Chapter 2 : Run Away

2K 125 1
                                    

Anne kini tinggal di rumah barunya. Farley dan Pete serta Carla, adik Pete menerimanya dengan sangat baik. Anne dianggap sebagai keluarganya sendiri. Anne tinggal di daerah terpencil. Rumahnya kecil dan sederhana.

Waktu berlalu dengan cepat. Sudah sembilan tahun berlalu dari kejadian itu. Anne dan Pete serta Carla kini berumur empat belas tahun. Mengetahui Anne masih amnesia tentang perang itu, Farley pun merasa ini adalah waktu yang tepat untuk memberi tahunya.

"Anne, kemarilah," pinta Farley.

"Ada apa?" tanya Anne yang lalu duduk di atas sofa tua yang kulitnya sudah mengeletek.

"Apa kamu masih belum ingat?" tanya Farley.

"Ingat apa? Tentang sembilan tahun lalu? Belum," Jawab Anne.

Farley menghembuskan napasnya. "Dengar, Anne. Orang-orang itu mengetahui keberadaanmu. Sekarang, kau harus lari sejauh mungkin dari sini bersama Pete dan Carla," Ucap Farley. Matanya menunjukkan rasa sedih.

"Mereka? Siapa yang kau maksud?" Anne menyipitkan matanya, tidak mengerti maksud Farley.

"The Hunter. Kau akan mengetahuinya nanti." Farley memegang kedua bahu Anne dan menatapnya tajam.

Pete dan Carla pun menghampiri mereka. "Ada apa?" tanya Pete.

"Pete, Carla. Pergilah sejauh mungkin dari sini. Mereka akan tiba sebentar lagi. Dan ingat, jangan pernah kembali lagi. Aku menyayangi kalian semua. Aku menyayangi kalian layaknya seorang ayah yang menyayangi buah hatinya." Farley menahan tangisnya. Anne dapat melihat jelas Farley yang susah payah menahan tangisnya.

"Ayah.. aku menyayangimu juga." Kata Anne sambil tersenyum. Farley ikut tersenyum. Tiba-tiba terdengar suara mobil dan motor yang mendekati rumah tua itu.

"Mereka sampai. Pete, bawa mereka ke tempat rahasia. Dengar, kalian harus tetap hidup. Jangan pedulikan aku. Sudah saatnya. Ini sudah ditakdirkan. Janganlah bersedih atau kematianku akan sia-sia." Farley memeluk ketiga anak angkatnya itu.

Mereka semua menangis. Pete menarik tangan Anne dan Carla. Mereka pergi meninggalkan rumah itu. Pete menggeser sebuah gerobak sampah lalu memasukkan kode dan pintu itu terbuka. Mereka memasuki ruangan itu. "Pete, apa yang sedang terjadi?" tanya Carla bingung. Saat Pete akan menjawab, terdengar suara tembakan sebanyak dua kali. "Apa mungkin?" Anne mulai panik. Merek bertiga saling bertatapan.

"Iya. Farley sudah memberi tahuku lebih awal." Pete menjawab singkat.

"Tak mungkin! Aku akan kembali dan melihatnya!" Anne pun beranjak dari tempatnya. Pete meraih tangannya. "Anne, ingat pesan Farley kita harus tetap hidup, ok? Di dalam sana orang-orang itu masih memburu kita." Pete berkata pelan.

Anne menghela nafas. "Pete, ceritakan padaku. Siapa Farley bagimu? Dan apa yang terjadi." Anne menegaskan perkataannya.

"Baiklah. Ibuku dan Carla adalah manusia. Ia menikah dengan laki-laki dari desa Mythies. Jadi ya, kami ini ada keturunan manusia campuran mythies tapi kami tidak punya kekuatan seperti mythies." Pete terdiam di tengah cerita. "Lalu?" tanya Anne.

"Lalu, Ayah kami membuang kami karena ia menganggap kami tak berguna. Ibu dan ayah hanya tinggal berdua di desa itu. Lalu Farley menemukan kita dan mengadopsi kita. Ia pernah bercerita pada kami kalau ia ditakdirkan untuk mengadopsi 3 orang anak dari desa mythies." Sambung Carla.

Anne terdiam. Ia tak tahu harus berbicara apa lagi. "Lalu sekarang?" tanya Anne.

"Mau tak mau kita akn tetap di sini sampai mereka pergi." Jawab Pete.

Akhirnya mereka menunggu hingga sore. Tidak terdengar lagi suara langkah kaki dan suara manusia. Lalu mereka keluar dari tempat persembunyian dan memasuki rumah.

Rumah itu sudah berantakan. Pintu rumah sudah hancur. Kursi dan meja berantakan. Pecahan kaca dimana-mana dan darah. Darah Farley. Farley sudah tergeletak di lantai ruang tamu.

"Pete!" Anne berteriak memanggil Pete. Anne dan Carla menangis.

"Farley.." Carla mengelap darah Farley yang berceceran dengan lap basah.

"Ayo kita tak bisa meninggalkannya begitu saja." Pete mencabuti bunga di halaman depannya.

Anne mengusap kepala Farley lalu meletakkan bunga di atas dada Farley lalu memindahkan tangan Farley ke atas bunga itu sehingga ia terlihat seperti sedang memegang bunga. Tiba-tiba terdengar lagi suara langkah kaki. Suara itu semakin cepat dan semakin dekat.

"Ayo! Ikuti aku!" Pete lalu berjalan cepat meninggalkan ruang tamu. Anne dan Carla mengikutinya dari belakang.

"Aku melihat tiga orang di dalam rumah itu! Ayo tangkap!" teriak salah satu orang dari kelompok itu.

"Pete! Kita akan ke mana?" Anne bertanya. Ia mulai panik. Tubuhnya berkeringat dingin. "Tenanglah, kita masih punya satu tempat rahasia lagi." Pete berjalan lebih cepat lagi.

Pete dan Carla menggeser sebuah guci keramik yang sangat besar. Terlihat lubang pada dinding sehingga membuat dinding berlubang itu seperti goa. "Ayo cepat!" seru Pete. Anne dan Carla memasuki goa kecil itu. Pete lalu menyusul masuk dan menggeser guci itu agar lubang itu tertutup.

 Pete lalu menyusul masuk dan menggeser guci itu agar lubang itu tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MythiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang