PART 6

24.6K 1.8K 39
                                    

RENATA

Aku tidak tahu, hari ini aku harus senang atau sedih. Aku senang karena hari ini aku mendapatkan extra perhatian dari Kak Alex, namun di sisi lain aku merasa sedih karena ia tidak lagi memerhatikanku seperti dulu.

Aku selalu bertanya pada hatiku, kenapa aku tidak pernah bisa merasakan indahnya cinta? Kata orang cinta itu indah, tapi aku tidak pernah bisa merasakan jika cintaku ini indah. Cinta yang kurasakan selalu membuatku sakit, bahkan untuk mendapatkan cinta dari Mama saja aku tidak bisa. Apalagi mendapatkan cintanya.

Andai aku bisa mencintai orang yang mencintaiku, apakah aku bisa merasakan indahnya cinta itu?

Aku hanya bisa menghela napasku, karena setiap memikirkan hal itu dadaku selalu terasa sesak. Seolah ada beban berat yang menghimpit tubuhku dan jika tidak kuhembuskan maka aku akan mati.

Aku melangkah berat memasuki rumahku sendiri, entah mengapa rumah yang selama tujuh belas tahun kutinggali ini selalu terasa dingin dan hampa, tak pernah hangat seperti kediaman keluarga Sanders. Aku ingin memiliki orangtua seperti Mommy dan Daddy, orangtua yang selalu memperhatikan anaknya dan menyayangi anaknya dengan penuh cinta walau senakal apapun anaknya.

Tuhan, aku tidak pernah nakal ataupun berulah, tapi kenapa Mama tidak pernah menyayangiku. Bahkan memperhatikanku pun tidak. Selama aku tinggal di rumah ini aku merasa aku tidak pernah dianggap.

Beberapa hari yang lalu Mama sempat mengenalkanku pada calon suaminya, sikapnya sangat hangat padaku kala itu. Aku kira hal itu akan terus berlanjut, tapi nyatanya hal itu hanya sementara karena Mama kembali pada sikapnya yang acuh dan selalu menganggapku tak ada itu.

Jujur aku merasa sedih dan kecewa, tapi aku tidak menyesal dengan kejadian itu. Aku malah bersyukur karena dari kejadian itu aku bisa merasakan pelukannya walau hanya sesaat.

Lagi-lagi semua hal itu membuatku harus menghela napas beberapa kali. "Kuatkan hatiku, Tuhan..." gumamku.

Saat hendak menaiki anak tangga tiba-tiba saja ruangan yang gelap menjadi terang.

Hari ini aku memang pulang terlalu larut, jam di dinding tengah menunjukan pukul sebelas malam. Mungkin karena tadi kami terlalu asik jalan-jalan sampai tidak melihat waktu.

"Bagus! Jam berapa ini huh!"

"Mama!" Aku melihat Mama bersedekap dada di samping saklar yang tadi dinyalakannya.

"Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang? Orangtua kerja cari uang kamu keluyuran tidak tahu waktu!"

Aku hanya bisa terdiam, hari ini aku memang salah. Jam malamku memang sampai jam sembilan, tapi kali ini aku sudah melanggar jam malamku itu dan membuat Mama marah.

"Maaf Ma ... aku salah sudah pulang larut," gumamku takut.

Aku melihat Mama memerhatikan semua barang yang kubawa, semua barang yang tadi dibelikan oleh Kak Alex dan Kak Remy.

"Ohh ... jadi seharian ini kamu belanja! Pintar sekali ya kamu, bisa menghambur-hamburkan uang seperti itu. Apa kamu tidak tahu, kalau cari uang itu susah huh!!!" Bentaknya penuh emosi.

Mama menghampiriku dan dengan murkanya dia merampas semua barang yang kugenggam termasuk boneka teddy bear yang tadi dibelikan oleh Kak Alex.

Mama membawa semua barang itu ke arah taman belakang. Aku mengikutinya dengan perasaan takut. Aku tahu Mama pasti akan melakukan sesuatu pada barang-barang itu.

"Ma, Mama mau apa?"

Aku masih mengikuti langkahnya hingga dia berhenti tepat di depat sebuah tong yang terbuat dari besi, tempat yang selalu dipakai Mbok Nah untuk membakar dedaunan kering yang berguguran di taman sehabis disapu.

Love HurtsWhere stories live. Discover now