B [10]

6.2K 765 37
                                    

Bulan melangkah dengan hati senang keluar dari perpus ke kantin, Ana dan Ara tadi mengiriminya Line dan mengatakan untuk menyusul mereka ke kantin, Bulan tak henti-hentinya tersenyum karena puisi yang diberikan Awan untuknya, setelah samapi dikantin Bulan segera berjalan ke meja tempat biasa mereka makan, yaitu dipojok kantin.

Bulan duduk disamping Ara cewek itu langsung menatap Bulan antusias "Apa?" Tanya Bulan heran.

Ana menatap Bulan curiga "Ngapain senyum-senyum?" Tanya Ana.

"Awan ngajak gue beli es krim pulang sekolah," jawab Bulan sambil tersenyum.

"Serius?" tanya Ara tidak percaya.

Bulan mengguk mengiyakan, Ara dan Ana langsung tersenyum senang "Wah kemajuan nih!" Seru Ana .

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menutupi kedua mata Bulan,  Arga orang itu mengisyaratkan pada Ana dan Ara untuk diam.

"Siapa sih?" tanya Bulan kesal sambil meraba tangan yang menutupi matanya. Bulan dapat mersakan bahwa tangan ini tangan laki-laki, kasar dan berotot.

"Hai cantik!" Bulan langsung mengendus sebal dan berusaha menjauhakan tangan itu agar tidak menghalangi penglihatannya, akhirnya orang itupun menjauhkan tanganya dari Bulan dan langsung duduk disampingnya, Bulan menghiraukan orang itu dan langsung memakan makanannya.

"Lo masih marah sama gue karna semalem?" tanya Arga sambil menatap Bulan dengan penuh harap.

"Nggak," Jawab Bulan singkat

"Kan gue udah minta maaf Lan, maafin ya?" Rajuknya.

"Sabodo amatlah," balasnya sewot.

Sedangkan Ana dan Ara malah tertawa, Bulan tidak menggubris tatapan cemberut Arga dan menatap kesekeliling kantin mencari Awan, tapi tidak ada. Bulan memang sedang marah kepada Arga, tadi malam Bulan langsung pergi ke kamar setelah sampai ke rumah, lalu tadi pagi Bulan berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari Arga.

Arga menatap Ara dan Ana dengan sorot mata meminta bantuan, tapi keduanya yang ditatap seperti itu hanya mengangkat bahu acuh, membuat Arga mendengus pelan. Diotak gantengnya kini Arga sedang memimirkan seribu satu cara untuk membuat Bulan memaafkannya, Bulan mengabaikan Arga sepenuhnya ia sibuk memakan makanannya sambil sesekali menimpali obrolan Ara dan Ana.

Tiba tiba Arga mengguncang guncang lengan Bulan "Lan maafin gue ya, gue rela deh ngelakuin apapun" mohon Arga yang sudah menyerah memikirkan cara yang ampuh meluluhkan Bulan.

Bulan diam sebentar, memikirkan perkataan barusan "Apapun?" tanya Bulan memastikan, Arga mengangguk pasti  "Apapun."

Bulan langsung tersenyum senang "Oke, lo harusnya sering-sering buat gue marah."

Arga terkekeh geli "Itusih maunya lo liat gue sengsara!"

Bulan tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi lalu  berdiri dari duduknya "Gue ke toilet dulu," mereka bertiga mengangguk serempak.

Bulan membasuh kedua tangan dan mencuci mukanya lalu menatap balik seseorang yang sama dengannya di depan cermin besar, tidak ada yang berubah dari dirinya tapi Bulan baru menyadari bahwa pipinya tambah berisi.

Tiba tiba ada tiga perempuan masuk ke dalam toilet dan salah satu diantara mereka mendorong Bulan tapi untungnya Bulan masih bisa menahan bobot tubuhnya "Heh lo! Jangan berani deketin Awan!" Gertak salah satu perempuan, Tania pacarnya Awan.

Bulan memandang mereka datar, dengan santainya tanpa menghiraukan perkataan Tania Bulan berjalan keluar dari toilet namun bahunya di tahan oleh seseorang dari belakang "Gue lagi ngomong bego!"

Bulan berbalik menghadap ke arah Tania "Kenapa?" Tanyanya skarastik.

"Jangan Pernah lo deketin Awan, denger kan?" Tania menatap Bulan penuh kebencian.

"Gue gak pernah deketin Awan, kita cuma Temenan," jawab Bulan dingin sambil menekankan kata Temenan, tapi beda dengan hatinya yang merasa aneh dengan kata tersebut.

"Cih! Gara gara lo, Awan jadi mutusin gue," Bentaknnya, Tania mengepalkan kedua tangannya.

Bulan mengerutkan dahinya "Emang apa hubungannya sama gue?" tanya Bulan tenang, satu hal lagi nilai plus bagi Bulan dia sangat jago mengontrol emosinya.

Tania menggeram marah "Ck lo jangan pura - pura bego deh. lo suka kan sama Awan? lo mau ngerebut dia dari gue?"

"Kalo gue bego, gue nggak akan jadi juara umum seangkatan. Soal gue suka sama Awan atau enggak, itu bukan urusan lo."

Tania menatap Sinis ke arah Bulan "Jadi sekarang lo nyombongin diri lo sendiri? dan jelas itu urusan gue. Awan itu pacar gue!"

Bulan tersenyum miring "Gue nggak sombong, itu kenyataan semua orang tau dan soal Awan beberapa menit yang lalu lo bilang dia udah putusin lo, jadi kata mantan lebih tepat dibanding pacar."

Tania semakin menatap Bulan penuh emosi "Lo tuh ya! jangan mentang mentang lo sepupunya Arga terus gue takut sama lo!"

Bulan pura - pura terkekeh "Ah ya! Lo pernah di tolak Arga ya sebulan yang lalu?" pertanyaaan Bulan lebih terdengar seperti pernyataan, Membuat kedua Sidekick Tania diam diam menertawakan cewek itu.

Tania melotot muka cewek itu memerah seperti banteng "Lo jauhin Awan atau gue bakal buat perhitungan sama lo. Awan cuma suka sama cewek model kayak gue, yang Cantik, seksi, Perawakan Model!"

Bulan memutar kedua bola matanya 'satu lagi tak berotak dangkal!' Lanjutnya dalam hati.

Secara tiba tiba, kedua sidekick Tania mengguyur Bulan dengan air menggunakan ember.

Lalu Tania dan kedua temannya pergi meninggalkan Bulan setelah menyenggol cewek itu dengan lumayan keras.

Bulan menghela nafas menahan emosi, bajunya basah sekarang sementara ia tidak bisa pergi ke kelas. Sialnya ia sedang tidak membawa handphone jadi tidak bisa meminta bantuan.

Bulan mengintip di balik pintu toilet wanita, berharap di luar ada orang yang dikenalnya. Kemudian mata Bulan membelak kaget melihat Awan, cowok itu keluar dari toilet laki-laki yang bersebelahan dengan toilet perempuan.

Begitu juga Awan, lebih kaget saat melihat pakaian Bulan basah "Bulan lo abis mandi?" tanya cowok itu.

Bulan memutar kedua bola matanya, seakan sadar karna pertanyaan yang barusan diajukannya merupakan hal bodoh.  Awan nyengir "Maksud gue lo kenapa bisa basah gini?"

"Tadi Jatoh," jawab Bulan berbohong.

Awan mengkerutkan dahinya dan menatap Bulan dengan pandangan menyelidik "Yaudah yu gue anter ke Uks," Ajak Awan.

Bulan menggigit bibir bawahnya "Gue malu, emm anak anak-"

Awan langsung memotong perkataan Bulan "Bel masuk udah bunyi 5 menit yang lalu jadi koridor sepi."

Bulan menghela nafas lega lalu hendak berjalan, namun terhenti ketika tangan Awan menahan satu tangannya, cowok itu kemudian membuka baju sekolahnya tapi ia tetap memakai sebuah kaos tipis, lalu menyodorkannya ke arah Bulan "Pakai, nanti daleman lo keliatan sama orang yang lewat."

"Yaampun dosa, maafin mata hambamu ini ya alloh, tapi mubadzir sebenernya rezeki" batin Awan.

Mata Bulan melotot lucu, pipinya sudah seperti kepiting rebus, mengerti arti dari perkataan cowok itu. oh demi Tuhan Bulan sangat malu sekarang.

Sadar akan perkatannya yang terlalu frontal Awan menggaruk garuk tengkuknya salah tingkah. Bulan menerima kemeja tersebut lalu memakainya, wangi parfum Awan langsung terhirup oleh Bulan.

"Itukan buat nanti masa depan gue," ucap Awan pelan.

"Hah? Lo bilang apa?"

Awan cepat - cepat menggeleng "hah? Enggak."

GravityWhere stories live. Discover now