Akio dan Runa berjalan beringin keluar dari kamar Yura.

"Tuan." Panggil Runa ragu.

"Hmm?"

"Maaf bila saya lancang, tak seperti biasanya Tuan perhatian dengan orang asing."

"Hmm, dia bukan orang asing. Dia adalah tamu yang spesial untuk kita." Akio tersenyum miring.

***

"Ini berkas yang ayah mau, tak kusangka prediksimu bisa setepat ini."

"Tentu saja, aku sudah memastikkannya dari awal." Akio menatap berkas didepannya dengan bengis.

"Aku pasti akan membalasnya, meskipun kedua orang tuanya suah tiada. Itu tidak akan bisa menebus nyawa Okaa-san yang sudah terenggut oleh mereka."

***

Yura menggeliatkan badannya perlahan, badannya terasa mati rasa saat digerakkan. Ia membuka matanya perlahan mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

Matanya sontak terbelalak lebar saat mengetahui posisinya saat ini.

Kedua tangannya terikat dengan kencang menggunakan tali yang berhubungan dengan tiang kasur, lalu kedua kakinya terbuka dengan lebar dengan kaki yang terikat dengan ujung ranjang.

Matanya menatap sekelilingnya dengan takut, berharap ada yang datang untuk menyelamatkannya.

Pintu kamarnya terbuka, masuklah Ayato sambil tersenyum sinis kearahnya. "Tak kusangka masih ada sisa 1 pembunuh lagi yang belumku habiskan."

Yura menatap takut Ayato yang sudah naik merangkak kearahnya. "A-aku bukan pembunuh." Lirih Yura pelan.

"Tak usah membangkang! Kau anak satu-satunya keluarga Nakayama! Kedua orang tua kau sudah membunuh ibuku! Tak bisa kumaafkan." Marah Ayato sambil menjambak rambut Yura, berakibatkan kepala Yura terangkat sedikit.

"A-aku bu-bukan pembunuh!" Teriak Yura sambil terisak.

"Tak bisa kumaafkan!" Ayato membanting kepala Yura, lalu ia merobek piyama yang dikenakan Yura dengan kasar.

"Ja-jangan! Kumohon jangan !" Badan Yura sudah bergetar kuat.

"Dasar jalang tak tahu malu, menolak diawal tapi akhirnya meminta lebih! Kau itu sama saja seperti ibumu!"

Ayato menarik celana Yura hingga sebatas pahanya, Ia langsung menggenggam dan mengocok penis Yura dengan kasar, tak mempedulikan Yura yang berteriak sakit sambil terisak.

"Jangan kumohon. Ja- AKHH." Yura tiba pada organsm pertamanya.

Belum sempat mengatur nafasnya yang terputus-putus. Ayato langsung menghujami anusnya dengan kejantanan Ayato yang sudah tegang sedari tadi.

Ayato terus menghujami kejantannya dengan brutal, tak ada kenikmatan sama sekali bagi Yura. Kejadian itu hanya menorehkan luka baru pada hatinya.

***

"Astaga nak, kau baik-baik saja." Runa berujar dengan panik.

Runa membuka simpul tali yang mengikat tangan Yura, bekas merah dan lebam kebiruan menghiasi tangan Yura begitupun dengan kedua kaki Yura.

"Yura! Apa kau mndengarkan ku?" Runa menggoyangkan kedua bahu Yura.

"Ma-maaf a-aku bukan pembunuh. Maafkan aku." Yura berteriak histeris sambil menutup kedua kupingnya dengan erat.

"Kau bukan seorang pembunuh Yura, sudah nak." Runa menarik lengan Yura.

"Ti-tidak, ja-jangan mendekat!"

"Yura!" Runa menarik lengan Yura saat dia sedang lengah, lalu Runa langsung memeluk Yura dengan erat.

"Sudah nak, jangan menangis lagi." Runa mengelus punggung Yura yang bergetar ketakutan.

"A-aku bukan pembunuh, ma-maafkan aku." Lirih Yura sebelum jatuh tertidur.

"Kau bukan seorang pembunuh nak, Kuharap kau bisa kuat menghadapi cobaan ini nak."

Ryou mengintip dibalik pintu, kenyataan yang sebenarnya yang baru saja ia dengarkan tentang Yura, Akio yang tersulut emosi langsung saja berteriak bahwa keluarga Yura lah yang telah membunuh Istri beserta ibu Ayato. wanita yang sangat amat dicintainya.

"Lihat saja pembalasannya karena sudah membuat Tuan Ayato bersedih." Ryou tersenyum merencanakan sesuatu.

***

Sudah 2 minggu ini Yura disuruh untuk membersihkan isi mansion sendiri, semua maid hanya bisa memandang iba kepada Yura. Dan sudah 2 minggu ini pula Yura diperlakukan dengan tidak layak oleh Ayato.

Ayato selalu mencari kesalahannya, meskipun kesalahan itu kecil Yura tak luput dari kemarahannya. Setiap hari ia dipukul dan dicaci maki. Dan bila sewaktu-waktu ia ingin memuaskan hasratnya Yura lah yang menjdi budak seks nya. Itupun tak ada kenikmatan sama sekali hanya ada rasa sakit dan setiap hari hatinya memperoleh torehan luka baru.

Seperti pagi hari ini, Yura bangun kesiangan dan lupa membuatkan sarapan untuk Ayato.

"YURA! Kau belum membuatkan ku makanan!" Ayato berteriak marah, membanting pintu gudang dihadapannya.

"Ma-maaf Ja-jangan pukuli a-aku lagi." Yura berjongkok sambil memeluk lututnya dengan erat.

"Kau melakukan kesalahan lagi, kau harus tau konsekuesinya." Ayato menjambak rambut Yura, lalu mendorongnya hingga menabrak lemari usang dibelakangnya"

"Hari ini aku sudah telat, karena mengurusi seorang pembunuh."

Dan sudah 2 minggu ini Yura tidur digudang bekas penyimpanan barang yang berdebu.

Setelah Ayato sudah berjalan agak jauh, Ryou datang sambil menyilangkan tangannya di dadanya.

"Heh, miris sekali dirimu. Seorang pembunuh memang layak untuk diperlakukan seperti ini." Setelah slesai berucap Ryou mengangkat dagunya tinggi. Dengan angkuhnya ia berjalan menjauhi gudang yang ditempati Yura.

"Okaa-san, Otou-san ba-bawa aku pergi." Yura memeluk kedua lututnya sambil terisak pelan.

-Tbc-

A/n : Hai balik lagi nih sama author telat (?) Gemana ayooo dapet feel nya gakk?
Jangan pada kaget ya ngliat perubahan Ayato, konflik sudah mulai bermunculan.
Please Fan,Vote, and Comment buat bisa ngingetin cerita ini sama author.
Next Chap kayaknya bakal keupdet minggu minngu ini kayaknya

ditunggu yaa

Sankyuu~♥

Jakarta, 14 Mei 2016

Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang