Kenyataan(9)

157K 5.6K 250
                                    

Aku ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar mencintaimu. Bahwa aku ingin berada didekatmu. Bukan kamu yang selalu ada di dekatnya.
***

Aku bingung dengan Raihan. Mengapa dia sangat ingin tahu tentang jalan percintaanku? Apa yang menarik? Menyakitkan sih iya. Dengan adanya Raihan, aku jadi bisa menumpahkan keluh kesahku, berbagi kesulitan.

Aku dan Lulu terlihat seperti hari biasa saja. Menanyakan apapun yang kami saling tidak tahu. Dan melempar lelucon juga tertawa bersama layaknya sahabat sejati. Aku tidak bisa mengatakan kalau aku menyukai Nathan, yang notaben pacarnya Lulu. Ya, mereka sudah menjadi pasangan. Dan itu cukup menohok hatiku.

Terlihat sekali wajah Lulu yang bahagia, tidak ada beban disana. Berbanding terbalik dengan keadaanku.

Ada sebuah artikel yang mengatakan. Sesosok sahabat adalah teman yang membantumu dikala susah, memberikan solusi untuk jalan hidupmu, bahkan bisa merasakan kesedihanmu. Tapi aku tidak merasakan itu di persahabatan kami. Aku terlalu tertutup terhadap Lulu, tidak pernah bercerita tentang percintaanku, Lulu pun tidak pernah menangis dan merasakan kesedihanku. Apa ini masih dinamakan sahabat? Oh tentu saja! Karena kami saling melengkapi, walau hanya dengan tertawa.

"Jes... Lo ngerti ini gak sih? Abis kayak gini di kali atau dibagi? Diubah dulu kan, ya, ke persentasi?" Huft, jangankan Lulu, aku saja tidak mengerti tentang matematika.

"Seingat gue di kali. Iya ke presentasinya dulu." Jawabku sekenanya.

"Oh, oke, thank you," Setelah itu dia mengerjakan soal matematikanya kembali.

Pelajaran hari ini membuatku bosan, tidak ada yang menarik, justru rumit. Beberapa kali aku menghembuskan nafas, membuat kosentrasi Lulu buyar. "Lo sakit, Jes?" Akhirnya dia menanyakan juga.

"Ah gak kok, badmood aja. Otak gue udah ngebul," Ya, memang itu benar apa adanya.

"Sama nih gue juga, ehm, kita izin ke toilet yuk. Lagian bel istirahat sepuluh menit lagi, jadi nanti langsung ke kantin aja. Mau gak?" Usulnya.

"Ide bagus banget. Oke ayuk,"

Setelah mendapatkan ide dari Lulu, akhirnya kami izin ke toilet. Awalnya Lulu yang izin, selang dua menit aku yang izin. Okey, ini memang cara licik. Tapi tak apalah, toh sebentar lagi juga bel istirahat. "Kita licik banget deh,"

"Iya, ya, gapapa deh sekali ini aja," Balas Lulu.

Akhirnya kami ke kantin dan memesan makanan, "Ehm, gue mie ayam sama es jeruk deh. Lo apa?"

"Samain aja sama lo, Jes."

"Huuh, followers banget lo," Sambil melirik Lulu.

"Yaudah pakde, mie ayamnya dua, es jeruknya juga dua," Pesanku kepada pakde.

Sambil menunggu makanan kami tersaji, aku dan Lulu berfoto selfi. Yah, jangan bilang kami alay, selagi di kantin masih kosong, jadi serasa milik berdua.

"Ini pesanannya, Mbak. Selamat makan," Ujar pakde

"Makasih, pakde," Ucap kami berdua.

Dan setelah itu, kami menikmati mie ayam ini.  "Lulu, lo yang bayarin porsi gue ya? Yah, itung-itung PJ boleh kali." Aku sengaja menggoda Lulu.

"Huft, dasar ya lo. Bilang aja minta traktiran,"

"Nah, tuh peka. Ya, ya, ya,"

"Iya deh. Apa sih yang gak buat lo," Katanya sambil memutar bola mata.

Cinta Dalam DiamWhere stories live. Discover now