7. Percaya

170 8 0
                                    

Kira-kira delapan kali persidangan yang harus dilalui oleh Ayah dan Bundaku hingga status cerai telah mereka dapatkan. Dan selama delapan persidangan itu pula aku dan bang Erde tidak menghadirinya. Aku tak tega, membayangkan tangis Bunda yang pecah, wajah Ayah yang tak seteduh pohon mahoni di bukit villa kami lagi, dan senyum kemenangan Nenek atas keberhasilannya menghancurkan keluarga kami di sidang keparat itu.

Ketuk palu hakim menandakan hubungan Ayah dan Bunda kini dari suami istri menjadi "mantan" suami istri. Saat itu pula, aku harus menerima hubunganku dengan kak Daru dari pacar menjadi "matan" pacar. Ya, kak Daru memutuskanku. Kedua orang tuanya tahu bahwa Ayah dan Bundaku bercerai, dan mereka tidak mau kalau anaknya berhubungan dengan gadis murahan dari keluarga broken home. Merusak citra keluarga, katanya.

Untuk urusan hak asuh, aku dan bang Erde menjadi tanggung jawab Ayah seutuhnya. Lalu Bunda? Semua pintu sudah ditutup, dari depan sampai pintu belakang juga. Terus siapa yang kunci? Oke, akan aku perkenalkan beliau. Yang terhormat, nyonya Maria Syah Ferdinan Irawan. Berat, berat sekali nama itu, di mulutku. Padahal beliau adalah nenekku sendiri.

****

Untuk saat ini, aku tidak bisa melawan Nenekku. Aku perjelas lagi, untuk saat ini. Aku masih waras, aku masih punya hati. Dan aku.. masih punya bang Erde. Ya, bang Erde. Dengan kondisinya seperti ini, lumpuh dan perlu banyak tindakan medis yang lebih intensif, aku masih sangat membutuhkan bantuan dari Nenekku. Tapi sampai kapan? aku tidak tahu. Aku bingung dengan hidupku. Semuanya. Cita-cita. Melukis. Apa aku harus rela melepasnya?

"Besok orang suruhan Nenek sampai ke Semarang untuk bawa obat yang nenek pesan khusus dari Jerman. Obat itu mahal, loh, Mel. Ndak bisa Bundamu itu membelikannya buat Mas mu. Beli satu kaplet aja, Bundamu bakal nggak bisa makan sebulan," cerita nenek kepadaku.

Tidak hanya obat, tapi Nenek juga memanggilkan orang spesialis kelumpuhan untuk menerapi bang Erde setiap pagi di rumahnya. Kasihan bang Erde, aku lihat dia selalu menangis saat diterapi. Karena bang Erde takut, sekali saja bang Erde berteriak kesakitan, tak segan-segan si terapis itu makin mengkasarkan pijatan di kaki bang Erde, yang alhasil.. makin membuat bang Erde menderita.

Pukul 08.30

Jadwal si Erwin, terapis utusan Nenek datang untuk menerapi kaki bang Erde. Kali ini pria berambut klimis itu menidurkan tubuh bang Erde dengan posisi terlentang. Kakinya ia luruskan. Dan perlahan, lutut bang Erde ditekuknya pelan-pelan. Entah gerakannya yang terlalu kasar atau memang kondisi kaki bang Erde yang tidak baik, tiba-tiba suara jeritan keluar tanpa permisi dari mulut bang Erde.

"Akkkkhhhhh... Sakittttt...."

Sepert biasa, Erwin yang tak suka pasiennya yang sering mengeluh, makin tak keruan ia menarik dan menekuk kaki Abangku. Bertahanlah, Bang. Sedikit lagi.. Tuhan, kuatkan dia.. Tak terasa, butiran air asin keluar dari ujung-ujung mataku. Panas, mataku panas. Aku seakan melihat ada api yang coba membakar kakak semata wayangku itu. Aku mohon bertahanlah, Bang.

Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang, kak Daru.. aku butuh kakak, sekarang. Aku takut menemuimu, tapi aku ingin kamu. Sekarang.

Sebuah pesan singkat aku kirimkan kepadanya.

To: Kak Daru

Aku ingin bicara sebentar, kak. Aku mohon.. Tempat biasa, 10 menit lagi.

Aku tak peduli ia mau membalasku atau tidak. Yang penting, kak Daru bisa datang untukku sekali saja. Taman tempat kami dulu sering mengahabiskan waktu bersama semasa masih berstatus sebagai kekasih.

Aku datang tiga menit lebih awal dari waktu yang aku janjikan. Ini sudah sering aku lakukan sejak masih kecil, kata Ayah lebih baik menunggu orang yang kita minta datang, daripada orang itu menunggu kita datang menemuinya.

Dari jauh sudah dapat aku lihat jelas pemilik wajah itu. Aku sudah menghafalnya. Tiga tahun kami bersama. Jangan tanya mengapa aku begitu mengenalnya. Dan, Tuhan.. mengapa rasa itu datang lagi, jantungku yang berubah tempo manjadi lebih cepat. Sakit sekali rasanya.

"Aku sudah bilang kan, Mel. Kita sudah tidak ada hubung.."

"Dengarakan aku dulu, kak..," sebenarnya aku tak sanggup mendengarkan ia melanjutkan perkataan itu lagi. Sedikit canggung, kak Daru duduk di bangku taman tempatku menunggu tadi.

Sebentar sunyi, kami saling diam. Tak ada yang mau memulainya lebih dulu.

Hemmmm... Hosssss.. Berat sekali napas ini. "Kak.. aku tahu kakak membenciku," akhirnya kata-kata itu muncul juga dari mulutku. Kak Daru masih diam.

"Kata siapa?" dingin sekali jawabnya. Tapi mampu memanaskan area sekitar mataku.

Pelan-pelan coba aku jelaskan, "kakak sudah berubah, tatapan mata kakak setiap melihat aku di sekolah. Sikap kakak yang selalu acuh padaku. Aku nggak mau seperti ini, Kak. Aku nggak ngerti.. a-aku,"

"Semua sudah lain, Mel," sedikit memaksa suaranya keluar jadi terdengar serak di telingaku, "ini semua sudah lain. Kita sudah tidak bisa untuk bersama lagi. Aku nggak bisa. Aku tahu kamu pintar, Mel. Aku ingin, kamu harus tahu sendiri apa yang harus kita lakukan sekarang tanpa perlu aku ungkapkan semuanya," kak Daru berdiri dari duduknya, "terima kasih atas semuanya selama ini. Maafkan aku, Himel,"

I don't know why I'm scared, aku takut akan ini semua. Diam-diam aku meninggalkan bang Erde yang sedang kesakitan di tangan Erwin demi menemuinya. Dan hanya menghasilkan rasa takut kehilangan. Aku memang bodoh soal cinta. Aku hanya bisa menyembunyikan rasa ini dalam hati. Apakah aku salah selalu melihatmu, di balik sorot tajam atas tatapanku, aku masih mengharapkanmu.

Aku tahu rasa benci itu pasti ada. Tapi, tatapan matamu itu, aku tahu, masih ada aku di sana. Bukannya aku egois, tapi itu kenyataannya. Sejak awal kita memang tidak seperti ini. Tapi apakah kamu ingat, bukankah cinta itu datang, tanpa kita minta dan tak akan pernah terduga?

Walaupun kini benar-benar aku sendiri, aku masih kuat. Aku masih bisa berjalan, aku masih bisa berlari, mengejar semuanya. Bahkan semuanya yang telah menguap ke angasa, aku yakin, aku bisa terbang untuk mengambilnya kembali.[]

8

Pain(t)ed HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang