27- Diam-Diaman.

3.5K 283 0
                                    

"Mau pulang sekarang?" Syifa mengangguk.

Belum Syifa menjawab ucapan Rio, handphonenya berdering menandakan adanya telpon masuk, Mamah Calling...

"Bentar, Yo, Mamah nelpon."

"Asslamualaikum, Mah."

"................."

"Iya Mah."

"................"

"Walaikumsalam."

Syifa memutuskan panggilan telponnya setelah mengucap salam. Mamahnya berkata kalau sedang dalam perjalanan menuju Jogja, menyusul Papahnya.

"Kenapa?''

"Oh ini, Mamah lagi di jalan mau ke Jogja, aku disuruh jaga rumah." Jelas Syifa sembari memasukkan Kembali handphonenya ke dalam tasnya.

"Yaudah yuk pulang." Ajak Rio. "Sendirian dong dirumah?" Syifa kembali mengangguk sembari menaiki motor besar Rio. "Asik dong." Goda Rio pada Syifa yang kini sudah memeluknya.

"Asik kenapa?" Bingung Syifa.

"Nggak apa-apa."

"Pegangan ya, aku mau ngebut."

********

"Mau mampir, Yo?'' Tanya Syifa ketika mereka sudah sampai di rumahnya.

Dengan senang hati, Rio menganggukkan kepalanya. Ia pun memasukkan motornya ke dalam garasi rumah Syifa. Ia memang berniat untuk bermalam di rumah Syifa, ia masih ingin menghindari Rian dan juga Rinda.

"Kamu mau minum apa?" Tanya Syifa ketika mereka sudah duduk di sofa ruang tengah.

"Nanti aja aku ambil sendiri." Sahut Rio yang sudah melepas jaket dari badannya. Ia menarik Syifa untuk lebih dekat dengannya. Ia pun memeluk Syifa dengan erat.

"Aku kangen banget sama kamu." Ucap Rio lembut dengan terus memeluk Syifa. Kerinduaan yang sudah ia tahan sejak melihat Syifa sudah tak dapat lagi ia tahan.

"Aku juga." Balas Syifa bersamaan dengan membalas pelukan Rio.

"Kamu serius mau jadi Pramugari?" Tanya Rio setelah ia melepas pelukannya. Syifa mengangguk, sebagai jawaban dari pertanyaan Rio. "LDR-an lagi dong kita." Keluh Rio.

"Cuma dua tahun aja kok, Yo."

"Ya sih. Yaudah deh nggak apa-apa. Cuma dua tahun, yang delapan tahun aja aku bisa, masa dua tahun aku nggak bisa." Keluhnya di akhiri dengan menyemangati dirinya sendiri. "Biar nanti aku bolak-balik Singapore aja." Ucapnya lagi.

"Nggak usah, Yo. Kan bisa ketemu kalo libur."

"Aku nggak mau kamu pergi lagi."

"Aku nggak akan pergi lagi, Rio." Yakinkan Syifa. Rio menghela nafas kasar, dengan terpaksa ia menganggukkan kepalalnya. "Aku mau ganti baju dulu, kalo kamu mau---"

"Ikut? Oke aku ikut!" Potong Rio.

"Ih mesum banget." Rio tertawa pelan. "Bukan, kalo mau minum ambil sendiri aja."

Syifa pun pergi meninggalkan Rio menuju kamarnya untuk sekedar bersih-bersih. Ia merasa badannya sudah cukup lengket. Ia tidak ingin Rio menghirup aroma bau dari tubuhnya. Ia ingin Rio melihatnya selalu cantik.

Hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit, Syifa Kembali menghampiri Rio di ruang tengah. Tetapi, yang ia lihat Rio sudah tertidur di sofa dengan kakinya yang melebihi panjang sofa. Syifa pun kembali ke dalam kamarnya untuk mengambil selimut dan juga bantal untuk Rio.

Sahabat Kembar [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang