B [22]

6K 568 12
                                    

Zayn Malik - Pillowtalk

Seandainnya membuang perasaan yang hanya memberi rasa sakit itu mudah. Semudah elektron membuang muatan negatif keudara--

--

.

.

"Hai."

Bulan mematung seketika di ambang pintu rumahnya ketika melihat seseorang berdiri dihadapannya, mata Bulan menatap dengan teliti cowok yang kini memakai celana jeans beserta hodie berwarna biru tua, beserta rambut acak acakan. Cowok itu masih tersenyum ke arahnya sejak beberapa detik yang lalu.

Perlu waktu untuk Bulan meyakinkan dirinya sendiri bahwa orang yang ada dihadapannya sekarang itu benar benar Awan, karna Bulan takut tidak bisa membedakan mana yang asli dan khayalan yang timbul karna dia merindukan cowok itu, sangat.

Bulan berdeham sebentar menyadari dirinya memandang lekat cowok itu "Mau ngapain kesini?" tanya Bulan dengan kening berkerut.

Awan juga kini ikut mengamati Bulan yang mengenakan baju tidur dengan gambar kelinci dan menurut Awan itu manis dan Lucu, tuh kan Awan jadi salah fokus "Gue mau ngomong sesuatu sama lo dan bagi gue ini penting," jawabnya sembari mengeratkan jaket yang ia pakai karna udara malam ini agak membuatnya kedinginan.

Kerutan dikening Bulan kini semakin terlihat jelas dia memandang Awan dengan bingung "Tentang?"

"Bisa kita bicara ditempat yang lebih nyaman?"

Bulan terdiam menimbang nimbang ajakan Awan untuk berbicara dengannya, di satu sisi Bulan sedang mencoba menghindari Awan tapi disisi lain Bulan penasaran dengan apa yang Awan ingin bicarakan tapi ketakutan terbesar Bulan adalah Bulan tidak sanggup mendengar apa yang nantinya akan membuat hatinya berakhir dengan sakit, lagi.

Tapi akhirnya ia mengangguk pelan "Ayo masuk," ajaknya mempersilahkan cowok itu masuk, Awan mengangguk dan berjalan mengekor dibelakang Bulan.

"Duduk dulu, gue mau ganti baju sama yang lebih sopan," Bulan membalikan badannya untuk pergi ke kamar namun langkahnya terhenti setelah mendengar perkataan dari Awan. Pipinya menghangat dan ia langsung tersenyum malu, meskipun Awan tidak melihatnya.

"Nggak usah, menurut gue itu lucu," sadar akan ucapannya barusan, Awan menggaruk garung telungkuknya gugup, kenapa ia bisa keceplosan seperti tadi?

Bulan membakikan badannya lagi ke arah Awan sambil berusaha terlihat biasa saja seakan perkataan Awan barusan tidak berpengaruh untuknya "Oke, Biar lo cepet pergi," ujarnya kemudian duduk di sofa yang berhadapan dengan cowok itu, untungnya orang tuanya sedang tidak ada dirumah karena harus menghadiri sebuah acara bisnis dan mamanya bilang akan pulang larut malam.

Entah Awan harus mulai dari mana, ia bingung. Awan berniat menjelaskan semuanya tapi Awan takut akan reaksi Bulan setelahnya ia tidak mau Bulan semakin jauh untuk di gapai "Gue minta lo buat ngedengerin dulu penjelasan gue sampe gue selesai, setuju?"

Dengan ragu Bulan mengangguk setuju "Oke."

Awan menarik nafas terlebih dahulu sebelum berkata "Pertama Gue jadian sama Sandra cuma karna taruhan dan gue udah putus sama dia secara baik-baik, gue udah ngasih tau semuanya sama dia," mata Awan memandang Bulan dengan intens untuk melihat reaksi cewek tersebut tapi Bulan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Bulan sedikit terperangah mendengar perkataan cowok didepannya, mungkin Bulan tidak merasa aneh ketika mengetahui Awan mempermainkan perasaan seorang perempuan, tapi kalo cewek kayak Sandra rasanya Bulan merasa ini kelewatan terlebih lagi Sandra merupakan seorang perempuan baik dan tulus dan semenjak berpacaran dengan Sandra, Bulan banyak mendengar dari orang lain bahwa sikap Awan yang lebih kalem dan banyak diam, jadi Bulan berpikir kalo cowok itu berubah karena Sandra.

GravityWhere stories live. Discover now