Part 34

11.6K 1.1K 26
                                    

Iqbaal hanya bisa tersenyum tipis menatap punggung (Namakamu) yang berlari menuruni panggung. Hah. Sepertinya memang tidak ada kesempatan lagi untuk dirinya. Dia dan (Namakamu) sudah tidak seperti dulu. Gadis itu sudah memiliki kekasih, dan itu artinya dengan sangat terpaksa dia harus belajar untuk melupakan (Namakamu).

"Iqbaal, ayo ganti baju dulu. Kamu harus siap-siap untuk penampilan selanjutnya." Ujar salah satu crew. Iqbaal mengangguk dan berjalan meninggalkan panggung.

Langkah Iqbaal terhenti ketika merasakan seseorang memeluk tubuhnya dari belakang.

"I love you." Suara itu. Itu suara (Namakamu). Iqbaal masih diam ditempat, tubuhnya terasa kaku untuk digerakan. Apakah benar yang memeluknya adalah (Namakamu)? Lelaki itu tidak berani menoleh kebelakang, karena dia takut bahwa ini hanya halusinasinya saja.

Oh, ayolah, Baal. Lo emang masih ngarepin (Namakamu), tapi, please nggak usah sampe halusinasi kayak gini juga kali. Batin Iqbaal.

"I love you, Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan." Lagi dan lagi suara lembut itu terdengar. Iqbaal menghembuskan nafasnya, perlahan-lahan dia membalikan badannya untuk memastikan apakah benar gadis yang memeluknya adalah (Namakamu), atau bukan.

Tubuh Iqbaal langsung menegang saat melihat bahwa gadis yang memeluknya benar (Namakamu). Oh, God! Jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan Iqbaal dari mimpi indah ini.

"(Namakamu)..." Iqbaal menggumam pelan. Dia masih tidak percaya (Namakamu) ada di hadapannya.

"Ya, Baal. Ini aku."

"(Namakamu)..." Iqbaal menyentuh pipi gadis itu. Damn! Ini terasa sangat nyata.

"Yes, Baal. It's me."

Iqbaal menatap kedua bola mata (Namakamu). "Aku lagi nggak mimpi kan?" tanyanya.

(Namakamu) tertawa kecil melihat tingkah Iqbaal yang masih menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Dengan biadab, gadis itu mencubit kedua pipi Iqbaal sampai lelaki itu meringis kesakitan. "Masih mau bilang kalau ini mimpi, huh?"

"Shhh..." Iqbaal meringis sambil mengelus kedua pipinya yang sakit. Ini bukan mimpi.

"Sampai kapan kamu mau diem sambil natap aku, seolah-oleh aku ini alien, Baal?" Dengus (Namakamu).

Iqbaal tidak mengatakan apapun. Dia menarik tubuh (Namakamu) kedalam pelukannya. Wangi strawberry menusuk indra penciumannya saat dia mencium puncak kepala gadis itu.

"Damn. Ini bukan mimpi. It's real." Gumam Iqbaal. Dia kira (Namakamu) akan pergi dan tidak akan kembali lagi. Namun, ternyata dia salah. Buktinya gadis itu ada dihadapannya saat ini. By the way, dimana Ari? bukankah (Namakamu) datang kemari bersama kekasihnya itu? Pertanyaan itu memenuhi otak Iqbaal.

"(Namakamu)." Iqbaal melepaskan pelukannya dan menatap gadis yang sedang menatapnya dengan senyum manis. "Ari-"

"Dia udah ngelepas aku buat kamu." Potong (Namakamu) seakan tahu apa yang akan di ucapkan oleh Iqbaal.

Iqbaal terkejut. Dia menatap (Namakamu) dengan tatapan: serius?. Dengan mantab (Namakamu) menganggukkan kepalanya.

Iqbaal terdiam. Benarkah Ari melepaskan (Namakamu) untuk dirinya? Oh, ini sangat sulit untuk dipercaya, mengingat seberapa besar Ari mencintai (Namakamu).

Iqbaal kembali merengkuh tubuh (Namakamu) kedalam pelukannya. Dalam hati dia mengucapkan terima kasih untuk Ari.

"Ekhem." Seseorang berdehem dengan kencang. "Please, disini masih banyak orang woi. Nggak usah ngerasa dunia milik berdua deh." sindirnya membuat Iqbaal dan (Namakamu) melepaskan pelukannya. Mereka berdua menunduk malu, saat menyadari bahwa saat ini mereka masih berada diatas panggung.

Iqbaal menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Anjir, dia bener-bener nggak sadar kalau disini masih terdapat para penggemar, teman dan keluarganya. Ah, berarti sedari tadi dirinya dan (Namkamu) menjadi tontonan dong? Sial.

"Ekhem, test-test, satu dua tiga. Hehe, maaf ya, gue ganggu adegan sok romantis lo berdua." Ucap Ari memperlihatkan jajaran giginya kepada Iqbaal dan (Namakamu).

"Okeh, pertama gue mau ngenalin diri gue dulu. Nama gue Ari, buat yang nanya status gue apa, gue baru aja jomblo beberapa menit yang lalu." Ucapnya membuat semua yang berada didalam gedung tertawa.

"Nggak usah bertele-rele ya, gue berdiri disini bukan buat stand up kok, lo semua bisa liat muka gue yang hampir 11-12 sama Calum, jadi nggak mungkin gue stand up."

"Huuuuu" semua menyoraki Ari.

"Yaelah, selaw oii. Gue berdiri disini cuma mau bilang selamat buat Iqbaal dan (Namakamu) karena udah balikan. Eh, lo berdua udah balikan kan ya?" Ari menatap Iqbaal dan (Namakamu) dengan tatapan bertanya. Namun, Iqbaal malah nyengir seakan mengatakan; belum.

"Anjir, si Iqbaal. Bukannya langsung jedor malah didiemin. Gue embat lagi tau rasa lo." Gurau Ari. Iqbaal mendengus mendengar gurauan Ari.

"Oh ya, Baal, gue nitip (Namakamu) ya. Jangan sampai dia lecet atau nangis. Lo tahu kan, kalau sampai lo bikin dia nangis apa akibatnya? Gue nggak akan segan-segan ngambil dia dan gue pastiin lo nggak bakalan bisa milikin dia lagi." Ari menatap tajam Iqbaal. Iqbaal terkekeh dan mengacungkan kedua jempolnya.

"Dan, buat (Namakamu), bahagia terus ya sama Iqbaal. Jangan lupain gue, gue tau kalo lo udah sama Iqbaal, pasti lupa sama sahabat lo yang ganteng ini."

(Namakamu) memutar kedua bola matanya kesal. Si Ari, suka bongkar-bongkar kartu aja nih.

"Dan yang terakhir gue mau minta maaf sama Iqbaal. Maaf kalo sampai detik ini gue masih cinta sama (Namakamu)." Ari menatap Iqbaal dengan cengiran khasnya. "Eh, selaw dong, bro, nggak usah melotot seakan mau bunuh gue gitu. Haha, lo tenang aja, Baal. Gue bakal buang jauh-jauh perasaan gue. Tapi gue nggak janji ya. Ya, abis, siapa sih yang bisa langsung move on dari cewek kayak (Namakamu)?"

"Gue jamin, lo juga pasti susah move on-nya kan? Huh. Seandainya hati (Namakamu) nggak mentok di lo, gue pasti nggak akan ngelepasin dia. Tapi, sialnya doi kayaknya udah cinta banget sama lo. Jadi, gue bisa apa selain ikhlasin dia buat lo." Ari menarik nafasnya sejenak, dan mulai melanjutkan kata-katanya.

"Gue banyak bacot ya? Maklumin aja ya, namanya cowok lagi patah hati. Eh, nggak nyambung ya? Haha. Udah ah, gue mungkin cuma ini yang mau gue omongin. Sorry, ya, Baal, udah ngerusak acara lo." Ari menjauhkan dirinya dari mic crophone dan berjalan mendekat kearah (Namakamu).

"Lo nggak mau meluk gue gitu? Ya, mungkin untuk yang terakhir kalinya." Ucap Ari kepada (Namakamu).

"Lo ngomong apaan sih. Emangnya lo mau kemana?" (Namakamu) memeluk tubuh Ari dengan erat. "Jangan pernah berpikiran buat pergi dari sisi gue, Ri. Lo sahabat terbaik gue."

Ari hanya tersenyum tipis dan dia membalas pelukan (Namakamu). "Tugas gue buat jagain lo udah selesai. Dan tugas itu sekarang udah pindah ke Iqbaal. Tapi, lo tenang aja, gue bakal tetap ngejagain lo... dari kejauhan."

"Hiks, jangan ngomong gitu ah. Lo nggak boleh ngejauh se-centi pun dari gue, Ri." Isak (Namakamu).

Ari mengelus puncak kepala (Namakamu). Dia memang tidak ingin menjauh dari gadis itu, namun dia sadar akan posisinya yang mungkin akan segera tergantikan oleh Iqbaal.

***

Bersambung.

Sabar ya, Ri. *melukAri*

Nurhayati.

My GirlWhere stories live. Discover now