4. What Makes A Man

138K 7.7K 350
                                    

"Kau mau apa?" pekik Angel tidak suka ketika tiba-tiba seorang Javier menyerobot masuk ke dalam mobilnya, lebih tepatnya ke bangku penumpang di sebelah bangku kemudi yang kini didudukinya.

"Aku? Aku mau ikut calon istriku," jawab Javier dengan senyuman jahil di wajahnya. Angel langsung merasa mual mendengar ucapan Javier. Ya Tuhan! Kenapa kau mengirimkan laki-laki tidak waras dengan tingkat kepedean setinggi langit?!

"Aku bukan calon istrimu dan keluarlah sekarang!" sentak Angel tidak terima. Mata birunya menatap mata Javier yang juga berwarna biru dengan sengit. Sangat kontras dengan Javier yang malah membalas tatapan Angel dengan binar geli di matanya.

Apakah Javier penah bilang? Baik menggoda Angel maupun Evan, keduanya benar-benar memberikan kepuasan tersendiri baginya? Rasanya seperti kau meminum segelas air setelah kehausan selama beberapa hari.

"Tidak, Angel! Kau hanya tinggal mengemudikan mobilmu dan aku akan diam. Aku tidak akan mengganggumu. Aku bersumpah!" Javier mengatakan hal itu sembari mengambil posisi duduk yang menurutnya paling nyaman.

Lelaki itu menyandarkan kepalanya di sandaran dan memejamkan matanya. Dia benar-benar ingin ikut Angel, dan dia akan memastikan jika dia akan mendapatkannya.

Karena Javier harus selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan. Selalu.

Dan sepertinya selama di New York yang Javier inginkan hanyalah terus disisi Angel. Dan itu membuatnya berjanji akan selalu menjadi permen karet yang terus menempel pada gadis pemarah ini. Tidak buruk juga.

"Kehadiranmu menggangguku!" protes Angel kesal.

"Kalau begitu abaikan saja aku. Satu masalah terpecahkan," ucap Javier tidak acuh.

Akhirnya yang bisa Angel lakukan hanyalah menghembuskan nafasnya kasar, setelah itu baru ia menghidupkan mobilnya dan mengemudikannya keluar dari pelataran mansionnya.

Berdebat dengan Javier ia sadari tidak akan menghasilkan hasil apapun selain kekesalan. Andai Evan belum berangkat ke kantornya, pasti Angel telah menyuruhnya untuk mengurus lelaki sialan di sebelahnya. Argghh... nasibnya memang benar-benar buruk!

"Kau mau kemana?" tanya Javier melihat jalanan yang diambil Angel bukanlah jalanan yang menuju area belanja seperti yang Javier pikirkan sebelumnya. Dia pikir Angel ingin pergi berbelanja ketika memutuskan untuk keluar tadi, dan tentu saja Javier bersedia menemaninya. Javier telah terbiasa menemani ibunya yang sangat hobi berbelanja. Jadi hal itu bukan masalah sama sekali.

"Ke tempat dimana aku bisa membunuhmu, memutilasimu dan membuangmu ke laut," jawab Angel kesal. Bagaimana mungkin ia bisa mengabaikan Javier jika lelaki ini terus mengeluarkan suaranya. Menyebalkan!!!

"Terdengar sadis. Tapi kau membuatku semakin tertarik padamu, aku suka wanita kejam, itu terlihat seksi," kekeh Javier. Kali ini tidak ada respon apapun dari Angel.

Biarkan saja orang gila mengoceh sendiri. Menanggapinya hanya akan membuatmu ikut gila.

Mobil Angel berhenti di pelataran parkir sebuah apotik kecil yang terletak agak jauh dari pusat kota. Dengan segera, tanpa mempedulikan keberadaan Javier, Angel segera turun dari mobilnya dan berjalan pelan tanpa tergesa untuk masuk kedalam apotik yang terlihat tidak berkelas itu.

Bahkan dengan anggunnya, Angel masih sempat merapikan rambut coklat panjangnya yang dia biarkan tergerai.

"Kau sakit? Atau akau mau membeli racun sianida untuk membunuhku?" ucapan Javier membuat Angel yang masih berdiri di depan pintu masuk apotik itu berhenti. Dengan gerakan ringan, Angel menolehkan wajahnya dan menatap Javier dengan senyum miring di wajahnya.

Fragile Heart✅ [STEVANO#3]Where stories live. Discover now