B [26]

4.4K 437 7
                                    

Bulan terbangun dari tidurnya saat mendengar suara keributan dari luar, ia terbangun dari posisi tidurnya dan melihat Ana dan Ara yang masih tertidur pulas.

Untuk sejenak Bulan hanya diam masih berusaha mengumpulkan nyawannya dan berusaha mencari keberadaan handphonenya lalu menyadari bahwa jam sudah menunjukan pukul 06.30, tadi dia tidur lagi setelah melaksanakan kewajibannya.

Bulan menajamkan pendengarannya ketika merasakan suara yang ia kenali berteriak memanggil namanya, Bulan bangun dari posisinya tangannya bergerak membuka tenda dan seketika matanya membelak katika ia melihat kedua orang tuanya dan juga Arga.

"Ngapain mereka disini? Jangan bilang..."

Bulan segera keluar dari tendanya dengan terburu-buru dan mengahampiri kedua orang tuanya.

"Mah, Pah," panggilnya dengan pelan, kedua orang tuanya itu menoleh dan langsung berjalan ke arahnya, sekarang Bulan menunduk takut menyadari hal yang akan terjadi selanjutnya.

"Bulan kamu nggak kenapa-napa kan sayang?" tanya ibunya khawatir sambil memeluknya, Bulan hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Sekarang kamu pulang, ikut papah dan mamah. Jangan membantah," ucap Ayahnya dengan tegas.

"Tapi pah-" sebelum Bulan menyelesaikan perkataannya hendak membantah, Ayahnya itu langsung berkata "Arga, bawa Bulan masuk ke mobil!" Perintah Ayahnya.

Suasana menjadi tegang saat Bulan melihat kedatangan Awan dan juga Ara beserta Ana.

"Saya kecewa sama kalian berdua," ucap Ayahnya kepada Ara dan Ana yang sudah menunduk.

Oh ya tuhan, yang benar saja ini adalah kesalahannya, Bulan merasa tidak enak kepada kedua sahabatnya dan Bulan telah mengacaukan acara ini.

"Maaf om, ada masalah apa ya?" kini suara itu terdengar membuat Bulan menggelengkan kepalanya menatap Awan yang membuka suara.

"Saya akan membawa anak saya pulang, apakah acara ini acara resmi dari sekolah?"

Dengan tenangnya Awan menjawab "Ini adalah acara pecinta alam dan sekolah telah mengijinkan kegiatan kami."

"Tapi siapa yang akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu? dan apakah kalian sudah mendapatkan ijin dari orang tua?"

"Maaf om, tapi acara ini tidak membahayakan, acara ini juga positif. Kami tidak melakukan sesuatu yang dilarang," jawab Awan sopan.

Ayah Bulan tetap bersikeras pada pendiriannya "Saya tidak mau anak saya mengikuti kegiatan ini dan kamu," tegasnya lalu tangannya menunjuk tepat kepada Awan "Jangan pernah mendekati anak saya."

Awan hanya diam berdiri ditempatnya sambil memandangi punggung Bulan yang berlalu, ia ingin mengejarnya tapi ia tidak ingin suasana tambah menjadi kacau.

Bulan mulai menangis dan setelah itu Arga membawanya menjauh dan masuk kedalam mobil Arga.

"Lan," Panggil Arga pelan.

Bulan hanya diam tidak berniat merespon panggilan Arga, air matanya masih terus mengalir.

"Maafin gue Lan, om sama tante maksa gue buat ngasih tau tempatnya dan gue nggak tau kalau lo bohongin mereka," jelas Arga.

Bulan langsung menghambur kepelukan Arga "Mereka nggak penah ngertiin gue Ga, mereka selalu desak gue buat ngelakuin apa yang mereka mau," ujar Bulan sambil terisak.

Arga mengusap - ngusap puncak kepala Bulan "Gue ngerti, tapi mereka cuma mau yang terbaik buat lo meskipun cara mereka salah."

Arga sepenuhnya membiarkan Bulan menangis, menumpahkan segala kesedihannya, setelah Arga merasa Bulan mulai tenang Arga mulai memajukan mobilnya menyusul kedua orang tua Bulan yang telah pulang terlebih dahulu.

Sepanjang perjalan Bulan hanya diam, Arga yang melihat itu hanya menghela nafas.

Bulan merasa lelah, baru saja semalam ia merasakan mimpi indah sekarang dunianya sudah berbalik lagi.

Karna sepanjang perjalan Bulan melamun ia tidak sadar bahwa sekarang ia telah sampai dirumahnya, dengan lemah ia keluar dari mobil Arga dan masuk kedalam rumah.

"Bulan papah mau ngomong," Bulan hanya pasrah menuruti perintah Ayahnya dan duduk di salah satu sofa ruang tamu rumahnya.

"Bulan papah kecewa sama kamu, kamu membohongi papah dan mamah. Kamu taukan membohongi kedua orang tua itu dosa," kata Ayahnya dengan datar.

Bulan menundukan kepalanya dalam dalam "Maafin Bulan," ucapnya dengan suara kecil.

Ibunya duduk disamping Bulan dan mengusap ngusap kepalanya "Kami khawatir nak," kata ibunya dengan lembut lalu berkata lagi "Mamah sama papah cuma mau yang terbaik buat kamu dan tidak mau kamu salah mengambil langkah, kamu putri kami satu-satunya, kami sangat menyayangi kamu,"

"Tapi ma, Bulan cuma pengen nikmatin masa muda Bulan, Bulan juga nggak ngelakuin hal yang diluar batas ko," Bulan menyeruakan pikirannya yang ia tahan selama ini.

"Papah dan mamah cuma tidak ingin kamu terjerat dengan pergaulan yang bebas, kami juga ingin kamu mendapatkan masa depan yang cerah dan dari sekarang kamu harus memperjuangkannya," kata Ibunya berkata dengan sabar.

"Bulan cuma pengen seneng-seneng dan ngelakuin hal baru, hal yang Bulan suka mah," kata Bulan lemah.

"Pokoknya kalau kamu ngelakuin hal kayak gini lagi, papah bakalan pindahin sekolah kamu keluar negri."

Bulan langsung menatap papahnya tidak setuju "Bulan cuma ngelakuin keslahan sekali pah, selama ini Bulan selalu nurutin apapun kemauan papah. Kenapa papah nggak pernah nanya apa yang Bulan mau?"

"Tidak ada negosiasi Bulan, itu susah keputusan papah!" ujar papahnya dengan suara mulai meninggi "Satu lagi. Jangan pernah menjalin hubungan apapun dengan cowok yang namanya Awan itu! dia nggak baik buat kamu."

Bulan sekuat tenaga menahan emosinya untuk tetap menjaga kesopananya, Bulan berdiri dari duduknya "Bulan mau nginep dirumah Arga."

[KEEP VOTE AND COMMENT, THANK YOU SO MUCH❤❤]

GravityWhere stories live. Discover now