B [25]

6.3K 579 8
                                    

Mandy Moore - I See The Light
.

.

.

Hembusan angin yang menerpa dan berhembus menyapu wajah Bulan yang kini tengah duduk dipinggir sebuah danau kecil, Udara di malam hari yang memang sedikit dingin membuat Bulan mengeratkan jaket yang ia pakai.

Rambutnya berterbangan membuat rambut panjang Bulan berantakan, Bulan dari tadi terus menatap lurus kedepan menghiraukan suara-suara berisik peserta pecinta Alam lainnya yang sedang asik dengan kegiatannya masing masing. Malam ini mereka mengadakan pesta lampion yang akan diterbangkan ke langit.

Suasana di danau kali ini sangat indah, terang oleh cahaya Bulan sehingga permukaan danaunnya terlihat berkilau. Bintang dilamgit yang hadir menemani gelapnya malam terasa sangat sempurna.

Bulan tidak menyangka di tengah hutan seperti ini, bersih dengan pepohonannya sangat rindang.

Bunyi seseorang menginjak tanah disampingnya, membuat Bulan mengalihkan pandangannya lalu mendongkak dan melihat Awan yang mengambil posisi duduk didekatnya, mata Bulan masih setia memperhatikan gerak gerik cowok itu sampai Awan menemukan posisi duduk yang nyaman.

Untuk sesaat mereka berdua hanya saling diam, menikmati keadaan ketika mereka berdekatan. Tapi diamnya mereka ini sangat terasa nyaman.

"Ko sendiri?" tanya Awan akhirnya memulai pembicaraan.

"Ara sama Ana, tadi mau ngambil hp ketinggalan ditenda," jawab Bulan tanpa menoleh ke arah cowok itu.

"Tapi sampe sekarang belum balik lagi," sambungnya.

Awan langsung ber- oh ria mendengar jawaban dari Bulan "Lo udah sering ikut kaya gini?" tanya Bulan membangun sebuah topik pembicaraan.

Awan melirik ke arah Bulan sebentar lalu menjawab "Lumayan, gue seringnya naik gunung."

"Lo bener bener nikmatin masa muda lo ya," gumam Bulan tapi masih bisa didengar oleh Awan. Kadang Bulan merasa iri kepada teman temannya yang diberi kebebasan untuk menikmati tokoh sebagai anak SMA.

Karna kebanyakan orang bilang masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidup, tapi masa SMA Bulan hanya sekedar Belajar, hangout itupun hanya sekedar pergi bersama Ara, Ana atau Arga.

"Tentu, karna emang masa SMA nggak akan kejadian dua kali," jawab Awan sambil tersenyum simpul "Tapi kalo gue lulus sih," lanjutnya sambil terkekeh pelan.

Mau tak mau Bulan ikut terkekeh mendengar jawaban dari Awan "Gue nggak pernah tau gimana rasanya nikmatin masa muda," ungkap Bulan sambil membenarkan letak kaca matanya yang sedikit melorot.

Awan menoleh kearah Bulan sebentar untuk melihat ekspresi cewek itu "Kenapa?"

"Nggak tau, rasanya hidup gue nggak ada tantangannya. Gue cuma berkutat dalam lingkaran tentang Belajar dan belajar, ya meskipun gue terkadang suka jalan sama Arga atau kedua sahabat rempong gue," terang Bulan.

"Semua orang punya cara sendiri buat nikmatin masa mudanya, lagian menurut gue itu nggak buruk, apalagi belajar itu bermanfaat kali Lan, lagian lo selalu dikelilingi sama orang-orang yang selalu menyayangi lo. Tapi wajar juga sih kalo lo bosen sesekali lo harus nyoba hal baru." Awan memberi jeda sejenak sebelum melanjutkan berbicara "This is your life, do what you love and do it often. "

Bulan menghirup udara malam yang sedikit menenangkan pikirannya sambil memejamkan kedua matanya "Ya dan kadang gue pengen hidup sebagai orang lain."

"Kenapa? Justru seharusnya lo bangga jadi diri lo sendiri, orang lain mungkin banyak yang pengen ada diposisi lo dan seharusnya lo lebih banyak bersyukur sama apa yang lo udah miliki sekarang," entah kesambet setan apa Awan mendadak menjadi bijak, karna selama ini bijak sama sekali bukan gayanya, seharusnya Bijak itu ada pada Daniel.

Bulan diam sebentar mencerna kata - kata Awan lalu tersenyum ke arah Awan "Lo bener, tapi lo nggak pantes jadi orang bijak," Bulan tersenyum geli.

Awan terkekeh "Gue tau, rasanya aneh ya? Bijak itu udah jadi ciri Daniel banget. Gue barusan ngambil peran dia kayanya."

"Temen temen lo pada asik-asik ya," ujar Bulan sambil menyampirkan rambutnya kebelakang telinga.

Awan tersenyum kecil "Menurut gue sih mereka itu aneh, idiot dan alay," Awan tergelak membayangkan kedua temannya "Tapi mereka pengertian dan perhatian."

"Ketauan banget lo kurang perhatian!" canda Bulan.

Awan langsung cemberut dan berkata dengan muka polosnya "Lo makanya kasih perhatian dong sama gue."

Bulan langsung salah tingkah mendengar perkataan dari cowok itu lalu memukul pelan bahu Awan "Apaan si!"

Awan sedikit meringgis karna pukulan Bulan yang menurutnya jauh dari kata pelan "Saltingnya nanti aja, nih acaranya mau dimulai," Awan berdiri dari duduknya "Gue ngambil lampionnya dulu," lalu Awan berjalan menjauhi Bulan kerah segerombolan orang yang sedang berkumpul, Bulan sepenuhnya membiarkan cowok itu pergi, tapi dari tempat duduknya Bulan bisa melihat kalau cowok itu langsung dikerubungi oleh para perempuan, Bulan langsung mendengus dan mengalihakan pandangannya.

"Bener kata Ara! Banyak cewek-cewek gatel," kesal Bulan dalam hati.

Lalu tak lama kemudian Awan kembali lagi sambil membawa sebuah lampion "Nih lampionnya, ayo kita terbangin bareng," ajak Awan.

Bulan langsung menatap lampion tersebut dengan binaran yang nyata dimatanya, Awan menyalakan api dilampion tersebut, lalu tersenyum ke arah Bulan "Berdiri dong," dengan cepat Bulan menuruti perintah cowok itu, sehingga sekarang mereka berdiri saling berhadapan "Pegang disisi ini," suruh cowok itu lagi, Bulan mengangangguk dan menaruh tangannya disisi lampion yang lain.

Bulan melihat keraha sekelilingnya yang telah berpasang pasangan memegang sebuah lampion, mereka akan melepaskan lampion ini secara bersamaan.

"Kita lepas dalam hitungan ketiga!" Seru seseorang mengintrupsi semua peserta.

Dengan semangat Bulan mulai menghitung "1.....2.......3"

Dan dalam hitungan ketiga lampion lampion itu mulai berterbangan ke langit, membuat langit semakin indah dan bercahaya. Bulan menatap takjub ke atas.

Bulan mengalihkan pandangannya dan kini menatap Awan dari jarak sedekat ini, Bulan bisa sepenuhnya mendeskripsikan cowok itu, terhanyut dalam manik coklat cowok itu, Alis yang tebal, hidung yang mancung, rahang kokoh milknya dan bibir cowok itu...., Bulan bisa mengabsen satu persatu yang ia lihat, paras tampan cowok itu dan segala sesuatu keindahan seperti dewa yunani atau bahkan tokoh fiksi yang sering ia baca dalam novel, Sempurna...

Bulan sedikit gugup saat melihat cowok itu kini balas menatapnya, lama... tatapan mereka terkunci saling mencoba menyelami mata masing masing dan tanpa sadar jarak yang mereka bangun semakin tipis dan dekat, Bulan bahkan bisa merasakam hembusan nafas cowok itu, Bulan mematung seketika...

Dan barulah Bulan sadar ketika bibir cowok itu berada dikeningnya, Bulan bisa merasakan hangat dan lembutnya bibir cowok itu di atas keningnya. Bulan bisa melihat mata kedua cowok itu yang terpejam dan merasakan kedua tangan cowok itu yang kini berada dibahunya mencengkramnnya dengan erat.

Bulan merasakan jantungnya berdetak lebih dari batas normal, ia ingin meledak, perasaan hangat seketika langsung menyebar dan hatinya melompat bahagia. Ini adalah kali pertama ada orang yang menciumnya selain keluarganya.

Dibawah langit yang dihiasi lampio-lampion.

Bulan merinding seketika ketika merasakan tangan Awan yang menyentuh lehernya dan rahangnya.

Dan ketika cowok itu menjauhkan dirinya dengan pelan, Bulan masih mempertahankan posisinya seakan masih tak menyangka bahwa yang terjadi beberapa menit yang lalu adalah nyata.

Awan menggaruk garuk telungkuknya yang tidak gatal, menyadari apa yang telah dilakukannya, entah setan apa yang sedang merasukinya ketika menemukan cewek itu dengan jarak sedekat tadi.

Tapi mau tak mau Awan tersenyum ketika mengetahui cewek itu tidak menolaknya.

Awan merai kedua tangan Bulan lalu berkata "The day will come when you'll be mine. But I'll just wait till that time. If I have to wait forever, that's what I'll do. Cause I can't live my life without you". ujar cowok itu. "Ini adalah batas keras aku bisa nyentuh kamu, karna cinta ini bukan sebuah nafsu."

_______________________________________
[Tinggalkan vote&comment♡♡]

GravityWhere stories live. Discover now