Chapter 18

177 9 0
                                    

Maaf ya semua aku latepost terus.. aku lagi bingung nyari wifi hahahaha mungkin aku sekali ngepost itu 2 - 3 chapter sekaligus tapi dalam jangka waktu lama.. huwahhhh maaf ya :*

#Iyan POV

Setelah kejadian itu, Amel semakin diem nggak mengatakan apapun. Saat jatuh aku merasa waktu berhenti, aku ingin menatap wajahnya dari dekat lebih lama. Namun, karna para cecurut itu aka kedua sahabatku yang ngebuat moment itu buyar waktu kembali berjalan.

‘hashhhh’ aku mengacak-ngacak rambutku. Kenapa ini jadi bahan pikiranku.

“lu kenapa yan?” tanya Rara. Dan Amel melirik aku kemudian kembali menatap Hpnya.

“ng-? gapapa kok, kapan makan? Udah laper nih” aku mencoba mencairkan suasana.

“kita selfie dulu lahhh biar bisa upload instagram hahaha ya gak mel?” jawab Manda sambil menyenggol lengan Amel.

“hahaha iya aja dah gua” jawab Amel tersenyum sumringah yang kemudian menatap aku dengan lekukan bulan sabit di bibirn. Dan membuat aku membeku.

Amel senyum? Oh Tuhan terimakasih, apa itu senyum tulus darinya? Batinku.

Rara mengambil tripodnya dan aku memasang cameraku di atas tripod. Mengatur agar semua kebagian tempat. Saat sudah mengatur camera dan posisi..
1
2
3
Cekrek!

Berkali-kali kita foto sampai lupa kalau perut telah lapar. Aku menatap Amel yang tersenyum melihat foto-foto kita berempat. Senyum itu. Manis. Nggak lama Amel tersadar akan tatapanku dan ia melihatku dengan tatapan ‘ada apa’. Dan tanpa aku sadari Rara mengajak aku berselfie.

“yan ayo selfie” ajak Rara sambil menarik tanganku.

Kini aku melihat senyum di wajah Amel pudar dan ia menghilang bersama Manda dari pandanganku.

“eh yan, lu kapan nyatainnya?” bisik Rara.

“belum dapet waktu yang tepat Ra” bisikku.

“trus surprise Amel gimana? Jadikah?” bisik Rara sambil menengok ke belakang takut kalau ada yang nguping.

“itu nanti aja gua yang urus, belum kepikiran”

“okelah” bisik Rara.

“yan ra masuk ayo makan kuenya! Lu berdua gak laper apa?” teriak Manda dari pintu.

#Amel POV

Hari ini cukup panas. Suasananya. Keadaannya. Dalam dan luar diri. Aku melihat Iyan seharian ini tertawa dengan Rara terus, tapi juga nggak jarang Iyan terpergok aku yang tengah menatapku. Kita berempat sukses membuat kue redvelvet dan kita berselfie ria. Aku dan Manda melihat foto-foto di camera, aku tersenyum banyak sekali foto yang berisi Iyan menatapku dan berada didekat aku. Nggak lama aku merasa ada yang menatapku, aku menengok ke depan. Iyan. Ia menatapku lalu aku menatapnya juga dengan tatapan ‘ada apa’. Nggak lama Rara datang mengajaknya selfie. Dan aku mengajak Manda masuk ke dalam rumah.

“yan ra masuk ayo makan kuenya! Lu berdua gak laper apa?” teriak Manda dari pintu

Mereka berdua duduk bersampingan. Dan Iyan duduk diantara aku dan Rara. Aku menatap Rara.

“gimana? Udah puas ra fotonya?” tanya ku sambil terkekeh padahal hatiku berteriak ‘gua puas ra udah dipanas panasin gini’

“hmm lumayan, ayo makannnn” jawabnya dengan ekspresi menahan lapar.

“ini mel” Iyan memberi aku sepotong kue redvelvet. Aku menerima kue tersebut. Tanpa menatap Iyan aku mengangguk  “makasih”.

Drrtt..ddrrttt..

Yes! I Love HimWhere stories live. Discover now