After Love Part 6

Start from the beginning
                                    

"Iya, terima kasih, dokter," jawab Ryan tanpa mengalihkan pandangannya dari Aluna yang tampak anggun memakai baju perawat putih yang mungil itu.

Sesaat kemudian dokter Garret pun keluar meninggalkan pasien dan perawat itu. Ryan sendiri terkekeh dalam diam. Walau wajah Aluna dan perempuannya itu sangat persis, tapi ia sadar, kepribadian mereka sangat berbeda. Aluna seorang perawat sedangkan Julie takut dengan segala sesuatu yang berbau darah. Perempuannya Julie sangat ceria, manja, dan kekanakkan, tetapi perempuan yang ada di hadapannya sekarang lebih dewasa dan anggun serta tenang namun tidak juga membosankan.

"Aku tak menyangka kau seorang perawat," kata pria itu lebih dahulu membuat Aluna hanya tersenyum manis seperti hal yang biasa ia lakukan pada semua orang. "Dan seorang kepala bagian. Kau pasti sangat hebat."

"Dan aku tak menyangka kau seorang pasien," timpal Aluna yang seketika membuat Ryan tertawa. "Pasien kecelakaan tepatnya. Sebenarnya ada apa dengan tanganmu itu?"

Ryan melirik pergelangan tangan kirinya yang masih sering nyeri karena syarafnya yang sedikit terganggu.

"Ah ini? Tadi aku naik motorku untuk ke rumah ibuku tapi aku tak melihat seekor anak kucing yang menyebrang. Jadi aku membanting stir dan terjatuh di rumput pinggir jalan dan tanganku tertimpa kepala motor besarku itu. Dan.... beginilah," kekehnya, diikuti Aluna yang menggeleng-geleng tak percaya.

Saat mereka sedang asik mengobrol, jam makan siang pun memanggil perut Aluna. Jam yang biasa di habiskan Aluna dengan memakan bekal makan siangnya sambil video call dengan Louis yang juga sedang makan bekal buatan Aluna di kantornya. Namun, sekarang sepertinya ia takkan bisa melakukan itu lagi.

"Saatnya makan siang! Aku akan makan di luar. Tangan kananmu tak apa-apa, kan? Atau kau ingin disuap?" tanya Aluna sembari bangkit dari kursi di ruangan itu. Hari ini ia tidak membawa bekal. Ia bahkan tak memasak pagi ini karena menurutnya percuma. Louis sudah pergi ke kantornya.

"Tangan kananku tidak apa-apa. Aku bisa makan sendiri. Dan ngomong-ngomong, boleh aku ikut? aku tudak mau makan makanan rumah sakit. Sangat memuakkan," kata Ryan dengan wajah yang mendengus jijik membayangkan makanan hambar rumah sakit. "Lagi pula aku tak sedang memakai infus. Jadi aku bisa keluar sebentar, kan?"

Aluna berpikir. Sebenarnya tak baik membawa pasien untuk keluar, bukannya beristirahat. Namun setelah melihat fisik dan raut wajah Ryan yang segar bugar-minus tangannya yang terkilir-ia pun mulai mempertimbangkannya dan akhirnya mengiyakan saja permintaan memelas Ryan.

***

Aluna dan Ryan memilih berjalan-jalan di sepanjang trotoar untuk menemukan kafe keluarga yang bagus untuk makan siang. Hingga akhirnya mereka memutus singgah di salah satu kafe yang cukup ramai dan menu makanan siangnya lengkap.

Mereka terus mengobrol dan tak jarang saling tertawa karena obrolan masing-masing. Mereka juga memutuskan duduk di salah satu meja yang ada di pojok kafe karena meja-meja yang tengah sudah terisi. Pelayan langsung memberikan Ryan dan Aluna menu begitu mereka duduk sebelum kembali meninggalkan dua pelanggan itu.

Aluna yang memang sudah menetapkan pilihan bahkan sebelum masuk di kafe itu hanya menaruh buku menu itu dan lebih memilih menunggu Ryan untuk selesai memilih menunya. Sambil menunggu Ryan yang tampak kebingungan, Aluna hanya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan café itu mengalihkan perhatiannya.

Namun, yang ia lakukan itu malah membuat menyesal. Karena sekarang ia melihat Louis dan Victoria berada di dalam ruangan yang sama dengannya. Louis masih memakai jas kantornya dan Victoria, sekali lagi memakai gaun yang sudah ia ketahui pembelian Louis, karena Victoria tak membawa barang apapun saat pindah ke rumahnya sebulan yang lalu. Terlihat jelas perempuan itu sudah janjian dengan Louis saat suaminya itu juga istirahat makan siang.

After LoveWhere stories live. Discover now