PART 2

29.9K 2.3K 129
                                    

RENATA

"Di ruang tamu ada siapa Mbok?" tanyaku pada Mbok Nah yang sedang membuat dua gelas minuman dingin.

"Itu Non, ada tamunya Nyonya. Sepertinya teman dekat Nyonya," ujar Mbok Nah.

"Laki-laki, Mbok?"

"Iya, Non."

"Pacarnya Mama?"

"Mbok tidak tahu pastinya, Mbok mau anter minuman ini dulu ya, Non." Aku mengangguk.

Mama punya pacar, siapa?

Saat melirik ke atas meja pantry aku melihat sepiring kue lapis yang sepertinya baru saja disajikan oleh Mbok Nah, aku rasa ini cemilan untuk dihidangkan di depan. "Pasti Mbok lupa," gumamku sambil tersenyum.

Aku membawanya untuk sekalian melihat siapa tamu Mama, benarkah laki-laki itu pacar Mama.

Ternyata benar dia pacar baru Mama, gumam batinku saat melihat kedekatan Mama dengan laki-laki itu. Aku tersenyum ramah sambil meletakan piring berisi kue lapis itu di meja tamu.

"Silakan," ucapku.

"Aduh maaf Non, Mbok lupa sama kuenya."

"Tidak papa, Mbok," ucapku.

"Ini siapa, Sayang?" tanya pria itu pada Mama.

Pria itu tersenyum ramah menatapku. Pria itu terlihat berwibawa dan tampan. Mama tersenyum pada pria itu lalu berdiri menghampiriku.

"Ini putri tunggalku Mas, namanya Renata," ucap Mama merangkul bahuku sambil memperkenalkanku pada pria itu.

Pria itu berdiri lalu mengulurkan tangannya padaku. "Bramantyo, kamu bisa panggil saya, Om Bram..." ucapnya memperkenalkan diri.

"Renata, Om...."

Kusambut uluran tangannya. Entah mengapa ada sesuatu yang aneh dari cara ia menatapku.

"Om Bram ini calon suami Mama, dia akan jadi ayah tiri kamu, Sayang."

Aku menatap Mama dengan kening berkerut. "Mama mau nikah?"

"Iya, Mama mau nikah sama Om Bram. Apa kamu keberatan?"

"Ahh, tidak! Aku sama sekali tidak keberatan, malah senang Mama nikah lagi. Seharusnya Mama lakukan hal itu sejak dulu, jadi aku juga bisa punya papa."

Entah mengapa kali ini aku bisa melihat senyum bahagia di mata Mama dan baru kali ini Mama mau tersenyum seperti itu padaku. Tanpa kuduga Mama memelukku.

Ya Tuhan aku senang sekali....

"Terima kasih Sayang, karena kamu sudah memberikan Mama restu," ucap Mama mengecup keningku.

"Asal Mama bahagia aku pasti setuju."

"Anak baik," ucapnya sambil mengelus pipiku dengan sayang.

Oh Tuhan, jika ini mimpi tolong jangan bangunkan aku. Aku bahagia sekali menerima perlakuan Mama saat ini. Ini pertama kalinya Mama tersenyum dan menciumku seperti ini. Rasanya ingin menangis, tapi kali ini menagis karena bahagia.

"Kalau begitu aku kembali ke kamar dulu ya, Ma, masih banyak PR yang harus dikerjakan." Mama mengangguk mengizinkan.

"Mari, Om..." ucapanku itu dibalas senyum olehnya, tapi entah kenapa aku masih bingung dengan tatapan pria itu. Aku merasa tidak nyaman ditatap seperti itu olehnya.

Tidak Rey, tidak! Kamu harus tetap berpikiran positif. Om Bram orang baik, dia berwibawa tidak mungkin dia orang seperti yang kamu bayangkan.

Ahh, sudahlah buat apa aku memikirkan hal itu. Lebih baik aku memikirkan sikap baik Mama tadi, sepertinya malam ini aku pasti akan bermimpi indah. Oh Tuhan, semoga ini kemajuan untuk hubunganku dengan Mama.

Love HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang