh tentang beasiswa itu." Ucap Ari.

Iqbaal mengangguk. "Gue bakal bilang ke dia nanti malem."

Ari bangkit dari duduknya. "Yaudah, kalo gitu gue cabut duluan, bro. Btw, good luck buat nanti malem."

"Hati-hati, Ri."

Ari tersenyum. "Baal, gue lupa ngasih tau lo tentang sesuatu lagi."

Iqbaal menaikan sebelah alisnya dan menatap Ari dengan tatapan bertanya.

"Gue belum bayar makanan dan minumannya. Jadi, tolong bayarin ya." Ucap Ari dengan cengiran.

"Sialan lo."

***

"Ma, Pa, aku pergi dulu ya." Pamit (Namakamu) kepada kedua orang tuanya yang sedang bersantai diruang keluarga.

My GirlWhere stories live. Discover now