Part 18

14K 1.2K 20
                                    


(Namakamu) duduk di pinggiran jalan. Ia tidak peduli orang memandangnya seperti orang gila, yang ia inginkan hanyalah Iqbaal, Iqbaal dan Iqbaal.

"Hiks, please come back to me, Baal." Isak (Namakamu).

"Bangun." Ucap seseorang mengulurkan tangannya di depan (Namakamu).

"Bangun, (Namakamu)." Geramnya saat melihat (Namakamu) yang masih tak berkutik.

(Namakamu) mendonggakkan kepalanya secara perlahan. "Ari?"

Ari berjongkok di hadapan (Namakamu). Dia mendesah pelan saat melihat mata (Namakamu) yang terlihat bengkak. Ada apa dengan sahabatnya ini?

"Lo kenapa nangis kayak gini?" Tanya Ari.

(Namakamu) menundukkan kepalanya, "I-Iqbaal, hiks, d.. dia-"

Ari menghapus air mata (Namakamu). "Udah nggak usah nangis, lo jadi keliatan jelek tau." Katanya mencoba menghibur (Namakamu). Tapi sepertinya gagal, karena yang ada tangisan (Namakamu) semakin kencang.

Ari menarik (Namakamu) kedalam pelukannya. "Please, jangan nangis kayak gini, (Namakamu)." Katanya. Ia tidak tega melihat sahabat sekaligus gadis yang dicintainya menangis seperti ini.

"Hiks, Iqbaal, d..dia, dia, putusin gue, hiks." Ucap (Namakamu) terbata-bata. Ari menggeram pelan mendengar ucapan (Namakamu).

"Udah jangan nangis." Ari mengusap bahu (Namakamu).

(Namakamu) melepaskan pelukannya dan menatap sendu Ari. "Apa salah gue, Ri? Kenapa Iqbaal tega putusin gue? Gu-gue, hiks. Gue masih sayang sama dia, Ri." Ucapnya seraya terisak.

"Lo nggak salah apa-apa kok." Ujar Ari tersenyum, "Ayo, bangun. Nggak enak di liatin orang-orang, ntar dikiranya gue lagi yang bikin lo nangis." Ari bangkit dari posisi jongkoknya.

(Namakamu) ikut berdiri. "Gue nggak mau pulang kerumah dulu." Katanya.

Ari tertawa kecil, "Gue juga nggak mungkin bawa lo pulang dengan keadaan kayak gini. Bisa kena jewer Tante Linda gue."

(Namakamu) mengerucutkan bibirnya. "Terus kita kemana?"

"Udah lo ikut aja, gue yakin abis ini lo pasti nggak bakal sedih lagi." Ucap Ari tersenyum. (Namakamu) hanya mengangguk.

"Lo bawa motor?" Tanya (Namakamu) saat Ari memberikan helm kepadanya. Ari mengangguk.

"Lo jangan pegangan di pundak gue napa, gue jadi serasa tukang ojek kalo gitu." Kata Ari mendengus.

(Namakamu) memukul punggung Ari. "Lo nggak usah modus minta di peluk ya. Cepetan jalan."

"Tadi aja nangis-nangis kayak orang gila, sekarang songong." Ucap Ari seraya menjalankan motornya.

Tanpa (Namakamu) dan Ari sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari kejauhan.

*

Ari memberhentikan motornya di sebuah kedai.

(Namakamu) memperhatikan sekeliling, dan matanya berbinar ketika membaca tulisan Kedai ice cream.

"Ari, kita ke kedai ice cream?!" Tanya (Namakamu) terlihat senang.

Ari mengangguk, "Ayo, masuk."

"Ayo!" Ucap (Namakamu) dengan semangat menarik tangan Ari.

"Ice cream spesial, untuk orang yang spesial." Ari memberikan gelas yang berisi ice cream kepada (Namakamu).

"Aw, you're so sweet." Kata (Namakamu) sambil mengambil ice cream yang diberikan Ari.

Ari memberikan cengiran lebarnya dan duduk di bangku yang berada di depan (Namakamu). Ia tersenyum melihat (Namakamu) yang memakan ice cream dengan semangat. Hah, sepertinya gadis itu sudah tidak sedih lagi.

My GirlOnde histórias criam vida. Descubra agora